Gunung Cikuray (2)

15 6 0
                                    


 Malam ini mereka memutuskan untuk membuka tenda didekat pos 6 dikarenakan sudah lelah.

Sepertinya malam ini Anggia terpaksa bermimpi buruk, pasalnya gadis itu satu tenda dengan Nova. Sudah berkali-kali ia protes, namun usahanya sia-sia.

Saat ini para lelaki sedang menyiapkan api unggun bersama pendaki lain yang beristirahat di pos 6. Mereka bernyanyi bersama, berbagi cerita dan lebih banyak saling melempar lelucon.

Setelah pukul 11.45, mereka memutuskan untuk masuk kedalam tenda masing-masing untuk beristirahat. Hampir semua orang sudah kembali ke tenda masing-masing, hanya ada beberapa orang yang masih terjaga diluar tenda.

Anggia pun masuk menuju tendanya, saat masuk kedalam tenda Anggia tidak mendapati Nova didalamnya.

Disisi lain, Nova tengah tersenyum sinis, merencanakan sesuatu yang sangat-sangat menyenangkan baginya.

“Hei, sini,” ucap Nova saat melihat Pahlevi.

“Ada apa ya?” tanya Pahlevi.

“Lo temennya Anggia kan? Kasih tau Anggia gih, dia ditunggu Anggana di sana. Lurus aja nanti ada Anggana kok disana” ucap Nova terlihat sangat meyakinkan.

“Ouh iya, okey,” ucap Pahlevi tanpa menaruh curiga sedikitpun.

Saat hendak merebahkan tubuh, ada orang yang datang ke tenda Anggia, dan memanggilnya.

“Gia, heh Gia,” ucap Pahlevi.

“Paan sih Lev, udah malam tidur sana.
Lagian Anya satu tendanya kan sama Nani,” ucap Anggia dengan nada sedikit kesal.

“Eh, Aang di panggil Anggana noh, disana lurus aja nanti ada si Anggana lagu nunggu lo.” jelas Pahlevi.

“Serius Lev?” tanya Anggia yang tak mengerti untuk apa malam-malam begini Anggana memanggilnya dan malah menyuruh Pahlevi, bukan dia sendiri yang menghampiri.

“Yaelah, lo gak percayaan sama gue,” ucap Pahlevi.

Akhirnya Anggia pun pergi meninggalkan tenda menuju tempat yang tadi Pahlevi tunjukkan.

Tak terasa Anggia sudah lama berjalan lurus dan tak menemukan siapapun disana.
“Gak mungkin juga kan Pahlevi bohong sama gue.” gumam Anggia sambil merapatkan jaketnya karena udara disana sangat dingin.

Tiba-tiba senter yang digunakan Anggia pun mati, dan tanpa sengaja pula kakinya tersandung akar pohon yang merambat keluar.

Sambil menahan sakit, Anggia mencoba untuk berdiri. Namun, sia-sia.

“Gue yakin, ini bukan ulah Pahlevi. Gak mungkin Pahlevi bohongin gue,” ucap Anggia sambil bersandar disebuah pohon.

Penampilan Anggia berantakan, darah yang keluar dari kakinya pun sungguh cukup banyak sehingga secara perlahan-lahan kesadaran Anggia pun lenyap.

***
Pukul 5 pagi

Semua sudah bersiap untuk pergi menuju puncak gunung.

“Anggia mana?” tanya Nani pada Nova.

“Lah ngapain nanya ke gue? Emang gue emaknya?” jawab Nova dengan nada yang membuat Nani merasa kesal.

“Gue serius, dimana Anggia?” tanya Nani tegas.

“Gue udah bilang, gue gak tau,” ucap Nova sedikit berteriak yang membuat beberapa orang didalam tenda keluar.

“Ada apaan sih?” tanya Anggana.

“A', liat Anggia?” ucap Nani balik bertanya pada Anggana.

“Lah, bukannya malam Gia masuk tenda ya? Aa liat kok,” ucap Anggana.

Nani pun mengusap wajah dengan kasar, berbagai macam pikiran negatif menghampirinya.

“Ada apa sih ini?” tanya Pahlevi yang baru keluar dari tenda.

“Lo, liat Anggia?” ucap Anya yang sama khawatirnya dengan Nani.

“Lah, bukannya waktu malam ketemu sama Anggana kan.”

Anggana pun mengerucutkan alisnya heran, pasalnya semalam ia berada didalam tenda bersama Faisal.

“A', bener?” tanya Nani dan Anya kompak.

“Lah? Bukannya malam setelah beres api unggun gue langsung tidur sama Faisal, kapan gue bisa ketemu sama Anggia?” jelas Anggana.

Nani pun menganggukkan kepalanya, Anggana tidak berbohong. Semalam Anggana lah yang tidur lebih dulu.

“Lev, lo tau Anggia ketemuan sama Anggana dari siapa?” tanya Nani dengan wajah yang sangat khawatir.

“Dari Nova,” ucap Pahlevi.

Mendengar ucapan Pahlevi, Nani dan Anya benar-benar marah. Keduanya menuju tenda Nova dan menyeret Nova untuk keluar dari tenda.

“Lo apaan sih, main narik tangan gue aja,” ucap Nova yang tak terima diseret secara paksa oleh Anya.

“DIMANA ANGGIA, ANJING?” tanya Nani meluapkan kemarahannya.

“Udah dimakan harimau kali atau jatuh ke jurang,” ucap Nova santai.

Plak!!

Nani menampar Nova sekuat tenaga, menyebabkan gadis itu tersungkur dengan pipi memerah dan mengeluarkan darah dari sudut bibirnya.

“MIKIR ANJING! KALAU LO DIGITUIN GIMANA RASANYA?” tanya Nani sebari berteriak.

“SI ANGGIA CEWE!, KALAU LO GA SUKA SAMA TEMEN GUE BUKAN GINI CARANYA MONYET!!”  lanjut Anya yang sama kesalnya dengan Nani.

Sedangkan Anggana,Faisal,dan Pahlevi tampak enggan menolong Nova dari amukan Nani dan Anya, menurut mereka Nova pantas menerimanya.

Rian pun mendekat ke arah Nova, membantunya berdiri. Semua orang menatapnya tak suka. Namun, siapa sangka. Setelah Nova berdiri Rian pun melakukan hal yang sama seperti Nani, menampar Nova disisi lainnya.

“BISA GAK SIH LO GAK BIKIN GUE MALU? NYESEL GUE PUNYA SEPUPU KAYA LO! NYUSAHIN!” ucap Rian setengah berteriak. Membuat Nova menangis karena ketakutan.

Dirasa keadaan sudah benar-benar diluar kendali, Faisal pun maju untuk menenangkan Rian.
“Udahlah, dengan lo marah-marah sama cewe murahan ini gak akan bikin Anggia balik. Percuma, buang-buang waktu aja. Mending kita berpencar cari Anggia,” ucap Pahlevi.

Akhirnya mereka pun setuju dengan Pahlevi, mereka semua berpencar mencari Anggia.

“Anggia.” teriakkan menggema disana
Entah bagaimana caranya, Anggana berhasil menemukan Anggia yang sedang tersandar dipohon dengan penampilan yang sungguh berantakan.

“Gia,” ucap Anggana lembut.

Perlahan-lahan mata Anggia terbuka, dengan segera Anggana memeluknya dengan erat. Dia benar-benar mengkhawatirkan kondisinya.

“Sayang ..., bertahan ya.“

“Gia mah, selalu bertahan buat Aa kok.”

Senyum Anggana pun terbit setelah mendengar ucapan Anggia, Anggana pun melepaskan pelukannya kemudian berbalik memunggungi Anggia.

“Mau ngapain?” tanya Anggia.

“Naik, Aa gak mau Gia kelelahan.” jawab Anggana.

“Tapi ....”

“Udah cepet sayang, kaki kamu harus segera di obatin,” ucap Anggana.

Kemudian Anggia pun naik ke punggung Anggana, memeluk lehernya dan menghirup aroma tubuh Anggana yang menenangkan.

***

Kita Pernah Ada (Selesai✔️)Where stories live. Discover now