15. alasan ke-tujuh

3K 922 112
                                    


Kita semua masih punya berbagai kemungkinan dalam hidup yang jadi misteri.
Siapa yang tahu kita bisa mendapatkan sesuatu yang  bahkan tak terbayangkan?

Siapa yang tahu kita bisa mendapatkan sesuatu yang  bahkan tak terbayangkan?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****









Memasuki minggu ketiga, akhirnya Agnel ada gunanya juga di rumah ini. Dia menemukan keahlian baru, memasak makanan instan dan beres-beres rumah. Tian menduga si alien itu belajar dari acara tv yang ditonton. Bagus lah, daripada dia bosan lalu keluyuran bersama kucing liar.

"Wah, akhirnya ada juga bakat kamu sebagai manusia ya," komentar Tian saat Agnel sedang membersihkan meja dapur.

"Bakat?"

"Iya, jadi pembantu," gurau Tian, terkekeh sendiri.

Agnel tersenyum. "Kedengarannya bagus, aku suka."

"Ehㅡ aku nggak serius, maaf," Tian buru-buru menambahkan ㅡjadi Agnel tidak tahu pembantu itu apa? Tidak heran sih.

"Kamu belum makan. Mau makan?" tanya Agnel. "Kamu kan harus minum obat habis makan."

"Gimana mau makan kalau makanan selalu kamu habisin semua?" kata Tian.

"Ahㅡ maaf," Agnel meringis. "Ya udah, aku beli makanan. Boleh?"

"Nanti aja deh, aku lagi males keluar rumah."

"Biar aku pergi sendiri. Tempatnya yang waktu itu kan? Kamu mau makan apa?"

Tawaran itu malah membuat Tian bingung. Di satu sisi dia malas keluar rumah, tapi tidak tega juga membiarkan Agnel pergi sendiri. Walaupun tidak mungkin sih gadis itu tersesat atau kabur. Minimarket yang dimaksud Agnel letaknya hanya seratus meter dari apartemen.

"Aku nggak akan bikin ulah, janji," kata Agnel dengen kelingking teracung.

Tian tidak tahan tersenyum ㅡakhirnya tidak salah jari lagi. Dia mengaitkan kelingkingnya walaupun tahu ini sangat konyol.

"Oke, beli kari instan aja dan apa aja deh yang kamu mau. Ini uangnya," ujar Tian lalu memberi Agnel selembar uang.

"Oke," ujar Agnel bersemangat lalu langsung beranjak dari ruang Tiangah ke pintu depan.

"Dasar black hole. Untung seleranya makanan murah, jadi nggak terlalu bikin repot," Tian bermonolog setelah mendengar pintu ditutup dari luar.














Ding dong~

Bel pintu?


Tian menjulurkan leher ke arah pintu. Dia bingung apa Agnel kembali lagi? Tapi untuk apa memencet bel kalau si tigabelas itu yang mau masuk? Ahㅡ Tian lupa, Agnel tidak tahu kode kunci pintunya.

SemicolonWhere stories live. Discover now