07. jam ke-24

4.7K 1.2K 96
                                    

Kadang hal paling berani yang bisa kamu lakukan itu sesederhana memutuskan untuk bertahan alih-alih mengakhiri hidup kamu ㅡ walaupun sebenarnya yang kamu inginkan adalah kematian.

Kadang hal paling berani yang bisa kamu lakukan itu sesederhana memutuskan untuk bertahan alih-alih mengakhiri hidup kamu ㅡ walaupun sebenarnya yang kamu inginkan adalah kematian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****














"Jawab dulu, kamu tau dari mana??"

"Di drama-drama manusia suka makan mie. Tapi kenapa di tempat ini nggak ada benda itu?"

Tian mendengus. Alih-alih menjawab rasa penasarannya, Agnel malah memaksa masuk ke supermarket pinggiran kota dan berkeliaran mencari entah apa yang ada di benaknya. Setiap ditanya hal yang menjurus pada kejadian di basecamp barusan, gadis itu hanya tersenyum lalu mengalihkan topik. Lama-lama Tian sebal.



"Hey, berhenti dulu," tukas Tian, akhirnya menjegal lengan kurus yang pemiliknya sejak tadi sibuk menjelajah rak-rak makanan di supermarket.

"Apa?" tanya Agnel datar.

"Jawab dulu, gimana kamu bisa tau?"

"Tau apa?"

"Astagaㅡ jangan pura-pura bodoh terus dong. Mungkin dalam hal lain kamu emang bodoh beneran, tapi soal ini tolong jawab yang bener. Jangan bikin penasaran," kata Tian. "Kalau nggak mau jawab, apa pun yang kamu beli, bayar sendiri!"

Mendengar 'bayar sendiri', Agnel langsung memelas. "Aku kan nggak punya uang," gumamnya.

Ekspresi menyedihkan itu membuat Tian agak iba. Tapi tidakㅡ ia tidak boleh terkecoh lagi. Kemisteriusan perempuan asing ini benar-benar sudah mulai masuk tahap mengerikan.

"Makanya, jawab," bujuk Tian.

"Emang penting banget ya? Bukannya yang penting kamu bisa ambil pelajaran kalau masih ada orang-orang yang peduli, nggak penting aku tau dari mana. Iya kan?" Agnel mengelak.

Benar juga, pikir Tian. Tapiㅡ "Iya sih, tapi apa kamu nggak sadar itu agak serem? Aku jadi takut, sebenernya kamu siapa dan makhluk apa?" Tian akhirnya mengatakan dengan gamblang.

Agnel menghela nafas. "Aku manusia. Makanya aku mau makanan manusia, please?"

"Kan, mengalihkan topik lagi!"

"Astaga galaknya," Agnel berdecak sambil geleng-geleng. "Beli makanan drama Korea dulu, baru aku jawab."

Ancaman macam apa itu? Orang ini sedang memerasnya? Pikir Tian lagi. Dan bagaimana dia bisa tahu makanan drama Korea yang dimaksud Agnel sementara dia sendiri sudah lama tidak menonton acara semacam itu. Namun demi mendapatkan jawaban atas rasa penasarannya, Tian menghela napas untuk kesekian kalinya lalu mengangguk pasrah.

"Tapi awas ya, habis makan jawab semuanya," tandas Tian, telunjuknya mengacung di depan muka Agnel.

"Oke," sahut Agnel, mengacungkan kelingkingnya.

SemicolonWhere stories live. Discover now