22. Rafardhan Faresta

1.4K 237 30
                                    

Selamat Membaca
🍂🍂🍂

Aku sedang mengatur nafasku yang masih belum teratur setelah berlari keliling komplek. Hari ini adalah hari minggu yang merupakan hari libur sejuta umat, jadi aku menyempatkan diri untuk tetap olah raga diluar ruangan. Aku berjalan santai masuk kedalam rumah. Dahiku spontan mengernyit ketika merasakan rumah terasa sepi. Aku berjalan langsung menuju dapur, dimana biasanya menjadi tempat aktifitas pagi istriku. Mitha memang awalnya tidak bisa memasak, tapi sekarang dia sudah mulai belajar memasak. Ya walaupun belum terlalu jago, tapi sekarang sudah lumayan lah rasa masakannya.

Di depan tempat cuci piring aku hanya melihat seorang wanita paruh baya yang sedang membereskan perlengkapan memasak.

“Bik Ina, istri saya mana?”tanyaku sambil mengambil air dingin dari dalam kulkas.

“Oh... Ibu mungkin ke kamarnya pak. Tadi dapat telfon” Bik Ina adalah Asisten Rumah tangga yang aku pekerjakan untuk membantu Mitha merawat rumah ini dan memasak makanan bila istriku itu lelah. Karena dengan kondisi Mitha yang sedang hamil begini, aku tidak tega bila dia harus bekerja berat. Apalagi dia juga ikut bekerja bersama ku. Aku sudah menyarankan untuk istirahat di rumah saja, tapi dia tidak mau karena merasa bosan. Aku hanya bisa apa selain menuruti keinginan ibu hamil yang satu itu.

Sebenarnya tidak masalah bagi ku memiliki istri seorang wanita karir, asal dia bisa membagi waktu antara keluarga dan pekerjaannya. Aku hanya takut istri cantikku itu kecapekan, dan berpengaruh buruk pada kandungannya.

Tapi mungkin nanti ketika anak kami lahir, aku akan meminta Mitha untuk istirahat saja sementara sampai anak kami agak besar dan bisa ditinggal. Tapi hal itu harus aku diskusikan dengan dia, karena sebagai pasangan aku tidak mau memaksakan kehendakku.

Aku membuka pintu kamar dengan pelan, karena tidak ingin mengganggu aktivitas istriku. Memang benar Mitha sedang melakukan telefon, melihat dia yang bisa tertawa lepas bisa dipastikan bahwa dia sedang berbicara dengan salah satu sahabatnya. Aku langsung mendudukkan diriku disofa kamar dan memperhatikan Mitha yang berdiri menghadap halaman samping dengan senyum yang terus terkembang. Dia terlalu asyik dengan aktifitasnya sampai tidak menyadari kehadiran ku.

Kedua sudut bibirku terangkat ketika memperhatikan perutnya yang sudah terlihat menonjol. Kehamilan Mitha saat ini memang sudah memasuki usia 7 bulan. Berat badannya meningkat drastis semenjak memasuki trimester 2, karena nafsu makannya meningkat setelah tidak mengalami mual dan muntah lagi. Tapi hal itu justru sering membuat dia uring-uringan. Entah kenapa Mitha tetap seperti wanita kebanyakan yang sangat takut mengalami kenaikan berat badan. Padahal aku suka dengan perubahan bentuk tubuh istriku itu karena masih tergolong wajar dan pembesarannya pun di tempat-tempat yang aku sukai.

“Lo.... Sejak kapan mas disitu? Kenapa tidak kasih tahu aku kalau sudah pulang?” tanya nya sambil berjalan pelan kearah ku setelah mengakhiri panggilannya entah dengan siapa. Ketika dia semakin dekat aku langsung menarik tangannya agar duduk di pangkuanku. Dia terkesiap kaget karena aksiku itu.

“Ih.... Mas aku berat lo. Nanti paha mas sakit” ucapnya sambil akan berdiri tapi aku menahannya dengan memeluk pinggangnya erat.

“Kata siapa berat?mas masih kuat mangku kamu, berarti kamu masih seperti biasa” ucapku santai. Mitha justru mendengus keras.

“Mas nyindir aku? Aku gendutan....Berat badan aku sudah naik 12 kg mas, padahal ini baru 7 bulan. Apa kabarnya tubuh aku 2 bulan lagi, sudah segede gajah kali” ucapnya sewot. Aku hanya terkekeh pelan.

“Tapi dimata mas kamu tetap cantik sayang.... Lagi pula kamu itu tidak terlihat gendut tapi montok dan tambah sexy” ucapku sambil menaik turunkan alisku untuk menggodanya.

GF Series 2 : PELABUHAN TERAKHIR (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang