Anggana Budhi Pratama

258 36 33
                                    

1

Anggia Putri Aningtias, gadis SMK kelas dua jurusan Perkantoran yang sangat bangga dengan dirinya. Dia selalu saja berhasil membuat para lelaki yang mendekatinya gagal Move-on.

Bahkan tak jarang orang-orang di sekitarnya tak berani terlalu dekat di karenakan mereka takut untuk gagal Move-on.

"Gua bangga sih sama kemampuan gue ..., karena apa? Karena gue selalu bisa buat orang gagal Move-on sama gue ...."

Berbeda dengan Nani Istiyanti, si cewe yang selalu jadi korban Fakboy para lelaki jaman kini padahal berotak jenius dan memiliki paras wajah yang cantik.

***

Nani, keluar dari toilet seraya merapihkan seragamnya yang sedikit kusut.

Langkah kakinya terus di ayunkan di koridor sepi, mungkin karena masih banyak pegawai yang bekerja.

Langkahnya terhenti tak jauh dari kantin, tatapannya berlabuh di kantin Ibu Eti, menatap Bu Eti yang tengah memasak Mie tek-tek, makanan kesukaannya sejak keduanya prakerin di Instansi ini.

Wangi khas tercium di hidung nya, dengan semangat Nani menghampiri Bu Eti,
"Bu mie tek-tek nya satu."

Bu Eti tergelak, "Kok enggak di ruangan, Neng?"

Belum sempat Nani menjawab, kerah seragam belakangnya tertarik. Nani sontak berbalik, ternyata Anggia yang melakukannya.

Nani hanya melempar cengiran polos.

"Lo emang nyusahin, ya? Ngomongnya ke toilet, kok malah banting setir ke kantin sih? Belum jam istirahat Na."

***

"Mereka itu siswa prakerin bagian pensiun, kan." bisik pegawai staf arsip diseberang meja Nani.

"Ouh, itu kayaknya sih iya. Soalnya mereka keluar masuknya dari ruangan pensiun." Sahut orang di sampingnya. Keduanya memperhatikan diam-diam Anggia dan Nani dengan penuh minat.

Sedangkan Nani tengah cemberut karena Anggia mengajaknya untuk kembali ke ruangan, padahal ia sangat ingin makan mie tek-tek sekarang.

"Bentaran lagi istirahat kok. Jangan rewel deh," ucap Anggia dengan malas.

"Sebentar aja, Aang. Sebentar ...." mohon Nani dengan wajah ditekuk sedih.

Anggia terkekeh geli, "Sebegitu sukanya lo sama Mie tek-tek ini Na?"

Nani mengangguk cepat, "Please ...."

Pada akhirnya Anggia tak bisa menolak, lagi pula dari awal Anggia hanya ingin menggoda Nani.

Nani mengulum senyum, dengan senang hati Nani menyambut mie tek-tek dan memakannya dengan rasa bahagia.

"Enak banget," ucap Nani dengan sedikit lebay.

Anggia hanya menggeleng pelan seraya mengulas senyum samar.

***

"Kita jadikan pulang prakerin ke sekolah untuk bimbingan?" tanya Nani dengan sedikit nada agak malas, karena Ia ingin segera sampai rumah bukannya ke sekolah.

"Jadi!"ketus Anggia.

Nani duduk menggeser agar bisa di samping Anggia dan menatapnya dengan rasa aneh,
"Lo, kenapa tumben amat?" tanya Nani dengan rasa heran.

"Gapapa." elak Anggia acuh.

"Tadi, ada ibu-ibu lagi sibuk bicarain kita." terang Nani dengan sedikit sebal.

"Ya terus?" tanya Anggia cuek, seolah-olah dirinya tidak terbawa dengan masalah itu.

Nani menatap Anggia jengah plus kesal,
"Ihhh ya terus ya terus! Lo gimana sih. Terus kita harus gimana?" tanya Nani.

Anggia berdecak, "Cuekin aja kali, palingan cuman gara-gara tadi kita ke kantin sebelum jam istirahat pegawai tiba. Udah sana gue harus beresin pekerjaan ini," usir Anggia sedikit kesal.

Nani menggeleng cepat, "Ya udah, dasar emosian," ketusnya dengan nada agak pelan karena takut terdengar oleh Anggia.

***

Anggia menghembuskan napasnya kasar, selama di kantin sekolah Nani terus saja makan dan mengoceh tentang perbincangan tadi di ruangan kerja.

"Kok, lo santai sihh aneh bet dah lo."

Anggia menghentikan makannya, dan menutup mulut Nani yang sedari tadi terus mengoceh. Sedangkan di seberang meja mereka ada seorang lelaki yang notabennya guru terus saja memperhatikan keduanya.

"Hehehe, maaf Pak keganggu. Ini, biasa Nani nggak mau diem," ucap Anggia kepada Pak Anggana yang merupakan salah satu guru di SMK keduanya yang usianya masih muda yaitu 21 Tahun.

"Ya sudah gapapa, kan Nani memang begitu." jawab Pak Anggana santai seakan-akan memang sudah tahu tabiat Nani.

"Kalian nggak prakerin? Kok ada di sekolah?" tanya Pak Anggana ketika baru menyadari keduanya ada disekolah.

"Hehehe iya Pak, kan prakerin cuman sampai jam 3. Jadi kita kesini, lagian mau bimbingan juga kok pak," jawab Nani seraya tertawa kecil.

Pak Anggana pun menawari agar Anggia dan Nani duduk didekat dia. Selama satu meja dengan Pak Anggana mereka memang banyak sekali berbincang.

Bahkan bagi Anggia ini merupakan awal yang tak terduga akan menjadi sebuah kisah buat Dia.

"Ibi, makanan kita dibayarin Pak Anggana yaa!" seru Nani yang sontak saja membuat Pak Anggana terkaget.

"Hah apa? Kok Bapak? Nggak, nggak Bapak belum gajian." dengan nada agak meyakinkan bahwa itu memang faktanya.

Anggia terkekeh, menatap Pak Anggana geli, "Nggak kok Pak, Nani cuman bercanda. "

"Tapi kalau beneran dibayarin juga gapapa kan yaa." harap Nani sembari tertawa kecil.

***

Kita Pernah Ada (Selesai✔️)Where stories live. Discover now