20. luka

3.2K 869 54
                                    

Hidup itu misteri, tapi justru itu yang membuatnya unik kan?

Hidup itu misteri, tapi justru itu yang membuatnya unik kan?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****













Sinar matahari menyusup dari sela-sela gorden, mengusik keTenangan Tian yang tertidur nyenyak di karpet empuk ruang tengah apartemennya. Ia menggeliat, melirik jam yang menunjukkan pukul enam pagi. Udara segar dan dinginnya pagi menyentuh kulitnya.

Beberapa kaleng bir berserakan di sebelah sampah-sampah bekas makanan lain. Padahal biasanya Tian selalu menjaga apartemennya tetap bersih, tapi tadi malam dia keburu mengantuk dan ketiduran sebelum sempat bersih-bersih. Tidak seperti malam-malam sebelumnya, dua kamar di apartemen ini semalam kosong. Penghuninya semua tidur di atas karpet merah darah di ruang utama ㅡlebih tepatnya ketiduran. Ingatan Tian Tentang kejadian semalam masih agak kabur saat terbangun pagi ini.

Mata Tian masih agak berat, tapi dia tidak berniat untuk melanjutkan tidur. Bukan karena sudah tidak mengantuk, tapi karena merasa engan melewatkan kesempatan untuk mengagumi objek indah di depannya. Agnel bahkan masih terlihat sangat misterius bagi Tian dalam keadaan tidur, menjadikan sebelah lengannya sebagai bantal. Kadang Tian merasa aneh, kalau dipikir-pikir mudah sekali ia mengijinkan orang asing untuk tinggal bersamanya?

Dan kemarin sore..

"Ish, bodoh bodoh bodoh," Tian menggerutu sambil memukul pelan bibirnya sendiri.

Mengingat kejadian kemarin membuat ia merasa malu. Bagaimana bisa kata-kata dan perbuatannya hilang kontrol? Apa karena dia benar-benar menyukai perempuan aneh ini? Ah-tidak. Jatuh cinta tidak boleh secepat ini. Pasti karena pengaruh bir. Ya, pasti karena setengah mabuk. Tapi..

Damn what a beautiful creature, Tian membatin. Matanya masih terpaku pada gadis itu, mulutnya terperangah. Entah hanya perasaan Tian saja atau kulit Agnel secara aneh mengeluarkan pendar cahaya lemah. Hampir tidak terlihat. Ah sial, sepertinya Tian masih pusing?

"Ngh," lengguhan pelan keluar dari celah mulut Agnel yang terbuka sedikit.

Kakinya ditekuk menuju posisi lebih meringkuk saat angin pagi yang dingin bertiup dari jendela. Tapi dia tidak terbangun, masih melanjutkan tidurnya. Tian tertegun selama beberapa saat, mengamati manusia di depannya.

"Kasian, kedinginan ya?" ujar Tian, mengambil kemejanya yang tergeletak sembarangan di dekat kaki meja.

Bodoh, harusnya tadi malam Tian memindahkan Agnel ke kamar sebelum ketiduran. Bagaimana kalau dia masuk angin? Tian juga yang akan repot. Nanti dia harus bilang apa kalau dokter atau rumah sakit minta data diri Agnel?

Astagaㅡ Tian kemudian sadar betapa anehnya perempuan ini. Tidak ada identitas diri, tidak ada orang yang dia kenal, tidak ada tempat tinggal, tidak punya apa-apa selain yang melekat di tubuhnya saat itu. Secara hukum, menampung orang asing begini jelas bermasalah. Cepat atau lambat Tian harus melaporkan Agnel ke polisi atau mereka akan dapat masalah yang lebih besar.

Tapi... sementara ini biarlah semua Tenang. Suasana pagi ini terlalu Tenang untuk diusik kecemasan. Tian membentangkan kemeja, membiarkan benda itu jatuh di atas tubuh Agnel. Dia lalu mendekat, membetulkan ujung-ujung kain supaya lebih menutupi bagian tubuh gadis itu. Pergerakan tangan Tian terhenti saat melihat robekan kain yang membebat betis pucat Agnel. Ia baru ingat, kemarin kaki ini tersangkut tanaman berduri di rumah Jessica.

Lukanya harus dibersihkan dengan baik, lalu dibalut perban yang yang bersih -jangan sampai infeksi. Tian beranjak, mencari kotak first aid yang lupa ia simpan di mana. Setelah menemukannya di dasar lemari dapur, Tian kembali pada Agnel. Masih tidur rupanya. Ia mengeluarkan antiseptik, kapas, dan obat luka. Nah, tinggal mengganti kain yang diikat asal-asalan di betis Agnel. Perlahan Tian membuka simpul robekan kain. Dia tersenyum sendiri, berpikir bagaimana dress sobek tampak bagus-bagus saja dipakai perempuan ini.

Tapi... senyum Tian lenyap saat robekan kain terlepas seluruhnya. Ia mengerjap, mengucek matanya ㅡsangsi dengan apa yang dilihat.

Aneh. Ini luka yang sangat aneh. Lebih pantas disebut aneh daripada mengerikan, Tian bahkan tidak berani menyentuhnya. Dia sudah membayangkan akan melihat luka setengah kering dalam bentuk goresan-goresan bekas duri, tapi yang ia lihat sangat berbeda. Tidak ada bekas darah sedikitpun di atas betis Agnel. Goresan-goresan memanjang tampak membetuk celah di atas daging betis, pinggiran lukanya ungu kehitaman seperti memar. Tapi... tidak ada darah. Sulit dijelaskan, tapi dari celah luka yang terbuka, Tian merasa... bagian tubuh ini tampak... ti-tidak hidup.

Yang benar saja?

Sebisa mungkin Tian mengumpulkan akal sehatnya. Ia buru-buru melilitkan lagi kain robekan tadi di sekeliling luka Agnel -sebisa mungkin membuatnya sama persis seperti sebelum dibuka. Setelah selesai, dengan tangan masih agak gemetaran ia memasukkan lagi benda-benda yang berserakan ke kotak first aid.

Dari awal, Tian sudah merasa ada yang tidak beres dengan perempuan ini. Dan sekarang setelah melihat keganjilan ini, Tian shock luar biasa. Tidak -dia tidak takut, but still... Ah- entahlah. Sekarang hal utama yang ada di pikiran Tian adalah bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dan ia tidak tahu apa-apa. Ia beranjak untuk mengembalikan first aid pada tempatnya sebelum Agnel mungkin keburu bangun.

"Fiuh..."

Masih terengah-engah, Tian berpegangan pada tepian nakas. Kepalanya agak pening saat mencerna keadaan. Ia berharap hanya salah lihat tadi, tapi semua itu terlalu nyata! Tubuh hidup tapi dengan jaringan tubuh yang tampak mati?

Perlahan Tian menolehkan kepala ke arah Agnel. Segala pertanyaannya Tentang sosok misterius itu sekarang seakan berputar sekaligus dalam benak Tian. Tidak tampak berbahaya memang, tapi kalau diingat-ingat kelakuannya seperti... dia bukan manusia biasa

Beberapa kali Agnel bisa mengetahui hal-hal yang sulit dicerna nalar manusia. Sebaliknya, dia tampak awam pada hal-hal yang umumnya diketahui manusia. Selain itu... jangan lupakan aura aneh yang ada di sekitarnya. Sulit dijelaskan dengan kata-kata. Lalu dia ini apa?

Zombie? Tidak, mayat hidup hanya omong kosong. Hantu? Mustahil, orang-orang bisa melihat Agnel juga. Siluman? Ahㅡ terlalu tidak masuk akal di era modern begini. Malaikat? Tidak ada alasan malaikat mendatangi Tian, sama tidak masuk akalnya.

Bagaimanapun, untung sekali tadi Agnel tidak terbangun saat Tian membuka bebatan di kakinya. Setidaknya gadis itu tidak sadar Tian tahu sesuatu yang mungkin tidak seharusnya ia ketahui. Di satu sisi Tian memang penasaran siapa Agnel sebenarnya, tapi di sisi lain dia merasa tidak siap. Tian menarik nafas lega, mengusap pelipisnya yang berkeringat. Ia sudah menaruh kembali semua barang pada tempatnya saat sebuah suara wanita tanpa nada berdesir aneh dari seberang ruangan.

"Tian...?"











*****

Thanks for reading!
Jangan lupa follow + vote + comment + share kalau kamu suka Semicolon!

©pinkishdelight
@pinkishbooks on Instagram
@pinkishdelight on twitter

SemicolonWhere stories live. Discover now