27. Word - 단어

427 41 29
                                    

5 Februari 2016

Min Yoongi's POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Min Yoongi's POV

Aku mengenal Jihyun sebagai seorang perempuan cerdas, kuat dan berhati lembut.

Tapi sore ini, di Sungai Han, wajah Jihyun tidak seperti wajah yang selalu aku lihat sebelumnya. Dia menangis. Matanya bengkak dan air matanya terjatuh melewati pipinya.

Kakinya yang menggantung di udara karena posisi duduknya yang berada di pinggir sungai-menatap lurus sambil menghadap ke arah sungai dengan mata sembabnya.

Mendekat beberapa langkah, aku langsung bisa mendengar suaranya yang sedang menangis pelan.

"Tidak datang ke akademi belajar, rupanya kau di sini"

Ku beranikan diriku untuk mengeluarkan suara ketika tepat berdiri di sampingnya. Aku enggan menatap wajahnya, jadi aku langsung memalingkan wajahku ke arah sungai ketika ia mulai mendongak untuk melihatku.

Aku tidak yakin jika dia tahu kalau sebenarnya aku sangat canggung berada di sampingnya seperti ini. Tapi aku tidak peduli, cuacanya terlalu dingin untuk memikirkan hal-hal seperti itu.

"Kenapa oppa ada di sini?"

Dari sudut mataku, aku bisa melihatnya yang tengah berusaha berdiri sambil mengusap kasar air mata yang ada di pipinya. Kini tubuhnya telah sejajar denganku, berdiri berhadapan, dan mata kami saling bertemu.

Aku hanya berdehem membuang rasa canggungku. Tapi percuma, aku masih gugup setelah menjadi dekat kurang lebih 2 tahun ini.

Sekarang, aku memilih untuk tidak menjawab pertanyaannya kenapa aku bisa sampai di depannya. Itu cerita panjang, aku malas menceritakannya.

"Kau tidak datang ke akademi belajar, dan ponselmu mati. Aku jadi khawatir."

Bersusah payah aku menyembunyikan rasa canggungku di depannya, entah itu ketara atau tidak, terserah. Lagipula Jihyun juga tidak akan bertanya perihal nada suaraku yang bergetar dan terdengar kaku.

"Maafkan aku, ponselnya sengaja aku matikan tadi."

Jihyun menunduk lemas dan meremas ujung rok sekolahnya. Aku hanya diam, sampai akhirnya dia kembali menatap mataku dengan ekspresi yang tadinya sedih sekarang mencoba untuk terlihat bahagia.

"Oppa, aku bertemu dengan ibu tadi."

Senyumnya sangat lebar hampir memperlihatkan semua deret gigi putih rapihnya. Matanya juga membentuk bulan sabit dan berbinar-binar.

Tapi aku sangat tahu seperti apa Jihyun jika sudah membicarakan kedua orang tuanya, apalagi ibunya. Dia jelas-jelas tidak bahagia tapi memaksa untuk terlihat bahagia di depanku.

Aku bingung menunjukkan respon seperti apa.

"Benarkah? Syukurlah,"

Jawabku singkat, aku menanggapinya seolah-olah percaya akan ucapannya. Padahal aku sendiri tahu kalau dia sedang merasakan sakit yang teramat ketika berbicara mengenai keluarganya.

Love Yourself : Happiness [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now