17. alasan ke-delapan

3.2K 885 147
                                    


Membunuh diri kamu sendiri tidak cuma menghilangkan rasa sakit dan penderitaan, tapi juga kebahagiaan.

Membunuh diri kamu sendiri tidak cuma menghilangkan rasa sakit dan penderitaan, tapi juga kebahagiaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****















Senin sore, beberapa hari sejak kedatangan Mahesa, anak itu datang lagi ke apartemen Tian untuk mengembalikan baju yang ia pinjam. Mereka sama-sama tahu alasan utama Mahesa bukan baju yang ia pinjam, dia hanya sedang ingin keluyuran saja. Setahu Tian, Mahesa tidak punya pacar jadi tidak aneh kalau tujuannya ke sini.

Rupanya bukan hanya Tian yang makin merasa Agnel bukan manusia biasa, Mahesa juga merasa begitu. Mereka mendiskusikan gadis itu lewat chat, tapi tidak menemukan kesimpulan masuk akal. Sejak awal Tian memang sangat sadar ada yang ganjil pada Agnel, tapi rasa penasarannya makin sulit dibendung belakangan ini.

Beberapa hal benar-benar menggangu pikiran Tian; pertamaㅡ siapa Agnel sebenarnya, keduaㅡ apa Jenandra benar-benar menghilang, ketigaㅡ apa yang sebenarnya disembunyikan Mahesa, dan keempatㅡ jangka waktu satu bulan hampir berakhir.

Itu artinya sebentar lagi perjanjiannya dengan Agnel akan segera selesai. Untuk saat ini, mengakhiri hidup sudah tidak lagi menjadi fokus utama Tian. Apalagi sekarang muncul masalah baru ㅡ Jenandra, bagaimana bisa ia menutup mata pada semua ini?





"Bang," tegur Mahesa dengan mulut penuh saat Tian melamun.

"Hah?"

"Nggak usah diliatin terus, nggak bakal pergi kemana-mana juga," Mahesa tertawa meledek sambil melirik Agnel yang sedang menggoreng di dapur. Ya, dia sudah bisa menggoreng tahu bulat sendiri ㅡsebuah pencapaian luar biasa.

"Ah enggak," Tian berkilah, ia sendiri tidak sadar kalau matanya terarah pada Agnel selama melamun tadi.

"Sebenernya dia siapa sih?" Mahesa terus mengunyah pancake sambil membaca  wattpad.

"Bukan siapa-siapa."

"Pacarmu yo?"
(*pacar kamu ya)

"Bukan."

"Bukan apa bukan ah."

"Mau diusir paksa atau taklaporin ke manager kamu keluyuran ke sini?"

"Hehehe jangan dong," Mahesa nyengir. "Tapi kok mukanya familiar ya."

"Familiar gimana?"

"Kayaknya sering liat yang mirip dia tapi bukan dia," Mahesa menatap Agnel sambil berpikir. "Ah, adaㅡ cewek itu, temen-nya Jenandra."

"Ngomong apa sih?" Tian mengangkat alis.

"Dia mirip anak di kampus," kata Mahesa.

"Masa?" Tian agak tertarik. "Semirip apa?"

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang