26. copy

3.1K 834 58
                                    

Udara musim gugur memenuhi paru-paru Tian saat menginjakkan kaki di luar bandara. Kota Jakarta tidak berubah sama sekali sejak ia tinggalkan sekitar sebulan yang lalu. Memangnya apa yang mungkin berubah dari kota ini? Semua masih sama, bahkan status Tian yang innactive di agensi band-nya.

Tian menaiki taksi yang sudah ia pesan menuju apartemen. Senyum patetik muncul di bibirnya karena merasa menyedihkan datang tanpa sambutan sama sekali dari siapa pun. Tapi ia mengerti, teman-temannya sibuk. Lagi pula, dia sengaja tidak memberi tahu siapa pun kalau hari ini kembali ke Jakarta.

Buku agenda Anna masih ada pada Tian, hampir selalu dibawa ke mana pun ia pergi. Entahlah, Tian senang membacanya ㅡkecuali separuh bagian terakhir yang menurutnya menyedihkan. Seperti keinginan Agnel, dan mungkin Anna, dia mencoba melanjutkan cita-cita mulia Anna yang belum terwujud. Sederhana sebenarnya, hanya dengan berbagi apa yang dia punya.

"Kalau belum bisa membahagiakan seribu orang, setidaknya buat satu orang tersenyum setiap hari."

Itu salah satu tulisan Anna di agendanya yang paling diingat Tian. Yahㅡ sekarang Tian mengerti kenapa Agnel pernah membagikan ketan bakar pada gelandangan, rupanya ada hubungannya dengan masa lalu Anna. Perempuan itu senang membuat orang lain merasakan kasih sayang dan kebahagiaan.

Tinggal satu lagi pesan Agnel yang belum bisa Tian tunaikan. Berbulan-bulan Tian mencari jejak Alisha tapi tidak bisa menemukan apapun. Ia tidak menceritakan Tentang Alisha ini pada siapa pun ㅡterlalu sulit menjelaskannya pada orang lain. Selama gadis itu belum ia temukan, rasanya ada hutang yang mengganjal dalam hidupnya.

Sejak memutuskan untuk tidak menyerah pada kemelut hidupnya, dan berhasil, Tian merasa ia harus hidup dengan lebih baik lagi. Bukan hanya pada dirinya sendiri, tapi juga pada manusia lain. Dia sadar, Tuhan menciptakan semua entitas kehidupan bukan tanpa alasan. Tian ingin bisa membantu lebih banyak orang lagi. Mungkin dengan itu bantuan juga akan datang padanya saat dia butuh.

Makna hidup kadang memang sesederhana itu.

Karena buntu, ia memutuskan pergi ke Jogja untuk mendinginkan pikiran. Tapi toh ritme kehidupannya sudah telanjur terpusat di kota ini ㅡTian tidak bisa pergi terlalu lama. Jenandra juga masih sama ㅡentah ada di mana. Ah, mengingat hal itu membuat Tian ngeri sekaligus sedih di saat yang sama. Ia rasa orang-orang di agensi mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi mereka menutup-nutupi semuanya. Bahkan ia dengar ada beberapa artis mereka yang sudah disingkirkan? Ini gila.

Sebenarnya Tian ragu dia bisa melakukan sesuatu untuk Jenandra, tapi... itu pesan terakhir Agnel untuknya. Selalu ada desir aneh saat ia mengingat nama itu. Kehilangan, ya, masih lekat kehilangan yang ditinggalkan sosok itu pada kehidupan Tian. Tapi tidak ada yang bisa ia lakukan. Sejak awal, dunia mereka sudah berbeda.

Ponsel Tian berdering pendek, menampilkan nama Mahesa di layarnya. Segera ia buka pesan dari temannya itu.

Mahesa
Ssup bro

Tian
Otw to apartment

Mahesa
Wow, kirain bercanda

Tian
Nggak
Beneran di Jakarta
Why?

Mahesa
Soal Jenandra

Tian
Kenapa?
Ada kabar?

Mahesa
Belum
Tapi kayaknya ada titik terang

Tian
Apa?

Mahesa
Ada seseorang yang kayaknya bisa bantu
Kayaknya dia ini cenayang
Pernah barang-barangku hilang di kampus, bisa ketemu karena dia
Padahal nggak ada di mana-mana, udah kucari

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang