51

9 6 0
                                    

“Engkau mungkin jauh dari penglihatan ku, tetapi selalu ada dipikiran ku”~Anggia Putri Aningtias
~

Anggia sedang duduk di sofa dekat jendela sembari memandangi indahnya sang senja. Pikirannya masih saja tertuju ke Anggana, meski Anggana jauh darinya. Namun, pikiran tentang Anggana selalu saja melekat erat didalam otaknya.

“Lo kenapa sih Gia? aneh banget deh. Stop dong pikirin hal yang enggak-enggaknya,” ucap Anggia kepada dirinya sendiri.

Anggia terus membolak-balikkan tubuhnya karena semakin gelisah akan Anggana.
Diambilnya ponsel di atas meja, mengecek siapa tau ada pesan yang masuk. Namun, apalah daya tidak ada notif baik dari Anggana atau siapapun.

“Aa, dimana sih? Gia kangen.” gumamnya dalam hati seraya menarik selimut dan menutup matanya untuk tidur.

***
Mentari pagi telah memasuki celah-celah ruang kamar Anggia dan membangunkannya dari mimpi.

Anggia bangun dari tidurnya dan melihat jam menunjukkan pukul 04.25. Anggia segera bergegas menuju kamar mandi untuk menjalani rutinitasnya. Setelah selesai mandi Anggia pun melaksanakan shalat subuh.

Anggia melipat sajadah dan mukena yang dipakainya tadi, dan dengan segera ia pun bergegas kebawah untuk sarapan.

“Bi, Gia mau sarapan roti sama kopi ya.” pinta Anggia kepada Bi Jun yang sedang menyiapkan sarapan.

“Baik non.” balas Bi Jun.

Anggia pun mengeluarkan handphonenya dari saku, mengecek apakah ada notif dari Anggana atau tidak. Dan lagi-lagi tidak ada sama sekali.

“Terlalu ngarep deh lo, Gia,” ujarnya kepada diri sendiri.

Tak lama Bi Jun datang dengan membawa segelas kopi dan sepiring roti untuk Anggia.

“Ini non, sarapannya.”

“Makasih, Bi.”

***
Anggia berjalan di koridor sekolah sendirian, dilihatnya banyak sekali orang yang terus memandanginya.

“Ada apa sih, kok mereka natap gue aneh.” gumam Anggia

Tiba-tiba saja Nani,Faisal,dan Rian menghampiri Anggia yang masih asyik berjalan.

“Giaa.”teriak Nani yang membuat Anggia berbalik ke arahnya.

Anggia menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Nani.

“Apa sih, Na?berisik anjir masih pagi woy,” ujar Anggia.

“Yaa maaf hehe, bareng yu ke kelasnya.”

“Ya elah, ngajak ke kelas bareng aja sampe teriak-teriak,” ucap Rian sebari tertawa.

“Wes-wess cewe gue bos, bebas gimana dia.” bela Faisal.

“Dihh bucin lo, males gue,”  ujar Anggia.

“Ya udah, gow kelas.” ajak Rian.
Mereka ber empat pun berjalan beriringan menuju kelas mereka.

***
Ternyata hari ini di sekolah sedang mengadakan turnamen futsal antar smp kelas 8 dan 9, acara ini merupakan ajang promosi bagi sekolah. Acara turnamen sudah dimulai sejak jam istirahat, dan kini sudah menunjukkan pukul 14.00 siang.
Anggia duduk ditribun penonton bersama Nani, Citra, dan Nunik sambil memandang para adik kelas mereka.

“Kayaknya bentar lagi kita pulang deh,” ujar Citra yang asyik dengan cemilannya.

“Ya bagus sih, merdeka dong gue kalau beneran bentar lagi balik,” ucap Nunik.

“Iya juga sih, tadi juga gue denger dari Pak Sangkar gitu. Habis turnamen beres semua murid langsung pulang.” jelas Nani.

***
Semua murid mulai meninggalkan lapangan futsal, Anggia dan ketiga temannya berjalan kearah Faisal dan Rian yang sedang membantu para anak osis membereskan peralatan.

“Nih bep, pasti kamu haus kan,” ujar Nani yang memberikan air mineral kepada Faisal.

“Wah, pengertian banget deh pacar gue ini.” puji Faisal yang seketika membuat Nani Blushing.

“Lagak lo, Na Blushinggg” ledek Citra yang tertawa dan seketika memberikan air mineral kepada Rian.

“Rian, nih buat lo,” ujar Citra sebari tersenyum.

“Thanks Cit.” balas Rian.

“Acieee cieee, pindah haluan nih si Rian.” goda Nani.

Anggia pun hanya tersenyum melihat tingkah Citra dan Rian yang mulai dekat.
“Eitss biarin lahh, Na. Lan kalau sama Citra juga biar jelas. Dibanding nungguin gue wkwkw,” ujar Anggia yang tak mau kalah menggoda Rian dan Citra.

Tiba-tiba saja Nova dan geng nya menghampiri mereka yang sedang asyik bersenda gurau.

“Bentar ... bentar ... gal salah denger tuh gue? Emangnya lo udah jelas sama cowo lo?” tanya Nova yang membuat Anggia mulai kesal.

“Apaan sih lo?” tanya Anggia.

“Jangan ngarep lo bakalan tetep jelas sama cowo lo ya, lagian bentaran lagi juga lo bakalan di tinggal tuh sama dia.” celoteh Nova santai.

Anggia tak menggubris ucapan Nova, dan malah mengajak teman-temannya untuk segera pergi dari lapangan.

“Kalian, yu kita balik. Males gue ngeladenin ni cewe gak tau diri,” ujar Anggia yang
melangkah dan sengaja menyenggol bahu Nova dengan sangat kencang.

“Aww, awas lo ya Gia!” teriak Nova yang sebari memegangi bahunya.

***
Anggia dan teman-temannya pun berada di parkiran, Anggia masih menunggu Pak Yadi menjemputnya.

“Aang lo mau pulang bareng kita atau gimana?” tanya Nani.

“Gue balik dijemput Pak Yadi kok.” jawab Anggia.

“Ouh ya udah deh, kalau gitu kita duluan ya,” ujar Nani.

“Iya, ati-ati kalian.”

Setelah Nani,Citra,Nunik,Faisal, dan Rian sudah pergi. Anggia masih menunggu Pak Yadi yang belum juga datang.

Tiba-tiba .…

Bhuk

Tubuh Anggia langsung tersungkur kedepan, pak satpam yang melihat kejadian tersebut pun segera berlari ke arah Anggia. Anggia sedikit meringis kesakitan merasakan nyeri di lutut dan juga telapak tangannya.

“Kamu Gapapa neng?” tanya pak satpam sambil membatu Anggia untuk berdiri.

Anggia pun hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan pak satpam, ia hanya tetap meringis melihat telapak tangan dan juga dengkulnya yang berdarah.

“Mas, kamu ini gimana sih. Bisa bawa motor gak? Gak hati-hati banget, kalau sudah gini gimana coba? Mas harus tanggung jawab.” ujar pak satpam memarahi driver gojek yang sedang menurunkan standar motornya.

“Iya pak, iyaa saya juga mau bertanggung jawab kok,” ujar driver gojek yang menabrak Anggia sambil membuka helmnya.

“Ya sudah, kalau benar kamu mau bertanggung jawab. Obatin nih dia.” decak pa satpam sambil menatap kearah driver gojek yang sudah menabrak Anggia.

Anggia pun mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang sudah menabraknya. Dan ternyata yang menabraknya adalah A' Adit, teman A' Anggana.

“Sorry ya Gia, gue gak sengaja. ayo,” ujar Adit sambil mengulurkan tangannya ke arah Anggia.

Anggia hanya diam dan menatap Adit dengan kening yang mengerut.
“Kaki gue sakit A', susah jalannya,” ujar Anggia.

Adit pun berjongkok di depan Anggia. “Yaudah, sini Adit bantuin papah ya.”

Adit pun membawa Anggia menaiki motornya dan berniat mengantarkan Anggia, Adit pun melajukan motornya dengan kecepatan normal.

***

Selamat membaca ya♥️
Yuhuuuu bentar lagi cerita nya beres nih🥺
Semoga kalian ga bosan dengan cerita ini yaa
Jangan lupaaa Vomentttttt🖤

Kita Pernah Ada (Selesai✔️)Where stories live. Discover now