Anggia Putri Aningtias, cewe cantik,periang, dan jago membuat para lelaki gagal move on. Namun, siapa sangka jika semuanya berbalik kepadanya? Kehidupan nya berputar setelah bertemu sosok Anggana.
Anggana Budhi Pratama, guru muda di sekolah Anggia...
Anggia memakan makanannya dengan tak berminat. Bi Jun yang menangkap gelagat itu langsung bertanya.
“Kenapa Non? Gak enak ya masakannya bibi?”
Anggia mendongkak dengan sedikit tersentak, “Enggak, enak kok Bi enak. Anggia cuman lagi kangen Ayah sama Ibu.”
Pak Yadi mengulum senyum. “Bukannya nanti tuan sama nyonya pulang ya non? Harusnya semangat dong.”
Anggia mengulum senyum kecil. “Saking gak sabarnya Gia jadi kesel. Harus berapa lama lagi Gia nunggu?” keluhnya dengan memberengut lucu.
Bi Jun menoleh sekilas dengan mulut penuh, ikut memperhatikan Anggia.
“Sabar ya, non,” ucap Bi Jun dengan senyum hangat.
“Iya, Bi.”
*** Hari ini prakerin hanya sebentar, dan lagian sepulang prakerin Anggia sudah bimbingan ke sekolah tadi.
Tiba-tiba dering handphone Anggia berbunyi, ternyata ada telpon dari Anggana ke sayangannya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Di telpon keduanya begitu asyik bertukar cerita dan tertawa bersamaan.
Anggia pun menceritakan tentang kerinduannya terhadap kedua orang tuanya, dan Anggana pun berusaha membuat Anggia tenang.
“Betapa beruntungnya diriku ketika memilikimu, Aa.” gumam Anggia dalam hati seraya tersenyum manis dibalik telpon.
“Aa ... makasih ya, udah bisa ngertiin Gia. Betapa beruntungnya Gia bisa memiliki Aa dikehidupan Gia.”
“Iya sayang, berdoa bareng-bareng yuk. Semoga kita bahagia bareng, sedih bareng, terus bareng-bareng selamanya.” ajak Anggana.
Anggia menatap handphonenya dan membayangkan Anggana berbicara begitu tepat berada di sampingnya.
“Kalau kita di pisahin, berarti doa kita gak di kabul dong, A'?”
Anggana menggeleng kecil. “Kalau kita dipisahin berarti tuhan sayang sama kita, dia mau kita menghargai jarak. Merasakan rindu, sampai akhirnya tuhan bikin kita kembali ketemu. Percaya aja kalau takdir ada buat Aa sama kamu.” Anggana pun terkekeh pelan.
Anggia menghela nafas panjang, mengangguk dan dia berdoa semoga apa yang dikatakan Anggana benar. Dan yang harus Anggia lakukan adalah percaya pada tuhan, ada garis yang sudah ditetapkan olehnya, entah bahagia atau sedih. Yang jelas tuhan akan memberikan yang terbaik untuk setiap umatnya.
Yaa meski perpisahan terbilang kejam, Anggia tak peduli yang jelas saat ini dirinya merasa bahagia bisa memiliki Anggana.
Setelah telpon mati Anggia mengulum senyum begitu lebar karena merasa cukup tenang setelah bercerita kepada Anggana.
Bi Jun mengetuk pintu kamar Anggia, tak lama pintu terbuka. Anggia berdiri dengan memegang buku novelnya.
“Non, ini kopi sama rotinya ya.”
“Makasih ya, bi.”
“Iya non, bibi kebawah lagi ya,” ujar Bi Jun seraya meninggalkan Anggia di kamarnya.
Anggia mendudukkan tubuhnya di sofa dekat jendela dengan wajah berbinar.
Handphonenya berdering, terdapat pesan dari Anggana
Anggana
“Sayang, nanti tanggan 16 kan disekolah ngadain PORAK. Nah Aa kebagian jadi panitiannya juga. Nanti kamu datang ya, bawa juga jersey punya Aa mau di pake soalnya.” 19.00
“Ciee panitia nih, kebetulan Gia sama Nani juga nanti senin disuruh kesekolah ngurus beasiswa sih. Jadi gak prakerin. Emangnya mulai jam berapa itu acara?’ 19.01
“Temenin Aa yaa, sampai beres.. jam 06.20 udah mulai kok.”19.01
“Hemm okey.”19.02
“See you sayang.”19.02 read
“Hemm jam 06.20 udah mulai, ya kali gue datang kesana cuman bawa jersey punya Aa? mending sekalian gue bawa sarapan sama makanan dan minuman kesukaan Aa deh.” gumamnya dalam hati.
“Gue ke supermaket deh, beli bahan-bahan buat besok.” lanjutnya dengan bergegas ganti baju dan menuju supermarket di dekat perumahannya.
