12 Desember 2019

19 5 0
                                    

Instansi Prakerin

Nani menggaruk kepalanya yang tak gatal, di perhatikan oleh Anggia membuatnya gugup tiba-tiba.

“Kenapa liatin gue terus ih, Aang?”

Anggia memalingkan wajahnya,
“Gak ada.” jawabnya singkat.

Anggana mengulum senyum samar, di usapnya kepala Anggia.

“Aa, pergi ngajar dulu ya.”

Anggia menatap Anggana, lalu mengangguk.
“Ati-ati Aa.”

Belum juga Anggana pergi tiba-tiba Faisal celetuk, “Ouh iya A', pulang prakerin Doble date lagi kuy?”

Anggia menatap Faisal,
Doble date?” tanya Anggia.

Faisal mengangguk,
“Iya,ayolah.”

“Kuy.”

Anggia menoleh cepat ke arah Anggana, Anggana mengedipkan matanya.

***

Kamar Anggia

Anggia memberangus tak terima, Anggana memutuskan tanpa bertanya padanya dulu.

“Kamu marah?”

Anggana merangkul Anggia lalu memeluknya.

“Maaf, batalin aja?”

Anggia mendongak,
“Bukan gitu, aku kesel Aa ga nanya dulu,” ujar Anggia dengan mulut mengerucut.

“Iyaa, maaf yaa,” ujarnya sembari mengulum senyum.

***

Anggia kembali membawa dirinya ke depan cermin, memeriksa dandanannya untuk yang terakhir kali.

“Oke sip.”

Pintu terbuka membuat Anggia menoleh.

“Lama banget sih sayang? Cantik banget udah lah, udah.”Anggia tersipu,tak menyangka juga kalau Anggana akan begini.

“Udah beres kok.” terang Anggia seraya menyambut uluran tangan Anggana.

“Cantik banget sih.”

“Ihh apaan sih, inget loh Aa lagi puasa.”

“Hehehe.”

***
Anggia dan Anggana berjalan masuk menuju cafe yang dituju.

“Nani sama Faisal mana?” tanya Anggia seraya celingukan.

“Gak Jadi.” jawab Anggana santai.

“Hah?” tanya Anggia kaget.

“Katanya Faisal harus nganterin Ibu nya kerumah sakit, makannya ga jadi.”

Anggia beroh tanpa suara.

“Mau masuk cafe atau hotel?” tanya Anggana jenaka.

Anggia melongo,
“Aa, plis deh jangan macam-macam. Gak inget apa lagi puasa hah?”

Anggana tertawa dalam, merasa geli dengan raut wajah Anggia sekarang.

“Lucu banget sih.”gemasnya seraya mengunyel pipi Anggia. “Ya udah yu masuk, sambil nunggu adzan magrib.”

***
Anggana masih sibuk dengan dokumen koreksi ulangan kelas 11, Anggia pun sibuk dengan laporannya.

Adzan Magrib pun berkumandang.

“Alhamdulillah ... udah adzan,” ujar Anggana seraya tersenyum.

Waiters pun tiba dengan membawa pesanan milik Anggana, segelas Americano dan 1 piring Nasi Goreng.

“Ini A' pesanannya, selamat menikmati ya,” ucap Waiters .

“Makasih mas."

“Alhamdulillah, buka puasa nya ditemenin sama yang manis-manis nih.” Goda Anggana kepada Anggia yang masih sibuk dengan laporannya.

Anggana meminum kopinya dan dilanjutkan dengan memakan Nasi Goreng.

“Aang,kamu harus cobain nih. Enak tau,” ujar Anggana sembari mengarahkan sendok nya ke mulut Anggia.

“Hemm, lumayan lahh enak,” senyum Anggia.

***
Setelah selesai makan, Anggana merapihkan dokumennya dan mengeluarkan handphone di sakunya.

Anggana tampak serius dengan gamenya, sedangkan Anggia masih mengacuhkannya dan tetap fokus dengan laporannya.

“Jangan manyun gitu sayang.” Anggana mencolek dagu Anggia yang langsung di tepis Anggia.

“Gia kan udah bilang Aa, kalau lagi sama Gia jangan main Mobile legend terus.” dumel Anggia yang masih dengan raut wajahnya yang jutek.

Anggana terkekeh geli, dengan gemas di rangkulnya Anggia si kesayangannya.

“Cup ... cupp maaf ya sayang, maaf.”

Anggia sontak mendengus,Anggana kembali tertawa pelan.

“Ya udah kita pulang yu, makan dulu. Kamu belum makan soalnya.” sambungnya seraya membawa langkahnya dan Anggia keluar café menuju tempat makan Sambal Lalap.

***
Anggia menyandarkan tubuhnya di punggung Anggana dengan tersenyum lepas.

“Kita keliling-liling Bandung dulu ya,” ujar Anggana.

Anggia menoleh lalu mengangguk,
“Bolehh.”

Anggana melajukan motornya untuk berkeliling kota Bandung.

Di perjalanan keduanya terlihat bernyanyi-nyanyi ria, cekikikan, seperti biasanya.

”Gapai semua jemariku.. rangkul aku dalam bahagiamu..”

Keduanya terbahak, detik berikutnya keduanya pun kembali bernyanyi suka ria tanpa beban.

Kota Bandung di malam hari ternyata memang cukup indah, membuat keduanya semakin larut dengan suasan malam yang cukup terang bulan.

***

Nafas Anggia terlihat teratur, terlelap dengan damai dan nyaman.

Anggana membuka pintu kamar Anggia, memastikan apakah Anggia sudah tertidur atau belum.

Anggana membenarkan selimut yang tersingkap, memperlihatkan kaki Anggia yang terbalut celana tidur bermotif bunga.
Anggana memandang cara tidur Anggia yang acak-acakan. Namun, jatuhnya malam menggemaskan.

“Aa pulang dulu ya, kamu tidur yang nyenyak.” bisik Anggana, mengusap sekilas pipi Anggia sebelum dirinya kembali membawa langkahnya keluar kamar dan bergegas pulang.

***

Kita Pernah Ada (Selesai✔️)Where stories live. Discover now