32. A Sweet Thing..

2.8K 265 282
                                    




Mari kita lanjutkan halu kita....

Cusssssss.








*
*
*
*


Saint sudah menjalani sidangnya..




Hasilnya tidak mengecewakan, karena selain dia sudah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, dia sendiri juga adalah mahasiswa yang berotak encer..

Sekarang Saint tinggal menunggu saat wisudanya...

Semua persiapannya tidak lepas dari peran Perth yang sudah memberikan langkah - langkah yang efisien dalam mempersiapkan bahan yang harus disiapkan oleh Saint..
Cara mudah menghafal..
Cara menjawab pertanyaan dosen penguji..
Cara supaya tidak gugup....dan lain-lain..

Kakaknya, Plan, juga rajin membantunya..
Menyiapkan fisik dan mentalnya....
Menghiburnya dengan kasih sayangnya pada adiknya..
Memanjakannya dengan aneka makanan yang bisa diterima oleh perut adiknya..



Plan sekarang jauh lebih sabar menghadapi Saint,dia yang biasanya emosi jiwa kalau melihat Saint  manja kepada ibunya dan Perth,saat ini justru malah jadi orang yang tidak rela jika Saint tidak mendapatkan keinginannya..
Dia tahu sekali adiknya sedang hamil muda, sedangkan Perth sedang jauh di belahan dunia yang lain.

Dia kerap menanyakan keinginan Saint, rajin membawakan buah - buah mengkal yang membuatnya bergidik ngeri karena membayangkan rasa asamnya, tetapi itu semua dibutuhkan oleh Saint..
Mengusap pinggangnya yang sering terasa pegal, atau membiarkan adiknya itu tidur di pangkuannya..

Jira dan Tui memperhatikan dengan haru interaksi kedua kakak beradik itu..
Mereka tahu, Saint menahan diri di hadapan mereka, bagaimanapun dekatnya mereka, tetap saja ada rasa sungkan yang dirasakan Saint pada mereka..

Saint selalu mengatakan dia baik - baik saja, tidak ingin apa - apa..
Anak itu menelan sendiri semua yang dirasakannya, tidak ingin membebani kedua calon mertuanya, meskipun kedua orang tua itu tidak bosan - bosannya menanyakan apa yang diinginkan oleh calon menantu mereka itu..

Begitupun kalau pria terkasihnya menelepon, Saint hanya suka memandang wajah tampan Perth, suka mendengar suaranya..
Suka ungkapan cintanya yang selalu membuatnya bahagia..
Dia tidak pernah mengatakan apa yang diinginkannya, meskipun begitu keduanya tahu apa yang paling diinginkan oleh Saint..
Suatu hal yang belum bisa dikabulkan oleh Perth dalam waktu dekat...




Kehadirannya..




Meskipun Perth selalu ada untuknya..
Mendampinginya dari jauh...
Tapi tetap saja terasa beda...
Perth tahu itu...

Plan menghapus air mata yang tergenang di mata adiknya, Saint tidak pernah menangis lagi saat menerima panggilan  dari Perth, tetapi begitu telpon atau video itu berakhir, adiknya itu segera sibuk mengeringkan air matanya, berusaha tidak membuat cemas prianya dengan air matanya...

"Aku tidak menangis P, aku tidak menangis lagi..
Aku baik - baik saja.. "
Ucapnya di pelukan kakaknya meskipun tubuhnya terguncang begitu keras dan suara sesenggukannya yang teredam di dada Plan terus terdengar..

Plan  menahan air matanya kuat - kuat, mengusap kepala adiknya sambil membisikkan kata - kata penghiburan..

Keduanya tidak sadar Tui yang berdiri di depan pintu kamar calon menantunya itu harus menekap mulutnya kuat - kuat untuk mencegahnya ikut menangis juga  mendengar isak tangis Saint..
Dia yang tadinya hendak mengantarkan minuman hangat dan buah untuk Saint terpaksa mengurungkan niatnya dan meletakkan nampan itu di atas meja dan mencekal dadanya yang terasa sesak..

SHIELD (End) Where stories live. Discover now