18. vonis

3.2K 874 53
                                    

Saat kamu bingung harus bertahan untuk apa, rasakan detak jantungmu di dada.
Kamu hidup, dan pasti ada alasan kenapa jantung itu masih berdetak.

Kamu hidup, dan pasti ada alasan kenapa jantung itu masih berdetak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****











"Bangsat!" desis Tian sambil berusaha fokus menyetir.

Sementara itu Agnel duduk di samping kursi pengemudi, melamun menatap Tian tanpa berkomentar apapun. Lagipula, sejak menerima telepon setengah jam yang lalu toh Tian menolak berbicara pada siapapun. Hanya umpatan demi umpatan yang keluar dari mulut Tian ㅡapalagi jalanan sedang cukup padat, membuatnya tidak bisa ngebut seperti biasa. Saat hidupnya terasa mulai membaik dan cukup menyenangkan beberapa hari belakangan, lagi-lagi Tian merasa dikhianati oleh kehidupan.

Bagaimana tidak? Setengah jam yang lalu Jessica menghubunginya, memberi tahu Tian kalau dia positif HIV. Yahㅡ sekarang kita semua tahu sejauh apa dulu hubungan Tian dengan Jessica. Memang seperti kekasih dari luar, tapi sebenarnya Tian tersiksa dengan hubungan itu. Sebenarnya dia tidak ingat karena wanita itu sering membiusnya, tapi cara Jessica memberi tahu kalau dirinya kena HIV membuat Tian takut. Tentu ingatan Tentang masa-masa kelamnya bersama Jessica masih jelas, dan yang pertama muncul di benak Tian adalah ketakutan. Bukan tidak mungkin kalau Tian akan tertular HIV dari Jessica. Seakan-akan masalah di hidup Tian masih kurang banyak saja, sekarang HIV?

"Anjing!" umpat Tian keras melihat lampu lalu lintas berganti menjadi merah saat dia baru saja tancap gas.

"'Cause you're a sky 'cause you are sky full of stars," Agnel bersenandung tanpa nada.

Tian menoleh dan menatapnya kesal, tapi juga tidak punya alasan menumpahkan kekesalannya pada Agnel hanya karena dia bernyanyi. Tidak kedengaran seperti nada lagu sih, terlalu datar. Dalam keadaan begini ada-ada saja kelakuan gadis itu.


"Apa?" tanya Agnel pada wajah masam Tian.

"Dari mana kamu tau lagu itu?" tanya Tian sembari menarik nafas panjang lalu dengan tidak sabar menunggu lampu berganti menjadi hijau.

"Di TV. Kamu udah nggak marah-marah? Mau denger aku nyanyi aja?" Agnel menawarkan.

"Ahㅡ nggak, nggak usah. Suara kamu bagus tapi lebih bagus nggak usah buat nyanyi," jawab Tian setengah bergumam.

Agnel dengar, tapi dia hanya mengangkat bahu tanpa menunjukkan ekspresi tersinggung. Dia memalingkan wajah ke jendela lagi untuk melihat tepi jalanan Bandung. Mereka sekarang menuju ke rumah Jessica. Tadinya Agnel dilarang ikut, tapi Tian kasihan juga mengurung gadis itu terus.

Saat ini yang ingin Tian lakukan adalah menemui Jessica, menampar wajahnya setidaknya satu kali, lalu check up ke rumah sakit. Tapi toh dia tidak akan tega menampar perempuan. Kalau ia positif HIV, Tian berniat langsung menabrakkan diri saja ke truk atau kereta api.

SemicolonWhere stories live. Discover now