Bab 15

13.5K 1.8K 73
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Love dulu buat part ini ♥️

Selamat membaca kesayanganku 🤗😘

****

Pangeran menaruh tasnya di meja. Keningnya berkerut melihat kursi Kalila kosong. Seharusnya gadis itu sudah berada di sana dan memberikannya bekal makanan. Waktu juga sudah menunjukkan pukul 7 tandanya sebentar lagi bel masuk berbunyi. Tiba-tiba perasaan khawatir menyeruak di hatinya. Samudra teman sebangkunya juga belum datang.

"Kalila dimana?" Tanya Pangeran pada Yuli yang memang akrab dengan Kalila.

"Oh..eh... Dia masuk rumah sakit. Semalem dia chat gua bilang gitu." Ujar Yuli kaget karena di ajak bicara Pangeran.

Adam mendekat ke arah Pangeran karena melihat raut wajah temanya itu aneh. "Lo kenapa?"

"Kalila kok nggak masuk."

"Oh itu paling dia di rumah sakit. Udah santai aja, dia emang biasa kayak gitu. Bolak-balik masuk rumah sakit. Biasa paling kumat." Adam menenangkan Pangeran. Namun mendengar itu malah membuat Pangeran gila. Bagaimana bisa dia tenang disaat tahu Kalila di rumah sakit?

"Wah jangan-jangan Lo suka Kalila ya?" Tebak Adam karena melihat wajah Pangeran semakin pucat karena tahu keadaan Kalila.

"Enggak kok." Pangeran berusaha menyembunyikan itu. Ia tidak ingin jadi bahan ejekan. Cukup dia dan Tuhan saja yang tahu tentang perasaannya.

"Bohong lu!!" Untungnya Bu Anis guru bahasa Indonesia masuk. Pangeran jadi selamat dari Adam.

Pangeran duduk di kursi. Ia jadi penasaran kenapa Samudra belum tiba juga. Kenapa bisa samaan dengan Kalila? Bu Anis memulai pelajaran. Setelah salam, ia menerangkan cara membuat surat lamaran kerja. Lebih dari dua puluh menit Bu Anis menerangkan disaat itulah Samudra masuk. Terlihat Samudra berbicara dengan Bu Anis lalu diijinkan masuk. Pangeran menatap Samudra penasaran.

"Kok telat?" Tanya Pangeran.

"Tadi ke rumah sakit sebentar nemenin Kalila kasian sendirian."

"Loh emang keluarganya dimana?" Pangeran penasaran, dari awal ia sudah curiga kalau dilihat Kalila itu dari keluarga yang kaya raya tapi tidak memberikan kemewahan atau perlindungan untuk Kalila. Seperti disediakan supir bukan berangkat ke sekolah sendiri naik motor.

"Sibuk." Samudra tidak melanjutkan lagi ucapannya. Ia mulai mencatat apa saja yang ada di papan tulis.

Pangeran menghela napas tidak puas dengan jawaban Samudra. Ia yakin pasti Samudra menyimpan sesuatu. Pangeran tidak konsentrasi ia terus menatap jam berharap bel pulang berbunyi cepat. Ia ingin segera ke rumah sakit menemui Kalila dan melihat keadaanya.

Bel istirahat berbunyi, Pangeran bangkit ingin menelpon Kalila. Namun Rena menghampirinya. Sejak kapan gadis itu ada disini?

"Pangeran dipanggil Bu Ulfi buat latihan di ruang musik." Mendengar itu Pangeran jadi lesu. Ia jadi menyesal menerima tawaran itu. Andai saja kemarin ia menolak. Dengan senyum yang di paksakan Pangeran mengangguk mengikuti gadis itu dari belakang. Semoga saja semuanya berakhir cepat. Ia jadi khawatir bagaimana keadaan Kalila saat ini? Gadis itu di rumah sakit sendirian, tanpa ada satupun yang menemani pasti rasanya tidak menyenangkan. Dulu saja ketika ia di rawat karena tyfus saja ia tidak betah padahal keluarganya terus menungguinya. Apalagi Kalila yang hanya seorang diri.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Rena ketika mereka duduk di kursi. Pangeran mengangguk mengambil gitar dan memangkunya. Bu Ulfi datang dengan membawa beberapa berkas lagu yang akan mereka bawakan.

"Ini ada tiga lagu yang akan kalian bawakan di acara perpisahan nanti. Ibu harap kalian memberikan penampilan yang baik. Ibu akan membimbing kalian. Jadi kita akan latihan seminggu tiga kali. Tapi di rumah kalian juga harus latihan."

"Iya Bu." Jawab Rena, sedangkan Pangeran hanya diam. Hal itu membuat Rena penasaran apa yang terjadi dengan pria ini. Kenapa beda sekali dengan awal pertemuan mereka? Pangeran nampak lebih banyak diam. Tidak se-ramah biasanya.

"Nanti kita ke kantin bareng, sekalian bahas Vila buat ke Bali. Acaranya tinggal 2 Minggu lagi." Pangeran mengangguk, disaat itu juga ia berpikir. Apakah Kalila akan ikut ke Bali? Mengingat gadis itu sakit. Ia jadi lesu, percuma saja ada karya wisata ke Bali kalau tidak ada gadis itu.

****

Pangeran berlari menuju Parkiran tanpa menghiraukan panggilan teman-temannya yang meminta ke Markas. Ia ingin pergi ke rumah sakit berkat info yang Yuli berikan. Ia tidak berani minta pada Samudra pasti pria itu tidak akan memberikannya. Karena ia tahu Samudra menyukai Kalila.

Pangeran menyalakan mesin motornya, melajukan kendaraannya dengan kecepatan di atas 60 KM/Jam. Pangeran mengernyit melihat beberapa motor mengikutinya dari belakang. Sialan! Siapa mereka? Pangeran terus melajukan motornya namun mereka masih mengejarnya. Pangeran menoleh sebentar. Ia mendapati Dilan disana menatapnya sengit.

Ingin rasanya Pangeran mengumpat. Ia tahu pasti Dilan ingin balas dendam padanya. Karena pria itu membawa gerombolan sekitar 6 motor. Pangeran mengambil ponselnya tidak ada jalan keluar lagi. Ia sedang tidak ingin berkelahi. Bukannya ia takut melawan dua belas orang. Tapi ia sudah tidak sabar bertemu Kalila. Rasanya ia tidak bisa bernapas sebelum melihat gadis itu.

"Om ke Jalan Sumantri lampu merah ketiga. Ada anak-anak berandal ngejar Pangeran om. Pliss tolong tangkep mereka. Pangeran mau mati ini rasanya." Ujar Pangeran yang mengatakan posisi yang akan ia tuju.

"Kamu juga anak berandalan, kalau kamu tidak lupa!" Pangeran hanya terkekeh.

"8 menit om kesana."

"Kelamaan om, 5 menit bisa lah." Terdengar umpatan disana. Pangeran langsung mematikan ponselnya. Ia lega, biar mereka rasakan rasanya melawan Pangeran anak sultan.

Lima menit kemudian sebuah mobil sirene polisi datang. Pangeran tersenyum melihat omnya di balik kemudi. Ia langsung kabur membelok menuju rumah sakit. Ia tertawa melihat Dilan dan kawan-kawan di tangkap polisi dan di periksa surat-suratnya. Kebetulan sekali sepertinya mereka tidak membawa SIM. Bahkan ia sempat melihat wajah Dilan yang menatapnya sengit. Pangeran mengacungkan jari jempol ke arah bawah pada Dilan. Yang mengartikan jangan main-main sama Pangeran. Pangeran melajukan motornya kencang, ia harus sampai ke rumah sakit secepatnya.

Ketika sampai di rumah sakit. Pangeran berlari mencari ruangan yang ia tahu sebagai ruangan dimana Kalila di rawat. Nafasnya tersengal menaiki beberapa tangga. Karena Kalila di rawat di lantai dua. Ia langsung membuka pintu ruangan itu. Terlihat Kalila sedang duduk sambil memegang ponsel. Gadis itu nampak kaget dengan kehadiran Pangeran yang tak terduga. Darimana pria itu bisa tahu ia di rawat disini?

Pangeran tidak bisa menahan dirinya untuk berlari kemudian ia memeluk Kalila. Hingga ponsel yang di genggam Kalila jatuh. Ia terkejut mendapatkan pelukan itu. Jantungnya kembali berdebar. Ia diam, dalam hatinya tersenyum. Ia menyukai disaat Pangeran mencemaskan-nya seperti ini.

"Syukurlah kamu baik-baik saja." Gumam Pangeran.

"Bolehkah aku menyukai pria ini?" Batin Kalila tanpa sadar.

****

SEMOGA TAMBAH SUKA SAMA CERITA PANGERAN UNTUK KALILA YA.... JANGAN LUPA VOTE AND COMENT...
AJAK JUGA TEMEN-TEMEN KALIAN BUAT BACA CERITA INI...

Ada yang mau disampaikan ke Pangeran?

Ada yang mau disampaikan ke Kalila?

LOVE YOU...

GULLA

Follow @wgulla_ atau @pangerankalila

PANGERAN UNTUK KALILA (OPEN PO) Where stories live. Discover now