24. Rafardhan Faresta

1.5K 252 29
                                    

Hai... Hai.... 😁😁
Selamat takbiran buat yang besuk merayakan Idul Adha teman-teman.... 🙏

Terima kasih buat yang sudah membaca dan meramaikan part kemarin... 😊😊😊

Sudah siap ketemu mantan????? 🤔

Yuk langsung baca saja...

Selamat Membaca
🍂🍂🍂

Aku menghela nafas panjang, ketika melihat ponselku dari tadi tidak berhenti bergetar. Aku memang sengaja mengubah nada deringnya menjadi nada getar agar tidak terlalu mengganggu konsentrasi ku dalam bekerja. Namun nyatanya itu tidak terlalu berpengaruh. Sudah seminggu semenjak kedatangan laki-laki tua tidak tahu diri itu di rumahku, dan setelah itu nomor asing silih berganti menghubungiku. Entah sudah berapa banyak nomor yang aku blokir, tapi dia seakan tidak ada kapoknya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan si pria tua yang mengaku kakek ku itu. Pria itu benar-benar tidak tahu malu dan tidak mau menyerah. Demi mendapatkan keinginannya dia rela melakukan apa saja, bahkan tidak segan menganggu ketenangan orang lain.

“Mas.... Hei” panggilan dari suara lembut itu menyentak ku sehingga kembali ke realita sekarang. Di depanku sudah bediri istri ku yang terlihat sexy dengan perut besarnya. “Aku panggil dari tadi pantas nggak nyaut ternyata lagi ngelamun dia” ucap Mitha sebal.

“Maaf”ucapku penuh sesal sambil menarik tangannya agar semakin mendekat kearah ku. Aku membuka kakiku lebar dan mengapit kedua kaki Mitha yang sedang berdiri, kemudian melingkarkan kedua lenganku di pinggangnya. Aku mulai mengecupi perutnya yang membuncit, yang berada tepat didepan wajahku.

“Hai anak papa, hari ini kamu nggak nakal kan didalam sana?”tanyaku sambil menempelkan telingaku di perut Mitha. Aku memang sering mengajak bayi didalam perut Mitha berbicara. Aku sengaja melakukan ini agar bisa membangun keakraban dengan si baby sejak dini supaya dia terbiasa mendengar suara papanya. Mitha hanya terkekeh pelan melihat tingkah lakuku ini.

“Mas ih, kamu itu sekarang kenapa nyaman banget bicara dan cerita sama si baby yang masih didalam perut dari pada bicara sama aku” Aku hanya tersenyum merespon kata-kata Mitha. Yang Mitha katakan memang tidak salah. Akhir-akhir ini aku lebih banyak bicara dengan si baby, apalagi semenjak kedatangan tamu tidak diundang itu seminggu lalu. Entah mengapa aku merasa mendapat ketenangan bila berinteraksi dengan bayi di dalam perut istriku. Padahal dia hanya memberikan respon berupa sebuah tendangan ketika aku bercerita, mungkin karena merespon suaraku. Tapi respon itu aku anggap sebagai suatu kepedulian dari bayi yang bahkan belum lahir ke dunia yang kejam ini.

“Mau sampai kapan mas nempel diperut aku kayak gini? Ini jam kerja lo, nanti kalau ada karyawan kita yang lihat gimana?”saat ini aku memang sedang berada di lokasi proyek. Bukan di bagian lapangannya, tapi di sebuah ruangan yang memang dikhususkan untuk kantor sementara selama proyek belum selesai.

“Biarin aja. Kita nggak akan dipecat juga sama pak Calief,kalau mereka ngadu” ucapku santai karena masih betah memeluk perut istriku.

“Ck.... Sombong”dengus Mitha.

“Bukan maksud nas untuk sombong, tapi kenyataannya memang begitu kan”ucapku sambil mendongak menatap wajah istriku. “Lagi pula meluk istri begini juga nggak akan buat perusahaan rugi sayang”

“Terserah mas Ardhan lah, tapi ini lepas dulu. Aku kan kemari mau minta tanda tangan mas” dengan berat hati akhirnya aku melepaskan pelukanku pada perut Mitha.

“Tanda tangan?” tanyaku dengan ragu. Mendengar kata-kataku istriku ini berdecak sebal.

“Mas lupa ya? Besuk kita akan mengajukan proposal penarikan termin mas. Jadi aku butuh tanda tangan mas, selaku penanggung jawab proyek ini” ucap Mitha dengan bibir mengerucut sebal. Aku terkekeh pelan melihat tingkah istriku ini.

GF Series 2 : PELABUHAN TERAKHIR (END) Место, где живут истории. Откройте их для себя