16. Rafardhan Faresta

1.3K 226 17
                                    

Terima kasih untuk yang sudah membaca dan meninggalkan jejak di part kemaren....., jejak kalian itu doping untuk aku loo....🤣🤣🤣

Ramaikan part ini juga ya guys.... Yuk berusaha jadi aktif reader disetiap karya yang kalian baca 🤭🤭

Karena aku rasa bagi semua penulis yang nulis tanpa dibayar di sini respon dan apresiasi kalian para pembaca sudah seperti bayaran khusus looo.... 😁

Selamat Membaca
🍂🍂🍂

Aku sedang menetralkan nafasku yang tersengal karena berlari keliling komplek. Hari ini adalah hari minggu, hari libur sejuta umat tak terkecuali aku. Aku memang lumayan suka olah raga,sebisa mungkin aku berolahraga setiap hari. Kalau memang sedang libur biasanya aku akan berlari memutari komplek seperti sekarang tapi kalau bukan hari libur dan memang waktunya mepet aku hanya akan menggunakan treadmill di rumah. Yang terpenting setiap hari badan ini bergerak.

Ketika memasuki pintu rumah samar-samar aku  mendengar suara Mitha yang sedang berbincang dengan bik Jum. Entah mereka sedang asyik mendiskusikan apa. Waktu aku bangun dan mau berangkat lari Mitha belum keluar dari kamar. Aku berjalan mengikuti asal suara mereka menuju dapur. Aku berdiri dan bersandar di pintu sekat antara dapur dan meja makan memperhatikan calon istriku yang sedang membantu bik Jum menyiapkan sarapan.

Aku hanya diam melihat interaksi mereka. Untuk kategori orang yang baru bertemu, Mitha termasuk orang yang gampang bergaul. Aku tidak menyangka bahwa sifat aslinya periang dan murah senyum, mengingat pertemuan pertama kami yang dihiasi oleh wajah murungnya.

“Lo.. Sejak kapan mas Ardhani disitu?” tanyanya kaget ketika menyadari kehadiranku.

“Baru saja, kamu masak apa?”tanyaku sambil mendekat kearahnya.

“Ini yang masak bik Jum, aku cuma bantu-bantu ala kadarnya saja”ucapnya sambil terkekeh. “Mas tunggu aja di meja makan, ini sarapannya sudah matang. Bentar lagi aku bawa kesana” aku menggeleng pelan.

“saya akan membantu kamu, saya tidak mau kamu kecapekan” ucapku serius.

“Ya sudah mas bawa ini” aku menerima semangkok besar nasi goreng yang sudah dimasak Mitha. Menu ini adalah menu sarapan ku pagi ini. Karena sebagai warga Indonesia sejati aku selalu sarapan dengan nasi. Entah kenapa aku belum merasa kenyang kalau belum makan nasi.

Kemudian Mitha menyusul ku dengan membawa beberapa slice roti bakar. Dimeja makan sudah ada secangkir kopi untukku. Sedangkan Mitha hanya minum air lemon hangat untuk mengurangi mualnya.

“Segini cukup mas” tanyanya sambi menatapku bertanya.

“Hah?”aku bertanya tidak mengerti, karena memang dari tadi aku fokus meminum kopiku.

“Nasinya ini, segini cukup?”ulangnya lagi.

“Cukup, Terima kasih”vucapku sambil menerima sepiring nasi goreng yang telah diambilkan Mitha.

“Kamu nggak makan nasi?” tanyaku karena dia hanya mengambil roti bakar untuk dirinya sendiri.

“Biasanya aku juga sarapan nasi, tapi sekarang aku nggak bisa makan nasi kalau pagi karena pasti langsung mual dan muntah. Jadi sarapannya diganti roti atau buah” jelasnya sambil tersenyum. Mitha memang masih mengalami Mual dan muntah, tapi sudah tidak parah. Paling hanya sekali atau dua kali itu pun cuma berlangsung di pagi hari.

“Hari ini mau jalan-jalan?”tanyaku ketika telah menyelesaikan sarapan ku. Mitha sudah hampir dua hari menginap dirumah ini setelah pulang dari rumah sakit, aku hanya takut dia merasa bosan karena merasa terkurung berada didalam ruangan terus-terusan.

GF Series 2 : PELABUHAN TERAKHIR (END) Where stories live. Discover now