Bab 16

13.1K 1.7K 82
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Love dulu buat part ini ♥️

Selamat membaca kesayanganku 💜

****

Mulai sekarang panggil aku. Aku tak akan membiarkanmu sendirian di tempat seperti ini.

***

"Kamu nggak ke rumah sakit?" Racha ibunda Rio menegur anaknya.

Rio yang baru pulang menghela napas kesal. Ibunya pasti akan selalu seperti itu.

"Kenapa tidak bunda saja yang ke rumah sakit?"

"Bunda baru pulang dari rumah sakit. Lila sendirian di sana, kamu tahu sendirikan keluarga Kalila itu seperti apa." Rio tidak mendengarkan, ia menyelonong naik ke atas tangga untuk masuk ke dalam kamar tanpa mau menjawab.

"Rio!!! Untuk sekali ini saja.. pliss.... Kamu tahu sendiri bukan ibunya Kalila itu teman Bunda. Dia menitipkan Kalila sama Bunda. Hanya dengan cara itu agar Kalila bisa keluar dari rumah itu dan bahagia. Kamu adalah kebahagiaannya, bunda mohon sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan kita." Rio membanting pintu kamarnya keras tanpa peduli dengan apa yang dikatakan Racha. Rio benci jika bundanya membahas Kalila. Ia benci gadis itu karena sudah mengambil perhatian bundanya. Ia benci Kalila karena hadir di dalam kehidupannya dan memporak-porandakan dunianya.

****

Kalila terdiam menatap pria yang duduk di sebelah kasurnya. Pangeran sibuk mengupas kulit Apel dengan penuh perjuangan. Awalnya Kalila sudah menolak bahkan menawarkan diri untuk membantu tapi pria itu ngotot ingin melakukannya sendiri. Katanya ia mau belajar mandiri. Kalila hanya pasrah. Walau ia tidak tega setiap kali mendengar Pangeran meringis terkena pisau. Ia membiarkan pria itu berkarya sesuka hati dengan bentuk absurd kupasannya.

Kalila memandang jendela rumah sakit. Terlihat langit biru yang mulai kelabu. Sepertinya hujan akan turun. Rio, orang yang dia harapkan tidak datang, tapi Pangeran datang tanpa ia minta sekalipun. Sedangkan Rio tidak pernah mau mengunjunginya sekalipun. Dari dulu hingga sekarang. Kadang Kalila bertanya dimana letak salahnya.

"Terimakasih sudah mau datang." Pangeran tersenyum membalas itu.

"Keluargamu dimana?" Satu pertanyaan yang membuat Kalila murung.

"Mereka sibuk." Pangeran tidak puas dengan jawaban Kalila, namun ia tidak berani menggali lebih dalam. Ia ingin Kalila menceritakan semua masalahnya sendiri tanpa paksaan darinya. Ia akan menunggu masa-masa itu. Ia penasaran dengan Keluarga Kalila.

"Kamu biasa sendirian disini?" Kalila mengangguk.

"Mulai sekarang panggil aku. Aku tak akan membiarkan kamu sendirian di tempat seperti ini. Karena rasanya sangat tidak menyenangkan." Kalila berandai jika yang mengatakan itu adalah Rio. Andai saja pria itu yang mengatakannya.

PANGERAN UNTUK KALILA (OPEN PO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang