20. Rafardhan Faresta

1.4K 216 23
                                    

Hai... Hai... Haii....
Gimana kabar kalian semua?? Maafkan saya yang molor updatenya... 🤭🤭

Sebenarnya aku punya target cerita ini bakalan selesai awal bulan depan lah... Ini bukan janji ya 🤭😊
Doakan saja idenya lancar dan tangan nggak males gerak 🤣🤣🤣

Jangan lupa ramaikan ya....😊

Kalau banyak typo kalian bisa coment biar aku tahu....

Selamat Membaca
🍂🍂🍂

Aku mengerjapkan mata ku pelan untuk menyesuaikan dengan cahaya dikamar ini. Aku hampir terlonjak bangun ketika menyadari bahwa ini bukan di kamarku, tapi langsung aku urungkan ketika tanganku terasa ada yang menimpa.
Aku langsung menoleh ke samping dan tersenyum ketika melihat seorang wanita cantik sedang tidur dengan damai diatas lenganku. Secara otomatis memori tentang kejadian kemarin berhamburan di kepalaku.

Wanita yang saat ini tidur disampingku dan memeluk perutku adalah istriku. Entah kenapa sudut bibirku tertarik keatas secara otomatis setiap mengucapkan kata istri.

Tanganku terangkat otomatis merapikan sebagian rambutnya yang berantakan menutupi wajahnya. Cantik. Di mataku Mitha terlihat masih cantik walau dalam keadaan tidur dan tanpa make up. Wajahnya terlihat Damai. Aku mengelus pipinya pelan, karena tidak mau mengganggu tidur Mitha. Ini masih pukul setengah lima pagi, dan aku yakin Mitha sangat kelelahan karena acara kami kemarin.

Kami memang tidur di hotel tempat acara kami digelar kemarin, karena memang acaranya sampai malam. Dan ini sudah masuk dalam agenda yang telah disusun para ibu-ibu Mitha. Yang mendapat julukan emak-emak rempong oleh Mitha dan para sahabatnya.

Setelah acara selesai kami langsung menuju kamar, membersihkan diri dan langsung tidur. Ini benar-benar tidur dalam konteks yang sebenarnya, bukan tidur yang 'iya-iya' karena aku tahu kalau istriku sedang lelah luar biasa.

Tiba-tiba Mitha bergerak dan mengerjabkan matanya pelan. Dia tersenyum lembut ketika melihatku.
“Pagi mas”sapa nya dengan suara serak orang khas bangun tidur.

“Pagi... Kamu bangun gara-gara saya hm?”tanyaku masih setia mengelus lembut wajahnya.

“Gak juga sih, ini sudah subuh juga kan waktunya kita laporan sama yang kasih nyawa” aku tersenyum mendengar jawaban Mitha.

“Kalau begitu ayo siap-siap, kita salat berjamaah” ucapku sambil bangun. Mitha hanya mengangguk dan mengikutiku untuk membersihkan diri dan bersiap menghadap sang pemilik hidup ini.

Selesai melaksanakan kewajiban kami,, Mitha langsung berlari menuju kamar mandi untuk melakukan rutinitasnya setiap pagi, yaitu muntah. Memang sudah biasa seperti ini, tapi biasanya tidak parah. Hanya sekali atau dua kali saja sudah berhenti.

“Kamu nggak apa-apa?” tanya ku sambil memijat tengkuknya. Tangan Mitha berusaha mendorong ku keluar.

“Mas pergi, ini jijik” ucapnya lirih. Tapi aku tetap bergeming ditempat ku dan melanjutkan kegiatanku memijat tengkuknya.

Mitha terlihat pucat ketika sudah selesai mengeluarkan semua isi perutnya padahal belum ada makanan apapun yang masuk kedalam lambungnya untuk diproses. Karena tidak tega melihatnya yang berjalan pelan, aku spontan mencekal tangannya dan menggendongnya menuju ranjang kami.

“Mas” pekiknya sambil mengalungkan tangannya dileher ku.

“Diam dulu, saya tidak tega melihat kamu jalan dengan lemas begitu”
Aku meletakkannya di ranjang secara perlahan. Kemudian aku menelepon room service untuk memesan teh hangat dan makanan untuk kami sarapan.

GF Series 2 : PELABUHAN TERAKHIR (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang