24

3.7K 281 11
                                    

Love banyak-banyak buat kalian yang udah vote

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Love banyak-banyak buat kalian yang udah vote.

Jangan bosan buat baca cerita ini oke
😘😘

"Yon makasih ya," kata Andin sambil tersenyum membuat Dion yang berjalan disampingnya mengangguk saja.

Koridor masih sepi karna jam pelajaran terakhir masih berlangsung.
Tadi saat istirahat Dion diminta oleh guru untuk menemani Andin mendaftarkan Sekolah mereka untuk mengikuti Olimpiade antar sekolah yang diadakan Di SMA Negeri 1 Jakarta.

Mengapa harus Andin dan Dion yang pergi, karena Dion saat ini masih menjabat sebagai Ketua OSIS dan Andin adalah ketua Olimpiade jadi mereka yang pergi.

"Bentar lagi kelas tiga. Gue mau jujur sama lo." Andin menghela nafas berhenti sambil menahan tangan Dion membuat cowok itu ikut berhenti.

"Yon mungkin lo udah tau. Gue suka sama lo. Suka banget bahkan sejak kita kelas satu."

Andin menunduk, sebenarnya dia sudah cukup malu selama ini terang-terangan menunjukkan ketertarikannya tapi cowok itu sedikitpun tak peduli.

Dion menatap Andin, "makasih. Tapi sekarang gue udah punya pacar." katanya tegas membuat Andin mendongak.

"Lo sayang beneran sama dia. Gue kira lo becanda." sahut Andin sedih. Bagaimana tidak dia sudah berjuang hampir dua tahun untuk mendapatkan Dion.

Selama ini Dion terlihat tidak pernah dekat dengan siapapun tapi semenjak ada Faza semuanya berbeda.

Dion jadi menatap Andin pelan bagaimanapun cewek ini teman sekelasnya, membuatnya sedih bukan jalan ninja yang Dion inginkan.

"Lo cantik. Pasti bakalan banyak yang suka sama lo." kata Dion canggung. Lagian Dion harus bilang apa. Dia tak mau membuat cewek ini semakin sedih.

Andin tersenyum miris, merasa bodoh kenapa harus menyukai orang yang jelas tak pernah sedikitpun menyukainya.

"Kalau gue bisa milih gue juga udah mau cari yang lain. capek suka sama orang yang bahkan sedikitpun nggak suka gue. Tapi gue nggak bisa milih Yon." Andin menghela nafas lelah.

Dion meringis, walau dalam hatinya berdoa agar bel segera berbunyi. Dion benci situasi seperti ini.

"Kalau gue nunggu lo putus sama Faza. Boleh?" tanya Andin tiba-tiba membuat Dion terhenyak. "Jangan dijawab, gue nggak mau sakit hati." kata Andin cepat.

Dion sendiri hanya terdiam ditempat.

"Kalau gue minta peluk, apa gue egois?" tanya Andin sambil menatap Dion dalam.

"Haha gue bercanda." kata Andin setelahnya karna Dion hanya diam.

Dion menghela nafas, jadi merasa bersalah.

Sekali ini saja.

Andin melotot terkejut, saat Dion menariknya pelan kedalam pelukannya. Andin memejamkan matanya, untuk kali ini biarkan dia egois.

"Berenti suka sama gue. Lo nggak mau kan sakit hati terus." kata Dion pelan.

Ada yang retak tapi bukan kaca.

Andin tertawa pelan, tapi tak tau air matanya keluar. Dipaksa berhenti. Bahkan orang yang dia suka langsung mengatakan itu bagaimana hatinya tidak sakit.

Andin yang berjuang dua tahun, kenapa Faza yang baru saja datang malah mendapatkan. Apa cinta memang sebercanda itu?

"Yon, maaf gue udah suka lo. Tapi sekarang gue bakal lupain rasa ini." Kata Andin yang masih berada dalam pelukan Dion. Membuat cowok itu mengangguk saja.

Semoga Andin berhasil melupakannya lagian Dion juga tak berniat untuk membalas perasaan cewek itu. Baginya Andin adalah teman kelasnya. Tidak lebih.

"Lepasin gue. Habis itu tampar gue." kata Andin tiba-tiba melepaskan pelukannya membuat Dion ternganga bingung.

"Kenapa sih?" tanya Dion bingung.

"Gue lebih baik ditampar elo dari pada ditampar sama cewek lo yang barbar itu." kata Andin cepat.

"Kok Faza?" bingung Dion.

"Cewek lo dibelakang." kata Andin.

Dion langsung membeku.

Astaghfirullah.

Mampus.

"Mati gue." kata Dion masih berdiri kaku.

"Semoga lo nggak putus." kata Andin sebelum berlalu meninggalkan Dion yang hanya bisa mengumpat dalam hati.

Andin mengela nafas sekali lagi. Semua sudah berakhir dan Dion tidak memilihnya. Air matanya kembali jatuh melepaskan yang bukan milik kita kenapa bisa sesakit ini.

💜💜💜

Faza keluar kelas lebih dulu bahkan bel belum berbunyi, karna pak Anton hanya memberikan tugas. Dia berjalan menuju ruangan guru karna tadi Dion mengabari akan menunggunya disana.

Tapi saat dibelokkan langkahnya terhenti, saat melihat orang berpelukan. Kenapa berani banget pelukan dekat ruangan guru.

Kayak nggak ada tempat lain, kan di UKS bisa. Hehe.

Faza melihat sekali lagi kemudian tanpa sadar mengumpat. Apa dia tak salah liat.

Bukannya itu Andin sama Dion.

Kenapa cowoknya malah pelukan sama cewek lain. Wah nggak bisa dibiarin.

Ini nih yang Faza malas baru saja beberapa hari dia sudah menetapkan hati memilih Dion, tu cowok sudah berani macam-macam.

Faza melangkah mendekat, terlihat keduanya melepaskan pelukan sebelum ceweknya pergi begitu saja meninggal Dion yang terdiam membelakanginya.

"Enak banget cuaca dingin gini pelukan." sindir Faza setelah berada dibelakang Dion.

Dion mengumpat. Dingin apaan padahal cuaca sedang panas sepanas panasnya.

"Fa gue bisa jelasin." kata Dion sambil menarik tangan Faza.

Faza mencibir menarik tangannya tak mau dipegang. "Jangan pegang tangan gue. Tangan habis elus rambut cewek lain juga. Kotor." kata Faza membuat Dion tertohok.

"Sayang." panggil Dion pelan. Sumpah ya Dion nggak mau putus dia mungkin sudah berada ditahap sayang terhadap Faza.

"Manggil siapa ya?" tanya Faza tak peduli. Kemudian berbalik berjalan menuju parkiran.

Sebenarnya Faza tidak cemburu Dion memeluk Andin. Tapi dia hanya kesal saja.

Enak banget pelak peluk cowok orang.

Dion menghela nafas lega melihat Faza berdiri disamping motornya berarti cewek itu masih mau diantar pulang.

Dion mengulurkan tangannya berniat membantu Faza naik, tapi tangannya tidak disambut. Faza naik sendiri tanpa bantuan.

Ini tangan Dion beneran sekotor itu. Padahal yang dia elus rambut Andin. Wangi kok.

"Kenapa nggak jalan sih, panas neh!" kata Faza dibelakang.

Dion memainkan lidahnya didalam mulut. Pengen ngumpat tapi sayang. Padahal cewek itu baru saja naik, duduk pun belum benar dah suruh jalan.

Kalau Dion jalan mungkin Faza akan terjengkang.

"Pegangan." kata Dion.

Faza tersenyum sinis.

"Mending jatoh daripada meluk bekas orang."

Dion menarik nafas mencoba menggali kesabarannya lebih dalam.

Tbc.

All About KissWhere stories live. Discover now