bunda jangan pergi

8.8K 956 120
                                    



















"KAPTEN DOYOUNG!!"

Pekik anak buah Doyoung yang menerobos masuk disaat Doyoung tengah melakukan rapat bersama atasannya.

"Ibu, pak!"

Doyoung menerima raut bersahabat dari teman kepercayaan, tanpa menunggu lebih lama Doyoung pamit dan segera berlari menuju rumah sakit.




"SEOKJUN!!" teriakan Saera diruang kelas Seokjun membuat kelas tersebut seketika hening. Seokjun melihat raut bahagia terpancar jelas dikedua mata milik Saera. Bahkan beberapa bulir air mata sudah turun dari pelupuknya.

"Ada apa, nak?" Tanya bu Irine guru yang tengah mengajar kelas Seokjun. Saera sempatka meminta maaf kepada guru tersebut sebelum akhirnya kembali pada Seokjun yang masih belum mengerti ucapannya.

"Bunda Alettha-"





Doyoung memarkirkan kendaraannya asal, beruntung juga ia memiliki pangkat sebagai seorang kapten. Sehingga tanpa disuruh, anak buahnya sudah berdiri didepan lobby dan langsung menerima kunci kendaraan milik Doyoung.

Doyoung berlari secepat mungkin, menganggap sapaan dan pertanyaan dari rekan-rekannya bagai angin lalu. Yang terpenting sekarang adalag istrinya.

Langkahnya terhenti ketika dari ujung koridor dirinya sudah melihat anak-anaknya berdiri menunggu dengan sang kakak-Gongmyung disampingnya. Menyadari kedatangan ayahnya, Yoora pun berlari dan langsung memeluk tubuh Doyoung erat.

"Ayah, bunda bangun" histeris Yoora. Membuat Doyoung menangis dilekukan leher putrinya dengan isak yang tertahan.

Penantiannya beberapa bulan, berakhir bahagia. Wanita yang ia tunggu-tunggu kesadarannya kini telah berhasil membuka matanya. Memberi kesempatan pada Doyoung untuk memperbaiki cerita hidup mereka sebaik mungkin.

Doyoung tetaplah manusia. Ia mulai menangis dengan tersedu-sedu kala punggungnya diusap oleh ayah mertuanya.
Dan tak lama, sebuah kecupan hangat mendarat dikeningnya dari ibunya sendiri.

"Istrimu hebat, kamu pun juga hebat. Papah bangga sama kalian" ujar Taeyang yang menbuat Doyoung lebih histeris.

Yoora yang merasakan tangis serta nafas ayahnya memburu langsung saja menangkup wajah ayahnya. Mencium kedua pipi, kening sampai bibir dengan tulus.

"Ayah jangan nangis, nanti bunda tidur lagi kalau ayah nangis!" Omel Yoora yang membuat Doyoung menggeleng.

Saking bahagianya Doyoung sampai tak bisa berucap. Ia menatap satu persatu anak-anaknya yang ikut menangis karena bahagia. Terlebih Youngjae dan Siyeon.

"Kalian juga jangan nangis"

Youngjae dengan cepat menghapus air matanya, sedangkan Siyeon lebih memilih memeluk kaki Doyoung.

"Keluarga pasien?" Ucap sang dokter ramah disertai senyuman yang tidak henti-hentinya mengembang. Doyoung maju beberapa langkah hingga akhirnya ia digiring masuk dengan anak-anaknya yang ikut dibelakang dirinya.

Hal pertama yang ia lihat adalah, istrinya yang tengah dibersihkan oleh salah seorang perawat.

Mata indah milik Alettha memandang lurus keatas, tangannya bergerak-gerak gelisah. Mau sesakit apapun wanita itu, entah mengapa bagi Doyoung ia tetaplah wanita terindah.

Pelan pasti, Doyoung dan anak-anaknya mendekat. Alettha masih belum menyadari kehadiran mereka sampai perawat pergi. Yoora dan Youngjin yang dasarnya sudah sangat merindukan ibunya langsung menggenggam jemari Alettha kuat. Membuat si empunya terkejut dan lantas mengambil alih fokus kepada sosok lain selain dirinya.

Mas DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang