09. alasan ke-tiga

4K 1K 165
                                    


Mau bagaimanapun juga, ini kan hidup kamu. Jadilah pemenang di kehidupanmu sendiri.

 Jadilah pemenang di kehidupanmu sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****















Realita dan khayalan memang nyaris saling berbanding terbalik.

Pernah baca komik shoujo atau novel young adult? Kalau sepasang laki-laki dan perempuan dewasa tinggal bersama dalam satu rumah pasti akan terjadi hal-hal romantis dan manis. Misalnya pagi yang indah dengan bau masakan yang tercium dari dapur, ucapan selamat pagi yang manis, melihat sunrise bersama dari balkon...

Tapi di kenyataan hal itu hampir tidak mungkin. Apalagi kalau yang tinggal serumah adalah Tian dengan gadis asing yang memaksa ditampung di rumahnya karena perjanjian aneh antara mereka. Pagi-pagi Agnel sudah membangunkan Tian karena lapar dan tidak tahu cara menyalakan kompor. Dalam hati Tian bersyukur karena sesuatu yang lebih buruk, misalnya kebakaran, mungkin saja bisa terjadi kalau Agnel nekat memasak.

"Nah makan, makan yang banyak," agak kesal, Tian menyodorkan semangkuk sereal gandum dan sekarton susu rasa vanilla.

Gadis itu mengendus sereal lalu mengambil sebutir dan menggigitnya. "Enak," gumamnya.

Ia melanjutkan memakan butiran satu-satu dengan tangan, membuat Tian berdecak tidak sabar melihatnya. Tian mengambil mangkuk sereal untuk dituangi susu, lalu menaruh sendok di genggaman tangan Agnel.

"Maksudnya apa?" tanya Agnel entah bodoh atau memang tidak tahu.

"Ckㅡ dasar cewek alien. Cara makannya gini, bukan pakai tangan," jelas Tian.

"Oh," Agnel mengangguk. "Kamu nggak makan juga?"

"Nggak biasa makan sepagi ini."

"Ah... bagus kalau gitu, ini boleh buatku semua?" tanya Agnel sambil menunjuk kotak sereal.

Antara heran dan kesal, Tian menghela napas. "Makan, makan aja semua nggak apa-apa," ujarnya sambil mengibaskan tangan.

Senyum senang muncul di bibir Agnel, ia lanjut makan sereal tanpa merasa rikuh. Sementara itu, sambil menonton Tian sebenarnya tidak terlalu kesal. Ia hanya heran dengan kelakuan gadis ituㅡ kadang bijak, kadang bodoh, kadang menyebalkan, kadang seram. Jangan-jangan memang alien?

Yang jelas, dengan wajah dan tubuh cantik seperti itu Tian yakin kalau tempo hari ia meninggalkan Agnel di jalanan pasti akan terjadi hal yang tidak-tidak. Membayangkannya saja sudah membuat Tian mual. Ia tahu rasanya dilecehkan dan tidak mau hal semacam itu terjadi pada orang lain ㅡapa lagi yang ia kenal.


"Kenapa? Sekarang udah lapar? Kamu mau?" tanya Agnel saat menyadari dari tadi tatapan Tian terpaku pada dirinya.

Tian terkesiap, ia segera mengalihkan pandang. "Nggak. Bukan apa-apaㅡ anuㅡ kayaknya kamu butuh beberapa baju lagi," ujar Tian. "Baju tidur dan beberapa p-pakaian dalam."

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang