9

46 14 6
                                    

Suasana kantin hening setelah bel masuk jam Istirahat berbunyi. Anggia sedari tadi hanya asyik dengan layar laptopnya dan menghiraukan Nani yang berada di samping.

Nani tak masalah dengan diamnya Anggia, namun Nani merasa ada yang berbeda dengan Anggia.

“Aang,lo kenapa sih?” tanya Nani.

“Eh Na... gue gapapa kok, maaf ya gue udah nyuekkin lo. Gak seharusnya gue gini ke lo,” ujarnya.

“Iya gue paham kok,” ulum senyum Nani.

“Lo kalau mau balik duluan gapapa kok Na, gue masih mau disini soalnya,” ucap Anggia.

Nani paham maksud Anggia, ia tak mau diganggu. “Iya gue mau pulang kok, lo gapapa kan ya gue tinggal?” tanya Nani.

“Iya gapapa, lo ati-ati,” ujar Anggia.

Nani pun bergegas mengambil tas dan pergi untuk pulang kerumahnya.

***

Hampir 2 jam lebih Anggia berdiam diri di kantin dengan ditemani beberapa gelas Es Chocolate Matcha dan Laptopnya.

Tiba-tiba ada seorang lelaki yang menghampiri Anggia dan duduk disampingnya.

“Ikut duduk ya,” ucapnya yang sontak membuat Anggia menoleh ke arah sumber suara.

Suara itu ternyata adalah suara Pak Anggana, yang sontak membuat Anggia terkaget tak percaya.

“Hehe ba ... bapak,” ujar Anggia yang sontak menjadi gugup seketika.

“ Iya pak silahkan,” lanjutnya.

Pak Anggana yang melihat meja yang ditempati Anggia berantakan dengan bekas gelas minumannya pun sontak melontarkan pertanyaan kepada Anggia yang masih asyik dengan layar laptopnya.

“Banyak banget, Aang bekas minumnya, gak salah?”

“Hehehe nggak pak, emang lagi pengen aja,” ujarnya cengengesan

“Hemm, kamu kenapa?” tanya Pak Anggana yang sontak membuat Anggia terdiam sejenak.

“A ... a ... aku pak? gapapa kok.”

“Bapa mau cerita boleh?” tanya Pak Anggana

Anggia terdiam “Cerita?lagian si bapak mau cerita apa?” gumammnya dalam hati seraya terus memandang Pak Anggana penuh heran.

Pak Anggana pun memulai ceritanya.

“Jadi gini Aang, bapak punya mantan. Dan kebetulan masih seumuran dengan kamu, hanya saja dia siswi SMU. Bapak bingung Aang,” ujarnya terpotong

“Bingung? Kenapa pak?” tanya Anggia yang memang ingin tahu cerita tersebut.

“Bapak bingung karena dia yang terus saja menganggap bapak ini pacar dia, ya emang salah bapak memiliki hubungan dengan seseorang yang umurnya di bawah bapak. Tapi ya mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur”

“Bahkan, kemarin dia tiba-tiba saja ke kosan bapak, dia mengajak bapak untuk pergi menonton. Bapak gak bisa nolak, karena kasihan juga dia sudah datang. Dan akhirnya bapak ikut dia.” Pak Anggana berhenti bercerita, dan memandang Anggia yang sedang fokus mendengarkan.

“Terus gimana pak?” tanya Anggia.

“Jujur, bapak gak nyaman. Bapak juga berhak untuk memulai kehidupan baru dengan cinta baru dan seseorang yang baru” ujarnya sembari mengulum senyum kearah Anggia entah apa maksudnya.

“Buat apa Pak Anggana cerita yang ginian ke gue? Dan secara tiba-tiba.”gumamnya dalam hati dengan pikiran yang bingung.

Handphone Pak Anggana tiba-tiba saja berdering, ternyata bunyi alarm jam mengajar.

Kita Pernah Ada (Selesai✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang