02. dara dan darah

9.9K 2K 119
                                    

Harus semenderita apa seseorang sampai kematian bisa jadi jalan yang lebih baik daripada hidup?

Harus semenderita apa seseorang sampai kematian bisa jadi jalan yang lebih baik daripada hidup?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****













Suara angin masih terdengar cukup keras. Agak mengherankan juga karena telinga Tian masih bisa mendengar dengan sebaik ini. Atau karena saking hancurnya sampai ia berhalusinasi? Tubuh Tian membentur lantai semen yang keras, menimbulkan suara benturan yang dalam sekejap hilang terbawa angin.

Kenapa tidak terasa apa-apa?

Kenapa tidak sakit?

Tian ragu apa dirinya sudah mati. Maksudnya, semudah itu?






Ia membuka matanya. Ternyata bukan angin yang menerjang tubuhnya sampai ambruk, tapi seseorang. Sebentar. Perempuan, pucat pasi, rambut berantakan, pakaian berbercak-bercak darah... Dia tak tampak seperti orang normal. Hantu? Apa karena sekarang Tian sudah mati dan bisa melihat sesama hantu? Zombie?

"Hei! Kamu bisa denger saya?!" dia menunduk di atas Tian yang masih terbaring.

Tian mengelus kepalanya bagian belakang sambil mendudukkan diri. Saat melihat ke sekeliling, masih sama persis dengan keadaan sebelum dia memutuskan mengakhiri hidup beberapa menit yang lalu. Helaan napas berhembus dari mulut, Tian bingung harus kecewa atau bersyukur karena masih hidup dan duduk di atas hamparan lantai beton yang kotor. Ia lalu sadar, ternyata ini masih di rooftop.

Di depannya seorang perempuan, yang tadi ia kira hantu atau zombie, dengan darah mengering di pelipis dan gaun pink pudar yang penuh bercak darah menatap Tian dengan cemas. Dalam keadaan normal mungkin Tian akan menertawakan kerancuan ini. Pasalnya, berdasarkan penampilan justru perempuan zombie ini yang lebih pantas dicemaskan.

Sebentar ㅡjadi ini masih dunia manusia atau sudah masuk kehidupan setelah mati?

Tian makin ragu apa dia sudah mati dan sekarang bisa melihat sesama arwah penasaran?

"Kamu nggak boleh lompat! Apa pun yang terjadi, jangan mati sekarang! Kamu masih muda, masih banyak kesempatan buat memperbaiki semuanya daripada mati sia-sia!" perempuan berdarah-darah itu mengoceh di depan Tian yang kebingungan.

"Saya belum mati?" tanya Tian, cengo.

"Hampir," perempuan itu menghela nafas. "Untung ada saya."

Tian mengerutkan dahinya. Ia sibuk mencerna dan menerka apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa orang ini lancang sekali menghalangi ia mengakhiri hidup?


"Lagian ngapain sih bunuh diri? Kamu pikir mati itu enak? Banyak orang yang berjuang ingin hidup tapi kamu mau bunuh diri? Ah~ dasar manusia nggak tau diri," omel perempuan itu lagi.

"Cih, sok akrab," Tian berdecak. "Tau apa sih kamu soal hidup saya? Terserah saya mau hidup atau mati! Lagi pula... liat diri kamu sendiri. Kamu nggak apa-apa?"

Bagaimanapun, Tian cemas melihat sosok berdarah-darah di depannya itu. Sekarang ia cukup yakin ini masih dunia nyata ㅡ maksudnya, dia belum mati. Si cewek zombie pemarah di depannya ini juga pasti belum mati, buktinya barusan dia mengoceh tentang jangan bunuh diri.

Sekarang si zombie tergagap, menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga. Ekspresinya seperti anak kecil yang ketahuan mencuri permen di warung. Padahal hanya ditanya apa dia baik-baik saja atau tidak, kenapa harus gugup begitu? Konyol.

"A-aah... Saya baru menolong korban kecelakaan. Ini bukan darah saya," ucap perempuan itu.

"Oh," ucap Tian pendek. "Jadi emang udah hobi ya? Menyelamatkan hidup orang? Atau bahasa kasarnya, ikut campur."

Perempuan itu menerawang. "Well... Nggak semua orang."

Tian menatap sosok di depannya. "Tapi kamu nggak berhak mengatur hidup orang lain."

Perempuan itu terkesiap. "Ya... Saya tau... tapi..."

"Tapi?" Tian menunggu ㅡmemiringkan kepalanya.

"P-pokoknya jangan mati sekarang!" seru perempuan itu.

"Kenapa? Toh nantinya semua manusia juga pasti bakal mati," ucap Tian apatis.

PLAKKK

"Aw!" Tian meraba pipinya yang perih karena ditampar.

Apa tadi barusan? Dia ditampar? Heyㅡ mereka bahkan baru pertama kali bertemu, tapi si zombie sudah berani menamparnya? Apa perempuan ini pasien sakit jiwa? Alis Tian bertaut, dia mulai merasa orang asing ini kelewatan.

Sebaliknya, tanpa rasa takut perempuan tadi menatapnya dalam-dalam. "Saya nggak tau apa masalahnya dan seberat apa sampai kamu mau bunuh diri, tapi kalau kamu mau... Kamu bisa cerita."

"Bercanda ya? Kenapa saya harus cerita? Kamu siapa?"

Jeda cukup lama saat bloody girl itu tampak memikirkan jawaban. Tian menatapnya gusar, mengawasi wajah pucat yang cantik tapi tampak linglung itu.

"Bukan siapa-siapa," ucapnya serius. "Tapi percayalah, kematian bukan jalan keluar."

Sebuah kalimat yang sangat sederhana, sebenarnya. Percayalah, kematian bukan jalan keluar. Kalimat itu brgaung berulang kali dalam kepala Tian, membuatnya meresapi apa yang perempuan asing itu ucapkan.

Benarkah?

Apa masih ada harapan?

"Kamu harus tetap hidup, Tian."

Tian?

Dalam hati Tian mencelos, terkejut. Sebenarnya perempuan ini siapa?? Dari mana ia tahu nama Tian? Bahkan dengan penampilan kacau seperti ini apakah Tian masih mudah dikenali?

***

Semua ilustrasi cantik bikinan @tenlee_as_drawings di instagram, ayo follow!

Thanks for reading!

Jangan lupa follow + vote + comment + share kalau kamu suka Semicolon!

©pinkishdelight

@pinkishbooks on Instagram

@pinkishdelight on twitter

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang