10. Tersingkap

4.1K 352 114
                                    

Perth dan Plan meninggalkan Saint di rumah bersama ibunya yang masih mengambil cuti dari pekerjaannya di hotel..

Saint yang baru bangun tidur ketika kekasih dan kakaknya sudah siap berangkat sudah hampir kelayu
( apa ya bahasa Indonesianya?? Artinya pengin ikut) ,
tapi tentu saja kedua pemuda itu tidak mengijinkan, Saint baru boleh masuk sekolah besoknya lagi..

"Aku sekolah hari ini saja ya Phi.. "
Pintanya pada Plan..

"Besok Saint, besok..
Hari ini kamu di rumah dulu.. "
Plan membujuk adiknya..
Matanya masih menyorot kuatir setiap melihat Saint, terlebih melihat pipi adiknya yang masih ada sisa - sisa lebam bekas perundungan yang dialaminya..

Meskipun setiap hari mereka berdua selalu saja berkelakuan seperti Tom dan Jerry, sesungguhnya ikatan diantara mereka sangat kuat, mungkin karena mereka hanya dua bersaudara,hidup tanpa ayah yang telah meninggalkan mereka dan ibunya saat Saint duduk di kelas 9..
Tuan Suppapong meninggal dunia karena serangan jantung setelah perusahaannya bangkrut akibat di khianati oleh rekan bisnisnya..
Seluruh aset perusahaan di sita oleh bank untuk membayar hutang, bahkan mereka kehilangan rumah dan juga mobil..
Beruntung bahwa ibu mereka bukanlah perempuan manja, sejak sebelum menikah ibunya sudah menangani hotel warisan dari orang tuanya dan masih berlanjut hingga sekarang, dengan itu dia bisa menghidupi dirinya sendiri dan kedua putranya yang masih harus kuliah dan sekolah..

Saint menundukkan kepalanya dengan sedih..
Dia mengalihkan pandangannya pada  Perth, berharap kekasihnya luluh dengan memandangnya..

Perth menatap Saint yang sedang menatapnya sedih,tersenyum menenangkan..

"Kau di rumah saja dulu ..
Besok baru sekolah.. Ya?? "

"Tapi aku ingin sekolah Phi.. "

"Besok Saint, sabarlah..
Mau ku bawakan apa nanti?? "
Bujuk Perth sambil menggenggam kedua tangan Saint..

"Es krim vanilla, yang banyak.. "
Desisnya sambil mengusap setitik air mata yang menetes di sudut matanya..

"Baiklah.. Aku akan membelikan es krim untukmu..
Sekarang kami berangkat dulu ya..?? "
Perth mengusap pipi Saint sekilas..

Saint membuntuti kedua orang itu hingga ke pintu..
Memegangi ujung jaket Perth seakan tidak rela ditinggalkan..

Di luar ternyata telah menunggu Mean dan Tonnam di mobil masing-masing..
Plan langsung menghampiri mobil Mean dan duduk di sisi Mean..

"Perth, kami duluan, kau bujuk dulu cicakmu itu"
Plan meledek Saint yang mukanya langsung ditekuk..

Plan tertawa dan menepuk pundak Mean, mengisyaratkan untuk jalan duluan..

Mean langsung meluncurkan mobilnya diikuti Tonnam..
Sementara Perth melihat jam tangannya, masih ada waktu sedikit untuk membujuk pemuda manis itu..

"Kemarilah.. "
Perth membimbing Saint ke kursi di teras, merangkul bahunya dan mengusapnya pelan..

Saint menyandarkan tubuhnya dalam diam..

"Kau kenapa??
Wajah seperti ini tidak cocok untukmu bunny..
Kau lebih cocok berwajah jahil seperti saat berubah menjadi cicak.. "
Godanya sambil menjawil ujung hidung Saint..

Saint merengut, dia sedang tidak ingin bercanda, dia sungguh-sungguh tidak ingin ditinggalkan di rumah..

"Jangan sedih..
Tinggal sehari..
Besok kau sudah bisa mulai sekolah..
Aku nanti akan langsung kemari sepulang sekolah sambil membawa es krim..
Oke bunny sayang?? "

"Tapi...
Aku bosan sendirian.. "

"Bukankah ada mama??
Kau tidak sendirian.. "

Saint berdiri dengan sedih...
"Ya sudah, pergilah Phi, nanti terlambat..
Boleh aku mengirim pesan atau menelponmu nanti?? "

SHIELD (End) Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora