siap bertahan

6.6K 884 98
                                    










































"ALETTHA!!"

Sejeong berlari kearah Alettha yang sudah bersimba darah. Ia meletakan kepala Alettha dipahanya dengan tangan yang sibuk merapihkan helaian rambut Alettha yang terurai.

"Alettha, bangun dek" Sejeong bagai kesetanan menepuk-nepuk kedua pipi Alettha agar wanita itu tetap pada kesabarannya. Dengan amarah, ia memandang mobil yang menabrak Alettha dan segera menghampirinya dengan amarah yang membuncah.

Brakkk!!

"Keluar lo brengsek!!" Jerit Sejeong tepat didepan mobil penabrak tersebut. Wajah Sejeong sudah tak dapat dinilai karena air matanya yang membuncah. Dengan keberanian besar, ia kembali menendang bagian depan mobil tersebut sembari meneriaki si pemilik mobil agar keluar.

"Keluar lo!! Tanggung jawab!!" Teriaknya lagi yang kali ini sukses membuat sipengendara tersebut keluar dari kendaraannya.

Sama kesalnya dengam Sejeong, pegendara tersebut menampar pipi Sejeong kencang sampai semua orang yang berada di sekitarnya menganga tak percaya.

"Jangan salahkan saya! Untuk apa dia berlarian di jalan raya saat sedang ramai-ramainya!!" Balas teriak orang tersebut tepat dihadapan Sejeong.

"Seenggaknya lo telfon ambulan untuk korban lo, bukannya cuma duduk anteng didalem mobil ngeliatin korban lu terbaring kayam gitu!! Dasar sampah!!" Balas Sejeong dan kembali menendang mobil tersebut. Ketika sipengendara berhasil mencengkram kerah baju Sejeong, tanpa rasa takut sekalipun Sejeong meludahi si pengendara.

"Dasar, otak udang!!"

Setelah memberi peringatan kepada si pengendara, Sejeonh kembali kepada Alettha yang sudah mulai diatas kesadarannya.

"Dek, tahan ya. Secepatnya akan kakak selamatin kamu" Sejeong mendial nomor ambulance dirumah sakit tempat ia bekerja.
Setelahnya ia kembali kepada Alettha yang tengah meringkih seraya memandang wajah Sejeong lamat-lamat.

"Kamu harus kuat, demi anak-anak kamu maupun suami kamu. Janji dek, kamu harus kuat" isakan Sejeong tak tertahan. Bahkan ia tak mempedulikan bajunya yang terkena tetesan darah.

Tak berapa lama, ambulance panggilannya sudah tiba di lokasi. Buru-buru ia mengatasi luka-luka pada tubuh Alettha dengan usahanya sendiri sembari menangis.

"Inget dek, kamu harus kuat apapun yang terjadi. Maafin kakak"

Perlahan, tangan Alettha mengenggam jemari Sejeong. Ia berniat menyampaikan pesannya namun dirinya seperti tak sanggup. Pelan-pelan Sejeong mendekatkan dirinya pada tubuh Alettha.

"K-kak, to-long jagain anak-anakku. Jaga juga mas Doyoung. Aku tau, kakak perempuan baik-baik" ujar Alettha terbata seraya meringis.

Sejeong kelabakan, ia menggeleng kuat-kuat tak ingin mendengar suara Alettha lebih jauh lagi.

"Kamu kuat. Bertahan demi mereka. Kamu udah janji sama kakak, Lettha!!" Bentak Sejeong yang malah diberi senyuman kecil oleh Alettha.

"Alettha, bertahan hiks-"












"Permisi!!" Jeritan Sejeong memenuhi koridor rumah sakit. Secepat kilat orang yang berlalu lalang menepi karena teriakan Sejeong serta keadaan Alettha yang sudah diambang maut.

Sepanjang perjalanan yang Sejeong lakukan hanyalah menangis seraya menggenggam erat jemari-jemari Alettha yang terkulai lemas.

Kini mereka sudah berada di UGD, Sejeong yang hampir memasuki ruangan langsung ditahan oleh perawat dan menyuruhnya untuk menunggu. Kesempatan itu ia lakukan untuk menelfon keluarga Doyoung maupun Alettha.

Mas DoyoungWo Geschichten leben. Entdecke jetzt