5. Taramitha Alvina

1.5K 188 10
                                    

Hai semua.... Ada yang nungguin cerita ini nggak sih??? 🤔

Aku mencoba aktif nulis lagi setelah sekian lama istirahat, semoga saja idenya ngalir terus jadi bisa update tiap hari 😊😊

Selamat Membaca
🍂🍂🍂

Sesampainya di rumah sakit kami bertiga langsung berjalan menuju ruang VIP yang merupakan ruang perawatan Rena. Ketika pintu dibuka oleh Rara, aku sedikit terkejut karena disuguhi adegan romantis ala-ala FTV. Tapi secara otomatis sudut bibirku terkembang, menyadari bahwa kesalahpahaman diantara mereka terselesaikan dengan baik.

Ketika Calief memutuskan keluar dengan Ardhan untuk menyelesaikan urusan mereka, aku dan Rara mendekat kearah Rena.

“Kamu nggak apa-apa kan Ren? Kamu jangan berfikir macam-macam...”

“Aku tahu Mi, mas Calief udah cerita”ucapan Rena memutus semua kata-kata yang sudah aku rangkai dikepala. Aku langsung memeluk Rena yang sedang berbaring setengah duduk di ranjang dan tangis ku pun pecah.

“Maaf Ren, aku nggak tahu lagi mesti minta tolong ke siapa. Yang terfikir hanya kalian berempat” ucapku sambil menangis tergugu dalam pelukan Rena. Rena mengelus punggungku lembut.

“Jangan nangis, ibu hamil nggak boleh sedih. Kami pasti bakalan bantuin kamu Mi. Tenang ya” Rena juga ikutan nangis.

Hei kenapa hari ini menjadi ajang menangis untuk para ibu hamil.

"Kalau ibu hamil nggak boleh nangis kenapa kamu ikutan nangis coba" Tanyaku dengan air mata yang tetap mengalir deras.

"Ya aku kan ketularan kamu..." Bela nya sewot.

"Makasih Ren...”ucapku lirih. Kami berpelukan erat sambil menangis.

“Eh para ibu hamil, nggak boleh menangis.Tapi selamat ya buat kalian berdua atas kehamilannya” ucap Diandra sambil ikut memelukku dan Rena.

"Kalian ini kenapa nebar bawang dimana-mana, apa nggak tahu kalau harga bawang mahal. Lihat sekarang mata aku juga ikut berair" Ucap Rara sewot dan tiba-tiba ikut berpelukan bersama kami.

ck rasanya kami seperti teletubbies saja. Ya inilah persahabatan kami, tidak selamanya mulus dan adem ayem. Tapi kami saling menguatkan dan membantu ketika salah satu diantara kami mempunyai masalah.

Entah berapa lama kami berpelukan sambil menangis, tapi acara drama ria itu baru selesai ketika Calief masuk ke ruang rawat Rena lagi. Setelah itu aku diminta Rena menceritakan semuanya secara detail agar mereka bisa membantuku.

Akhirnya aku menceritakan semuanya tanpa ada yang aku tutupi karena percuma saja, saat ini yang aku punya hanya mereka.

“Si Derry benar-benar banci” komentar Rena pertama kali setelah aku selesai bercerita. “Maaf ya mi, aku tadi sempat berfikiran buruk sama kamu”ucap Rena penuh sesal. Aku hanya tersenyum mendengar kata-katanya.

“Santai aja lah Ren, aku nggak apa-apa”

“Aku akan minta mas Calief bantuin kamu, kita nggak mungkin jalan sendiri tanpa tameng Mi. Mengingat seperti apa keluarga Dery”aku membenarkan ucapan Rena dalam hati. Memang keluarga Dery lumayan punya nama di daerahku sana, mengingat ayahnya menjadi anggota DPR dan ibunya memiliki usaha toko bangunan yang lumayan besar.

🍄🍄🍄

Setelah setengah hari kami berjibaku di rumah sakit menemani Rena, akhirnya ketika sore kami memutuskan untuk pulang. Dan hanya menyisakan Calief yang menunggui istrinya. Entah kenapa sejak tadi rasanya tubuhku lemas sekali dan kepalaku pusing. Mungkin karena hari ini aku perutku tidak terlalu bisa menerima makanan, tapi aku tidak mengatakannya apa-apa pada para sahabatku. Aku tidak mau mereka heboh sendiri nantinya.

GF Series 2 : PELABUHAN TERAKHIR (END) Onde histórias criam vida. Descubra agora