60

25 7 0
                                    

Anggia terbangun dari tidurnya karena sinar matahari mulai mengenai wajahnya dan membuatnya mengernyit. Ia pun segera bergegas ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk sekolah.

Setelah selesai mandi Anggia pun turun keruang makan sambil menenteng sepatu dan tasnya, disana udah ada Bi Jun dan juga Pak Yadi.

“Pagi Bi, Pak,” sapa Anggia sambil menarik kursi untuknya dan duduk menikmati sarapan roti bakarnya.

“Gimana non semalam ketemu sama si masnya?” tanya Bi Jun.

“Ahh bibi ..., masih pagi udah mau bahas yang gituan aja hehehe,” ujar Anggia dengan sedikit blushing.

“Ehh, non ini ya ditanyain tentang semalam aja sampe merona gitu pipinya.” goda Pak Yadi yang membuat Anggia sedikit terkekeh.

“Ihh bapak, Gia kan malu hehehe.”

Suasana sarapan cukup khidmat, kehangatan seperti ini lah yang selalu Anggia rindukan. Anggia selalu berharap bisa seperti ini bersama Ayah dan Ibunya, namun apalah daya.. dengan Bi Jun dan Pak Yadi saja sudah cukup baginya.

***
Sesampainya disekolah Anggia langsung ke parkiran untuk memarkirkan motornya, kali ini ia tak ingin diantar atau membawa mobil sendiri. Setelah itu ia pun bergegas ke ruangan latihan karena hari ini memang jadwalnya Anggia berlatih Silat.

Anggia memang sangat menyukai bidang olahraga, termasuk dibidang bela diri. Ia pun termasuk siswa berprestasi karena sudah menyumbangkan banyak sekali piala dalam perlombaan Silat. Maka tak jarang, para lelaki disekolah tak berani untuk menjahili Anggia dan teman-temannya.

Anggia saat ini sedang berada di lapangan, memulai pemanasan bersama para atlet lainnya dan juga ada Dito yang bergabung di eskul Silat semenjak tau Anggia ada didalamnya.

“Emm Gia, sorry gue telat ya.” cengir Dito menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

“Hmmm.” jawab Anggia singkat.

“Dihh Aang, jadi orang dingin banget sih. Untung cantik,” ucap Dito berbisik agar tak terdengar oleh Anggia, tapi tetap saja terdengar olehnya.

“Gak baik ngomongin orang dibelakang woy.” ketus Anggia.

“Hehehe, sorry.”

“Cepet pemanasan lo, Udah ini tar ada uji tarung sama adik kelas,” ucap Anggia dengan nada memerintah.

“Iya iyaa bu ketu, marah-marah aja lo.”

***
Latihan sudah selesai, dan Anggia memutuskan untuk keruang ganti mengganti pakaiannya dengan seragam sekolah.

“Huftt, gerahh guee,” ucapnya sebari melipat pakaian Silatnya.

“Aang ....” teriak Nani yang membuat Anggia menoleh ke arahnya.

“Ngapain lo kesini?” tanyanya.

“Ya, nyamperin lo lah.”

“Tumben amat,” ucap Anggia yang melanjutkan melipat pakaiannya.

“Emmm nge mall yu, udah lama nggak nih.” ajak Nani dengan cengar-cengir.

“Lahh, kan sekolah kali.” jawabnya.

“Woyy Free hari ini mah.”

“Hah? Serius?”

Nani mengangguk kan kepalanya, “Seriuss, yu cepetan.”

“Okey deh.” jawab Anggia yang menyetujui ajakan Nani.

“Lo cepetan makannya, gue tunggu di parkiran okey.” ucap Nani lalu pergi.

Kita Pernah Ada (Selesai✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang