Aku dan Kamu yang menjadi "Kita"

33 9 8
                                    

“Udah ini kita mau kemana lagi Aang?” tanya Pak Anggana kepada Anggia yang sedang asyik memperhatikan Boneka pemberiannya.

“Hemmm, bebas.” jawabnya singkat.

“Lanjut nonton?” tanya nya.

“Boleh.”

“Ya udah, kita berangkat.”

***
Anggia memakan popcorn nya dengan mata fokus ke depan layar bioskop yang kini menampilkan sebuah film.

“Makan yang bener hey,”ucap Pak Anggana lembut mencoba mengalihkan tatapan Anggia dari layar tersebut.

Anggia menoleh ke arah Pak Anggana dan tersenyum.

Pak Anggana menggenggam tangan Anggia erat, “Ang, Love you,” ujar Pak Anggana dengan mata fokus pada film di depannya.

Anggia menoleh dengan wajah terkesiap, jantungnya berdebar, wajahnya terasa panas dan rasa bahagia tiba-tiba membuncah dalam hatinya.

“Filmnya di depan Aang, jangan liatin Aa mulu.”

Anggia buru-buru memalingkan wajahnya dengan debar jantung yang semakin memburu, merasa tak percaya juga. Sejak kapan Anggana nya bisa se romantis ini, Anggia jadi ketar-ketir dibuatnya.

***
“Aang, jadi pacar Aa ya.”

Anggia membolakan matanya, Pak Anggana tiba-tiba mencium pipinya. Padahal yang dilihat Anggia barusan adalah Pemeran utamanya yang tengah mencium lawan mainnya, tapi kini malah dirinya yang dapat ciuman.

Pak Anggana menjauhkan wajahnya lalu melempar senyum, Anggia berdehem pelan.

“Nga ... ngagetin,” ujar Anggia mencoba ketus namun sialnya malah gelagapan.

Pak Anggana tersenyum geli, “Kamu gugup?”

Anggia kembali menatap layar di depannya, mencoba mengalihkan fokusnya dari Pak Anggana.

“Enggak.” jawabnya acuh.

Pak Anggana merangkul Anggia,
“Iya juga nggak apa-apa sayang, kamu lucu kalau gugup Ang.”

“Hah? sayang? jadi gue ini pacar Pak
Anggana?” gumamnya dalam hati.

Anggia menelan ludah susah payah, Pak Anggana benar-benar menyeretnya ke dalam rasa yang mendebarkan.

“Abis nonton mau kemana lagi, Aang?” tanya Anggana seraya memasukan popcorn ke dalam mulutnya.

“Bebas.”

“Okey, kita makan dulu ya. Aa tau kamu lapar kan. Nanti kita makan soto ter enak di deket kosan Aa,” ujar Pak Anggana.

“Bolehlah,” jawab Anggia yang sembari menatap Pak Anggana.

***

Anggia dan Anggana sedang berada di sebuah tempat soto lesehan yang berada di dekat kosan Anggana.

“A', gak mau kentangnya .…”

Anggana menggeser piring Anggia ke arahnya “Sini, Aa yang abisin.”

Anggia mengangguk dan mulai kembali memakan makanan di depannya dengan tidak terlalu bergairah, sebab dirinya sudah sangat mengantuk.

“Aa, ngantuk,”ujarnya dengan wajah parau.

“Uuuh sayangnya Aa udah ngantuk ya,” ucap Anggana seraya mengelus pipi Anggia

“Ya udah, yu pulang.” lanjutnya.

Anggia menyandarkan tubuhnya di punggung Anggana dengan helaan nafas lelah.

“Yakin pulang?” tanya Anggana.

Anggia menoleh lalu mengangguk, “Pulang aja, lagian udah jam 12 malam Aa.”

Anggana mengusap kepala Anggia sekilas lalu mulai menyalakan mesin, melajukan motornya sedang menuju rumah Anggia.

Di perjalanan Anggana asyik sekali bernyanyi, sedangkan Anggia sudah terlelap tidur di punggung Anggana dan memeluknya sangat erat.

***
“Aang …, udah nyampe,” ucap Anggana sembari mengelus pipi Anggia dengan lembut

“Hemm, ngantuk ..., gak kuat,” ujar Anggia yang masih betah berada di punggung Anggana.

Tiba-tiba Bi Jun membuka pintu.

“Eh non, bibi khawatir,” ucapnya seraya menghampiri Anggia.

“Heheh maaf bi, saya antar Anggia nya kemalaman,” ujar Anggana yang seraya sedikit malu.

“Gapapa kok mas, ini non Gia nya kecapean mungkin sampe nyenyak begitu.”

“Iya, bi.”

“Ya udah mas, bibi minta tolong gendong non Gia antar ke kamar nya ya. Gak tega bibi banguninnya,” ucap Bi Jun.

“Sa ... saya bi? E ... emang gapapa?” tanya Anggana gugup.

“Gapapa, kan bibi yang minta.”

Anggana pun menggendong Anggia menuju kamarnya.

Nafas Anggia terlihat teratur, terlelap nya dengan damai dan nyaman.

Anggana membuka pintu kamar Anggia, meletakkannya secara perlahan agar Anggia tak terbangun.

Anggana membenarkan selimut yang tersingkap, Anggana memandang cara tidur Anggia yang acak-acak kan, tapi tetap saja terlihat cantik. Malah jatuhnya menggemaskan.

“Tidur yang nyenyak.” bisik Anggana, mengusap sekilas pipi Anggia sebelum dirinya kembali membawa langkahnya keluar kamar.

Anggia menggeliat, bibirnya mengulum senyum samar. Anggia merasa kini dunianya berubah.

***
Keesokannya

Anggia membolak balik tubuhnya di atas kasur, jantungnya yang berdebar ditambah ingatannya tentang di bioskop semalam membuatnya semakin bahagia.

“Anggana Budhi Pratama, pacar gue sekarang?” gumam Anggia pada dirinya sendiri.

“Hahaha, gak nyangka gue.” pekiknya tertahan seraya terus membolak balikkan tubuhnya hingga selimut menggulungi tubuhnya.

BRUK!!

Anggia mengaduh panjang beriringan dengan terbuka nya pintu.

“Lo, ngapain Aang?”

Anggia hendak bangun namun selimutnya membelit. Menjadikannya sulit.

Nani bergegas menolong Anggia, “Dasar ceroboh lo.”

“Dih ..., salah selimutnya lah, suruh siapa ngegulung gue.” ketus Anggia.

“Lah? terserah lo deh bege, hahaha.”

***
Nani pun duduk di ujung kasur Anggia, sedangkan Anggia terus saja tersenyum-senyum sendiri di sofa dekat jendela.

“Lo, kenapa sih Aang? Aneh banget deh” tanya Nani yang terheran-heran.

“Gue, Jadian Na,” ucapnya.

“LO JADIAN?”

“Iya ..., semalam, pas dibioskop sih.”

“Akhirnya …, jadi karena lo juga ga mau kan kalau Fitria terus ngejar-ngejar Pak Anggana?

“Hmm, gue gak bisa diem terus kalau Anggana di kejar-kejar terus sama Fitria.”

“Lo, posesif parah Aang.”

“Bodo,yang penting Anggana Budhi Pratama jadi milik gue,” ujar Anggia

“Aku dan Kamu pun menjadi Kita …uwahhh,” lanjutnya sebari cekikan

Sontak keduanya pun tertawa lepas bersamaan.

***

Selamat membaca yaa♥️
Jangan lupa..Voment nya ♥️

Kita Pernah Ada (Selesai✔️)Where stories live. Discover now