1. Taramitha Alvina

2.2K 225 5
                                    

Hidup itu tidak seindah novel dan sinetron, kalau di novel walaupun pemeran utamanya mendapat masalah berat pasti ujung-ujungnya akan tetap bahagia. Berbeda dengan hidupku sekarang ini. Aku lahir dan besar di keluarga yang broken home, tidak pernah mendapat kasih sayang secara utuh dari orang tuaku karena sejak kedua orang tua ku bercerai aku diasuh okeh nenekku. Jangan lupakan kisah cinta yang selalu berakhir tragis. Mungkin keberuntunganku hanya otak yang pintar dan limpahan materi dari papa yang nggak pernah lupa tanggung jawabnya. Meskipun dia lupa kalau anaknya bukan butuh uang saja tapi butuh kasih sayang juga.

Apapun masalah yang aku hadapi aku tidak pernah berkecil hati dan insecure karena dari kecil nenek selalu bilang bahwa hidupku jauh lebih beruntung dari pada anak lain. Hal itulah yang selalu aku tanamkan dalam otakku, bahwa sebenarnya aku termasuk anak yang beruntung di balik semua masalah yang menimpaku.

Tapi ketika kisah cintaku berakhir tragis dan menyakitkan, apakah aku tetap akan merasa beruntung?

Cinta pertamaku kandas tanpa balas walaupun kami sudah menjalin hubungan selama 2 tahun, rasanya tidak sesakit sekarang waktu melepaskan Calief untuk sahabatku sendiri. Karena aku sadar mungkin selama ini aku hanya terobsesi terhadap Calief dan bukan cinta seperti semestinya.

Air mataku belum mau berhenti untuk meratapi kisahku yang menyedihkan, lelaki yang aku percaya  bisa membahagian ku ternyata malah meninggalkanku dengan meninggalkan benihnya di perutku. Aku hancur. Bukan bahagia yang aku dapat tapi malah penolakan dan penghinaan darinya dan keluarganya. Ditengah meratapi nasibku ada elusan lembut di punggung ku.

“Udah nangisnya Mi, mata kamu bengkak itu nangis terus”Bujuk Rara. Dia salah satu sahabatku.

“Yang dibilang Rara benar Ta, air mata kamu terlalu berarti buat menangisi laki-laki brengsek itu” ucap Diandra menambahi.

“Hapus air mata kamu, kita kesini mau refresing Mi. Siapa tahu dapet cogan disini”ucap Rara sambil menaik turunkan alisnya.

“Kayak kamu bisa berpaling aja sama laki-laki lain, bukannya mata dan hati kamu sudah buta gegara Pak Polisi pujaan mu itu”ejek Diandra kepada Rara. Rara mendengus jengkel.

“Aku nggak sebucin itu sampai nggak bisa lihat cowok ganteng Di”ucapnya sambil cemberut.

“La buktinya kamu di tolak terus sama itu cowok, masih aja berharap”

“Eh kenapa kesannya omongan kamu aku ditolak berkali-kali ya. Asal tahu ya nona diandra aku baru ditolak sekali doang. Dimana-mana kesempatan itu berakhir waktu 3 kali percobaan, makan dari itu aku bakal berhenti kalau udah dapat penolakan sebanyak 3 kali” ucap Rara membela diri.

“Buat hati kok coba-coba,nanti sakitnya sulit hilang baru tahu rasa”cibir Diandra lagi. Mau tidak mau aku tersenyum melihat tingkah mereka berdua.

“Nah gitu dong Mi, senyum. Kan kamu tambah cantik.”Ucap Rara sambil memelukku erat disusul Diandra yang juga ikut memeluk kami.

Kami seperti teletubbies di gerbong kereta ini. Hari ini kami memang akan ke Solo untuk mengunjungi sahabatku dan sekalian liburan. Mungkin benar kata Rara dengan Refresing aku bisa sedikit melupakan beban pikiranku.

Kami langsung turun ketika sampaii di stasiun  tujuan kami. Nanti akan ada orang suruhan Calief yang akan menjemput, entah itu siapa karena yang berkomunikasi dengan orang yang menjemput kami adalah Rara.

Tiba-tiba HP ku berbunyi nyaring, aku melihat ada nomor tidak dikenal sedang menelfon ku. Awalnya aku takut mengangkatnya, tapi ketika HP ku berdering sampai 3 kali akhirnya aku mengangkatnya.

“Halo, assalamu’alaikum”ucapku ragu-ragu.

“Waalaikum salam, ini bener dengan mbak Taramitha?”suara laki-laki, tapi aku merasa tidak mengenal suaranya. Ragu-ragu aku menjawab jujur pertanyaan laki-laki itu.

“Iya benar mas, mas siapa ya kenapa tahu nama saya?”tanyaku sambil mengernyit bingung

“Saya Ardhan mbak, saya ditugaskan Pak Calief untuk menjemput mbak dan tenan-temannya. Tapi dari tadi saya telfon mbak Rara HP nya tidak aktif. Saya cuma mau tanya apa perlu saja jemput kedalam atau saya tunggu diluar saja?”tanyanya sopan. Aku melirik Rara yang saat ini tengah berbincang asyik dengan Diandra.

“Mas tunggu diluar saja, barang kami juga tidak terlalu banyak” ucapku akhirnya. Memang kami bertiga tidak membawa banyak barang. Prinsip kita saat traveling itu, yang penting bawa uang yang cukup barang bisa dibeli ditempat liburan.

“Ya sudah saya tunggu dimobil. Saya pakai mobil SUV warna hitam dengan plat nomor xxxxx”

“oke mas, kita keluar sekarang”aku menutup telfon itu setelah mengucapkan salam.

“siapa Mi”tanya Rara setelah aku memasukkan HP ke tas.

“Orang suruhan Calief, HP kamu nggak bisa dihubungi makanya dia telfon aku”ucapku menjelaskan. Rara langsung mengecek HP nya didalam tas.

“HP aku mati, baterainya habis”ucapnya sambil tertawa garing. Kebiasaan anak ini.

“Ya udah ayo keluar, aku suruh dia nunggu dimobil aja tadi.”ucapku sambil berjalan keluar, yang diikuti oleh mereka berdua.

“Eh Ra yang jemput kita siapa?sopirnya mas Calief?”tanya Diandra penasaran.

“Bukan, yang jemput asistennya” jawab Rara santai.

“Ganteng nggak Ra?”tanya Diandra antusias.

“Ganteng dan dia masih muda. Tapi nggak usah flirting juga sama dia. Ingat bodyguard kamu di Surabaya.”ucap Rara sebal. Diandra hanya berdecak sebal dan tidak menanggapi Ucapan Rara.

Seorang lelaki berperawakan tegap tiba-tiba keluar dari mobil ketika kami sampai disamping mobil yang menjemput kami. Dia tersenyum ramah kearah kami bertiga. Benar kata Rara, laki-laki ini termasuk kategori ganteng dengan pakaian formal nya. Seperti layaknya eksekutif muda.

Setelah memasukkan semua barang kami ke mobil, aku akhirnya duduk di kursi depan karena di belakang sudah dijajah Rara dan Diandra. Sebenarnya cukup untuk bertiga, tapi akan sempit buatku. Jadi aku memutuskan untuk duduk didepan saja.

Sepanjang perjalanan didominasi percakapan Rara dan laki-laki disampingku ini. Entah mereka membicarakan apa karena aku tidak terlalu menyimak. Tapi bukan berarti aku tidak tahu kalau laki-laki disampingku kadang melirik ku sembunyi-sembunyi. Hei kenapa melihatku seperti itu, apa wajahku terlihat menyeramkan dan aneh?

Akhirnya aku membuka kaca didepan untuk melihat pantulan diriku. Dan mataku melotot sempurna ketika melihat menampakan diriku dicermin. Menyedihkan satu kata yang sangat pas menggambarkan keadaanku saat ini. Dengan mata bengkak dan kantong mata yang jelas terlihat, ketika memakai make up penampilan ku tidak terlalu mencolok tapi mungkin make up itu sudah luntur terhapus air mataku yang tidak berhenti keluar sepanjang perjalanan kereta.

Pantes asisten Calief dari tadi natap aku terus, orang diantara kami bertiga hanya aku yang penampilan nya mirip penghuni RSJ. Tiba-tiba aku meringis menyadari kebenaran dari praduga ku.

TBC

Ramaikan ya guys....biar tambah semangat nulis 😉

21 April 2020


GF Series 2 : PELABUHAN TERAKHIR (END) Where stories live. Discover now