Bab 26

13.7K 1.7K 264
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

****

Jika aku ditakdirkan Allah bersamamu. Maka apapun yang terjadi, kamu yang akan menjadi pasanganku....Kalila.

-

Rio berulangkali melirik pintu tempat dimana Kalila ditangani oleh Dokter. Ia langsung membawa gadis itu ke rumah sakit ketika Kalila pingsan di mall. Ia tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri jika Kalila kenapa-kenapa.

Bodoh!

Satu kata itu mewakili dirinya. Kenapa kehadirannya di hidup Kalila hanya membuat gadis itu menderita? Ia tidak menyukai fakta ini. Apakah ia memang harus menjauh dari hidup Kalila? Tapi ia tidak bisa melakukannya.

Jujur ia juga ikut terluka karena selalu memperlakukan gadis itu kasar. Namun dia melakukan itu semua demi gadis itu. Ia hanya takut jika ia tidak memberikan jarak pada Kalila, maka gadis itu akan sakit bahkan hampir saja mati seperti dulu. Bagi Rio itu adalah hal yang paling menakutkan di hidupnya. Ia tidak ingin kejadian itu terulang kembali. Tapi takdir seakan menghakiminya, kejadian yang paling ia takuti terulang kembali.

Sekarang gadis itu terbaring tidak berdaya di dalam sana karena ulahnya. Lalu akan ada apalagi, atau jangan-jangan ia akan bisa membunuh Kalila jika ia terus memaksa berdekatan dengan Kalila.

Jauh didalam lubuk hati Rio, Ia juga merindukan saat-saat mereka kecil. Nyatanya itu tidak akan pernah bisa terulang lagi. Rio menyeka air matanya yang jatuh lalu menghembuskan napas sejenak. Kemudian ia menghubungi seseorang yang paling penting di hidup Kalila.

"Om Hari, sekarang Lila masuk rumah sakit."

Beberapa menit kemudian orang yang ditunggunya datang. Rio mengajak Ayah Kalila untuk menemui dokter yang menangani Kalila tadi. Ia tidak memiliki hak untuk mengetahui keadaan Kalila kecuali keluarga atau kerabat terdekat gadis itu.

"Jadi dokter bagaimana kondisi Anak saya?"

"Sel Kanker yang diderita anak bapak sudah memasuki stadium empat. Saya rasa anda harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Hanya keajaiban Tuhan yang akan menolongnya." Hari hanya terdiam mendengar itu. Ia tidak sanggup berkata-kata. Tubuhnya lemas kemudian pria itu keluar di dampingi Rio. Bahkan mereka belum mendapatkan donor jantung untuk Kalila.

"Tolong nikahi Kalila secepatnya." Hari memohon pada Rio.

****

Kalila terdiam mendengar ucapan Bu Rini yang sedang menjelaskan pelajaran Matematika. Ia tidak bisa konsentrasi. Entahlah semenjak pulang dari rumah sakit kemarin. Ia merasa ada yang aneh. Ayahnya lebih menjaga jarak darinya. Padahal biasanya Sang Ayah masih mau menyapanya. Tapi tadi sang ayah menghindar.

"Kalila!" Panggil Bu Rini.

Hal itu membuat Kalila terlonjak kaget. Ia ketahuan melamun di kelas.

"Iya Bu."

"Kamu memperhatikan ibu sedari tadi tidak?" Kalila menundukkan kepala lalu menggeleng. Ia sama sekali tidak memperhatikan penjelasan dari guru matematikanya. Bu Rini nampak menghembuskan napas sabar.

"Kamu maju kerjakan soal nomer satu yang berada di buku paket." Bu Rini menghukum Kalila.

"Iya Bu." Kalila melirik Yuli meminta bantuan. Yuli tersenyum kaku tidak mampu menolong.

Kalila mendesah membaca soalnya. Seharusnya soal ini akan mudah di jawab. Namun otaknya yang memang standar ini tidak akan bisa bergerak cepat tanpa ada latihan dan arahan. Kalila maju dengan pasrah. Ia sempat menoleh ke arah Pangeran yang duduk di seberangnya. Pria itu seakan peka, jika Kalila dalam kesulitan.

PANGERAN UNTUK KALILA (OPEN PO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang