24 Desember 2019

10 5 0
                                    

Happy Reading ♥️

~

Acara sarapan berjalan begitu khidmat, bahkan Nani,Faisal,Pahlevi dan Anya banyak sekali membicarakan tentang hubungan mereka. Bahkan, Anggia, Nani dan Faisal baru mengetahui bahwa sebentar lagi Pahlevi dan Anya akan menikah.

Pahlevi memang lebih memutuskan untuk menikah muda dengan Anya dibandingkan harus menunggu lama.

"Wahh gue gak nyangka ya Lev, lo bakal ngambil keputusan begitu cepat," ujar Anggia mengulum senyum.

"Bakalan ada yang jadi Papih dan Mamih muda nih ya." ledek Faisal yang membuat suasana mencair.

"Yee lo sirik aja Sal, nyusul dong nyusul ...." balas Pahlevi dengan begitu antusias.

Nani menoleh sinis ke arah Pahlevi dan menyentil telinganya begitu kencang.
"Woy mikir! Gue masih anak Smk kelas 2, masa depan masih panjang." jelasnya berdecak kesal.

"Sepanjang kereta, Na?" tanya Anggia santai.

"Lo, mah ya bukannya berpihak sama gue." balas Nani sembari cemberut.

"Ihh kek ikan kalau lo gitu, Na hahaha." ledek Anya yang semakin membuat Nani cemberut dan sedang dibujuk oleh Faisal.

***

Setelah selesai sarapan Nani,Faisal,Pahlevi dan Anya memutuskan untuk pulang karena mereka kelelahan.

Kini hanya Anggia sendiri didalam kamar duduk diatas sofa dekat jendela dan berdiam diri.

Ia sedang asyik dalam lamunannya, memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dengan Anggana. Sehingga ia harus terburu-buru pergi tanpa sedikit pun pamit.

"Aa kenapa ya ?bikin gue khawatir aja," ujarnya dalam hati.

Handphone Anggia berdering, ada telpon masuk dari Anggana yang membuatnya begitu semangat mengangkat telpon tersebut.

"Assalamualaikum Gia"

"Waalaikumsalam iya?"

"Gia, maaf ya semalam Aa pulang duluan tanpa pamit kekamu. Aa buru-buru soalnya, ini juga Aa lagi di perjalanan menuju Padalarang bareng sama Adit. Udah dulu ya, Aa cuman mau ngasih tau kamu aja. Assalamualaikum"

Belum sempat Anggia membalas, Anggana mematikan telponnya begitu saja. Sehingga membuat Anggia tertegun heran.

"Urusan apa sih? Sampe seburu-buru itu dan sampe matiin telpon juga kek gitu amat," gerutunya dalam hati.

Setelah telpon mati, Anggia pun melempar handphone nya ke atas kasur karena kesal. Ia berdiri dari tempatnya duduk dan menuju ke dapur untuk membuat kopi agar dirinya merasa tenang.

***

Anggia sedang mengobrol dengan Bi Jun didapur, ada Pak Yadi juga disana.

"Non, kenapa mukanya kok kayak yang kesel gitu?" tanya Bi Jun yang sedang mencuci piring.

"Nggak kok Bi, Gia gapapa hehe." balas Anggia santai.

"Non ..., kan baru sembuh, masa minumnya kopi? Mending bapak bikinin susu ya," ujar Pak Yadi.

"Emm, nggak deh Pak. Gia lagi pengen ngopi, udah lama juga gak ngopi, lagian Gia udah gapapa kok," jelas Anggia.

"Non, Gia, kalau ada apa-apa mending cerita aja sama Bibi," ucap Bi Jun.

"Gia gapapa kok Bi, ouh iya Gia kebkamar lagi ya Bi, pak, duluan," ujar Anggia yang terburu-buru menuju kamarnya.

Sebenarnya Anggia merasa sangat tak tenang, pikirannya kacau. Bercabang entah kemana, perasaan nya kalut bersamaan dengan adukan kopi yang pahit.
Kali ini, Anggia akan mengalami tidur yang tak tenang.

***

Kita Pernah Ada (Selesai✔️)Where stories live. Discover now