3

4.1K 328 4
                                    


"Enghh..."

Ku kerjapkan mataku berulang kali. Ternyata aku masih berada di masa lampau.

"Kenapa sepi sekali? Aku harus keluar" batin Xia He.

"Halo, permisi. Apakah ada orang?"

"Tuan putri, seharusnya putri beristirahat terlebih dahulu", jawab dayang yang masih muda itu.

Xia He hanya menatap dayang itu sambil mengingat siapa nama dayang tersebut. Setelah beberapa saat, dayang itu bertanya kembali.

"Ada apa putri, ada yang ingin putri tanyakan?," tanyanya.

"Apakah kau dayang Oh?"

"Iya putri, Saya dayang Oh. Apakah putri belum mengingat Saya?"

"Maaf dayang Oh, kepalaku sakit sekali. Jadi butuh waktu itu mengingat. Bisa kau ceritakan kenapa aku bisa seperti ini? Lalu dimana orang-orang? Kenapa sepi sekali?", cerca Xia He.

"Tidak perlu meminta maaf tuan putri, ini semua salah hamba yang lalai menjaga tuan putri. Waktu itu tuan putri sedang membaca buku di perpustakaan, lalu saat hendak kembali ke kediaman tiba-tiba tuan putri terjatuh dari tangga. Dan tidak ada siapapun di sana. Di sini sepi karena sedang mempersiapkan diri untuk datang ke kerajaan Putra Mahkota Zhou", jelas dayang Oh.

Ternyata dayang Oh berkata jujur. Sebenarnya Xia He tahu apa yang terjadi dari ingatan Xia He yang lama. Dia hanya ingin menguji dayang pribadinya. Dan ternyata dayang Oh berkata jujur.

"Kaisar Zhou?", beo Xia He.

"Iya putri, kaisar Zhou yang memimpin 4 kerajaan besar. Kerajaan Huang, kerajaan Kang, kerajaan Wu dan yang pasti kerajaan Li. Kaisar sedang mengadakan acara untuk pemilihan calon permaisuri. Setiap kerajaan akan membawa putri raja untuk mengikuti acara tersebut. Apakah putri tidak berminat untuk menjadi calon putri mahkota?"

"Ah, untuk apa menjadi putri mahkota dan menjadi permaisuri jika dibelenggu oleh banyak aturan? Aku tidak suka dikekang. Aku ingin bebas menjalani hidupku. Banyak sekali yang ingin ku lakukan dalam hidup yang singkat ini. Termasuk hal yang belum bisa ku lakukan di dunia modern" lanjut Xia He dalam hati.

"Li Xia He...."

Xia He dan dayang Oh menoleh ke sumber suara. Ternyata Raja Li Xu Hua sekaligus ayah Li Xia He.

"Hormat yang mulai raja", hormat dayang Oh.

"Kau tidak menyapa ayahmu ini putri Xia He?" tanya raja.

"Halo ayah, apa kabar?", sapa Xia He yang membuat raja terkaget.

"Apakah kau masih sakit putri ku?"

"Tidak ayah, Xia He sudah membaik"

"Istirahatlah, lusa kau harus menghadiri acara pemilihan calon putri mahkota"

"Aku tidak ingin mengikuti acara itu ayah, untuk apa? Membuang-buang waktu saja", jawab acuh Xia He.

"Bukankah kau ingin sekali menjadi putri mahkota ?", tanya raja Li yang kebingungan dengan sikap putrinya yang berubah drastis.

"Mungkin dulu aku sangat menginginkan posisi itu, tapi sekarang tidak lagi", jelas Xia He.

"Tapi kau harus mengikutinya, itu adalah dekrit dari kaisar langsung. Menolak artinya memberontak"

"Ayah aku tidak ingin mengi-"

"Tidak ada penolakan Putri Li Xia He! Istirahatlah, lusa kita berangkat ke kerajaan putra mahkota Zhou", tegas raja Li Xu Hua.

"Baik ayah", jawab Xia He akhirnya. Merepotkan sekali batinnya.

Kenapa Xia He yang dulu ingin sekali menjadi permaisuri. Sekarang aku yang jadi korbannya. Maafkan aku Xia He yang lama, sungguh aku tidak ingin menjadi permaisuri. Xia He sudah memiliki ide-ide agar ia gagal dalam pemilihan permaisuri itu. Smirk smile terlihat di wajah cantiknya.

"Apakah putri baik-baik saja?", tanya dayang Oh.

"Tenanglah dayang Oh, aku hanya terlalu bersemangat. Yah semangat untuk mewujudkan ide gilaku ini" lanjutnya dalam hati.

TIME TRAVEL OF XIA HETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang