19. alasan ke-sembilan

3.3K 880 67
                                    

Indahnya hidup itu sederhana, selalu berterima kasih atas apa yang kamu punya sekarang.

Indahnya hidup itu sederhana, selalu berterima kasih atas apa yang kamu punya sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****















"Buka sekarang."

"Nanti aja."

"Bukaaa. Ayo buka amplopnya. Mau aku yang buka?"

"Aku belum siap, please nanti aja."

"Tian!" tukas Agnel. "Apa bedanya nanti sama sekarang? Ayo buka."

Tian menatap lawan bicaranya dengan dahi berkerut. Dalam hati ia merasa cemas dan takut. Telapak tangannya yang berkeringat menggenggam erat amplop putih dengan lambang rumah sakit tempat ia sudah melakukan tes kesehatan. Kemarin padahal dia mengeluh Tentang lamanya prosedur tes itu, tapi sekarang saat hasilnya sudah di depan mata...

"Aku... belum siap," ucap Tian. "Kalau hasilnya positif, game over. Apa yang kamu tunjukkan Tentang pentingnya kehidupan, nggak ada artinya lagi."

Keduanya tertegun sesaat, menatap gorden yang tertiup angin dari balkon. Tapi kemudian Agnel berdecak tidak sabar.

"Ck, kenapa sih kamu udah berpikir negatif duluan?" ujarnya.

"Siapa sih yang nggak takut mau buka hasil tes HIV? Ini normal," balas Tian.

"Tapi kan belum tentu hasilnya positif."

"Belum tentu juga negatif?"

Mata mereka beradu sengit, bersikeras dengan pendapat masing-masing. Masih dengan wajah expressionless-nya, Agnel melipat tangan di depan dada.

"Ya udah, makanya buka," ujarnya untuk kesekian kali.

Tian menghela nafas. "Kenapa sih jadi kamu yang heboh?" ucap Tian.

"Karena kamu harus tau hasilnya, segera."

"Tapi aku butuh persiapan mental! S-siapa tau hasilnya..."

"Ish, nggak usah persiapan segala. Lagian hasilnya bagus kok -"

Agnel tercekat setelah mengucapkan kalimatnya yang menggantung, sementara itu Tian memiringkan kepala untuk menatapnya.

"Maksudnya?"

"Bukan apa-apa," jawab Agnel datar.

Dasar, pikir Tian. Sekali lagi Tian menatap amplop di tangannya, lalu berpindah curiga pada wajah perempuan di depannya yang selalu misterius. Amplop masih disegel rapi, mustahil ada orang yang sudah melihat isinya. Tapi Agnel tampak begitu yakin.

"Oke, aku buka sekarang," ujar Tian sambil mengangat amplop di tangannya tanpa mengalihkan pandang dari Agnel yang menatapnya datar.

"Bagus," gadis itu berujar datar seperti biasa, mengacungkan jempol kanan.

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang