18. Rafardhan Faresta

1.5K 230 29
                                    

Siang semua,.... Aku update lagi kisah uwu dua orang ini 😁

Yang kemaren minta aku  update cepat, aku usahakan ya.... Update-an aku berbanding lurus dengan keaktifan kalian pembaca di lapak ini. Semakin aktif kalian, semakin semangat saya nulisnya 🤭🤭

Jangan lupa ramaikan juga part ini ya guys... 😘

Selamat Membaca
🍂🍂🍂

Setelah memastikan Mitha beristirahat, aku segera keluar kamar untuk menyelesaikan masalah kami dengan papa Mitha. Aku menghela nafas pelan, mau tidak mau aku harus menghadapi ayah dari wanita yang aku harapkan menjadi istriku itu.

Aku berjalan pelan menuju halaman samping rumah ketika runguku menangkap ada suara orang berbicara. Dan benar saja papa Mitha dan Pak Calief sedang berbicara serius di gazebo samping rumahku. Melihat ku pak Calief memanggilku dengan melambaikan tangan. Tapi ketika aku sudah berada di depan gazebo, pak Calief malah berdiri. Melihat itu aku mengerutkan kening bingung.

“Bapak mau kemana?” tanyaku spontan.

“mau ambil minum, lagi pula kamu dan om Alvian butuh bicara empat mata Ar. Tenang saja om Alvian sudah jinak, beliau tidak akan menghajar kamu lagi” ucap pak Calief dengan menyeringai. Aku hanya mendengus. Usahanya buat melucu benar-benar garing. Ketika pak Calief melangkah pergi, aku hanya diam dan memutuskan duduk di samping papa Mitha walaupun tanpa di suruh.

“Maaf” ucap papa Mitha memecah keheningan diantara kami yang tercipta beberapa waktu lalu. Aku langsung menoleh kearahnya dengan kening berkerut. “Sudah memukul kamu sembarangan” lanjutnya lagi ketika menyadari kebingungan ku.

“Tidak apa-apa om, saya mengerti posisi om tadi” jawabku sambil tersenyum. Om Alvian menghela nafas berat, beliau seperti benar-benar menanggung beban berat di pundaknya.

“Tadi Calief sudah menceritakan semua nya pada saya.”om Alvian diam sejenak, beliau memandangku dengan mata tajamnya. “Kenapa kamu mau mengambil tanggung jawab dengan menikahi anak saya, padahal yang dikandung Mitha bukan anak kamu?” tanyanya dengan nada serius. Aku hanya tersenyum sekilas sebelum menjawab.

“Alasannya simple, karena saya sayang dan cinta dengan putri om. Mungkin bagi sebagian besar orang itu alasan klise, tapi itu lah yang saya rasakan sekarang” ucapku yakin.

“Kenapa kamu bisa mencintai putri saya yang jelas-jelas memiliki cacat perilaku dan mungkin dipandang hina oleh sebagian besar orang? Padahal saya yakin untuk mendapatkan wanita yang lebih sempurna dari anak saya kamu lebih dari mampu?” tanya beliau lagi dengan nada tegas.

“Apakah menyayangi seseorang membutuhkan alasan? Buat saya menyayangi seseorang itu tidak membutuhkan alasan om, karena kalau kita menyayangi seseorang berlandaskan suatu Alasan, ketika alasan itu hilang makan rasa sayang dan cinta kita juga akan hilang” om Alvian masih diam sambil menatapku, aku juga menatap mata beliau dengan yakin. “Mungkin benar kata om kalau saya masih bisa mendapatkan wanita lain selain Mitha. Namun yang saya inginkan untuk menemani sisa hidup saya hanya putri om saja. Jadi saya mohon ijinkan saya meminang putri om untuk menjadi istri saya”ucapku serius.

Kami berdua aling tatap dalam diam, sebelum om Alvian mengehela nafas panjang dan mengalihkan pandangannya ke depan.

“Kamu yakin bisa menerima Mitha dan janinnya? Saya cuma mau memastikan kalau putri saya mendapatkan pasangan yang tepat" Aku mengangkat kedua sudut bibirku ketika mendengar penjelasan dari om Alvian.

“Om tenang saja, sebelum saya memantapkan hati untuk meminta Mitha menjadi istri saya, saya sudah meyakinkan diri saya untuk menerima Mitha dan segala kekurangannya. Termasuk janin yang dia kandung. Saya akan menganggap janin itu anak saya sendiri” ucapku yakin. Om Alvian menoleh kearahku lagi sebelum menghela nafas panjang dan mengucapkan kalimat yang membuat tubuhku menegang.

GF Series 2 : PELABUHAN TERAKHIR (END) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant