41. Blood - 피

207 24 4
                                    

Warning! Trigger! 17+, Self harm.
So, be profesional readers. Read your own risk.
.
.

6 Juli 2022

Shin Jihyun's POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shin Jihyun's POV

Aku berjalan keluar kamar karena mendengar suara benda yang terjatuh di sekitar ruang tengah. Tidak mungkin itu suara kucing apalagi hantu di rumah ini, mengingat kami hanya bertiga.

Cahaya di sekitar dapur cukup redup karena minim pencahayaan. Seharusnya di jam 2 pagi seperti ini lampunya sudah mati. Tapi kenapa lampu di sekitar pantry dapur masih menyala. Bisa dipastikan itu Hoseok oppa atau Jimin yang sedang kelaparan. Biasanya akan seperti itu.

Aku yang tadinya hanya menoleh, detik itu juga melangkah ke area dapur untuk mematikan lampunya. Tapi langkahku berhenti di depan kulkas ketika melihat siluet tubuh yang sedang menunduk-duduk di kursi pantry.

Biar kupastikan itu adalah Jimin. Bayangan tubuhnya terlalu jelas di mataku. Aku melangkah pelan agar tidak membuatnya terkejut dengan kedatanganku.

Tapi ketika aku hendak berjalan lebih dekat, aku melihat Jimin sedang sibuk menggaruk tangannya dengan kasar. Tanpa aba-aba, tanganku langsung meraih tangannya, hal ini membuatnya langsung mendongak dan menoleh ke arahku.

"Apa yang kau lakukan!" seruku sedikit berteriak panik.

Cahayanya tidak cukup jelas untuk melihat ekspresi Jimin dengan baik. Tapi aku tahu dia sangat terkejut. Beruntungnya, cahaya ini lebih memilih menerangi di sekitar kami, jadi itu alasan kenapa aku bisa melihat hal yang seharusnya tidak Jimin lakukan.

"Kau melukai dirimu!"

Entah Jimin marah atau kesal, aku tidak peduli. Aku hanya berusaha menarik tangannya menjauh dari perbuatan sebelumnya. Bahkan ketika aku melihat dengan jelas tangannya, ada beberapa luka merah dan darah di sana. Ini pasti Jimin menggaruknya dengan sangat keras.

Tapi beruntungnya aku tidak melihat benda-benda tajam di hadapan Jimin sekarang. Setidaknya dia tidak melakukannya sejauh itu. Ada sedikit lega tapi masih dengan perasaan khawatir dan marah padanya.

Aku tahu ini bukan hal biasa. Aku tahu benar apa yang Jimin lakukan sekarang. Tapi aku tidak akan bertanya atau menyinggung apa pun tentang hal ini. Yang bisa aku lakukan sekarang adalah memberitahunya dan menjauhkan dirinya dari aktivitas sebelumnya.

"Kau terluka. Lihat ini!".

Aku masih memegang tangannya dengan sangat kesal dan emosi yang berkecamuk. Tapi rupanya, Jimin hanya diam lalu tertawa samar. Aku sempat bingung dengan tingkahnya, tapi aku segera menarik kursi di sebelahnya tanpa melepaskan tangannya dari genggamanku.

"Aku baik-baik saja. Percayalah."

Bagaimanapun juga aku harus menahan emosiku di depannya. Jika kemarahanku makin memuncak, itu hanya akan memperkeruh keadaan. Aku menangis, aku benci lemah seperti ini. Tapi aku tidak bisa menahan butiran cair ini keluar dari mataku.

Love Yourself : Happiness [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang