2. Rafardhan Faresta

1.8K 208 12
                                    

Malam semua... Aku update cerita ini lagi 😄

Khusus cerita ini aku mau coba buat dua POV bergantian ya, semoga yang baca suka 😍😉

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian kalau suka 🤭🤭

Selamat Membaca
🍂🍂🍂

Aku berlari menuju parkiran mobilku, hari ini aku harus menjemput adik bos dan teman-temannya di stasiun. Aku hampir lupa karena keasyikan berbincang dengan klien. Untung saja Pak Calief yang merupakan bosku menelfon ku dan menanyakan posisiku. Jadi aku langsung ingat kalau terlanjur menyanggupi untuk menjemput adiknya.

Solo memang tidak semacet Jakarta, tapi kalau siang seperti ini juga kita tidak bisa menyetir cepat ala pembalap jalanan. Karena banyaknya kendaraan yang turun dan memakai jalan raya.

Butuh waktu 40 menit hingga aku berhasil memarkirkan mobilku di depan stasiun, kemudian aku memutuskan untuk menelfon mbak Rara. Aku hanya berdoa semoga mereka belum turun.

Tapi sepertinya hari ini kesialan sedang bergelayut padaku, karena nomor telfon yang aku hubungi malah tidak aktif sama sekali. Akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi nomor lain.

“Ada apa Ar?”tanya bosku diseberang sana. Iya akhirnya aku memilih menghubungi Pak Calief. Dari pada nanti aku kena marah karena tidak gerak cepat.

“Begini Pak, mbak Rara saya hubungi dari tadi tapi sepertinya nomornya tidak aktif. Terus ini saya mau menghubungi siapa? saya juga tidak tahu nomor teman yang bersamanya.”Diseberang  sana Pak Calief menghela nafas lelah. Entah karena adiknya atau karena aku.

“Paling HP adek saya mati, saya kirim nomer 2 temannya Rara yang lain. Kamu hubungi salah satu yang bisa aja”

“Baik Pak”setelah itu telfon langsung ditutup oleh si bos. Tak lama kemudian aku mendapat pesan dari Pak Calief yang berisi dua nomor telfon berbeda. Secara acak aku langsung menelfon nomor yang pertama dikirim, atas nama Taramitha. Nama yang cantik, puji ku dalam hati.

Entah kenapa telfon ku tidak cepat diangkat, aku sudah mencoba 2 kali tapi tetap tidak diangkat. Apa aku dikira sales yang mau menawarkan pinjaman? Aku putuskan untuk mencoba sekali lagi dan kalau tidak diangkat juga aku akan menghubungi nomor yang satunya lagi.

Dan syukur alhamdulilah, telfon ku kali ini diangkat. Diseberang sana terdengar suara merdu seorang wanita yang menjawab dengan ragu. Aku mengerti sih, karena nomorku adalah nomor baru mungkin aku dikira akan berbuat jahat. Jaman sekarang kan banyak itu modus-modus lewat HP untuk menipu orang.

Setelah beberapa saat bicara dengan wanita bersuara merdu atas nama Taramitha itu, aku jadi senyum-swnyum sendiri membayangkan seperti apa rupanya. Apakah akan se rupawan suaranya.

Siapa tahu wanita cantik itu nanti tertarik padaku. Aku tersenyum seperi orang bodoh membayangkan hal konyol itu. Tapi tidak apa-apa kan sebagai seorang lelaki jomblo aku mengharap bertemu seorang bidadari nyasar di stasiun kereta.

Tidak berapa lama, ada 3 wanita cantik yang mendekat kearah mobilku. Dari ketiganya hanya mbak Rara yang aku kenal karena pernah bertemu beberapa kali. Aku sempat melihat kedua teman mbak Rara, dan bertanya dalam hati yang mana yang aku hubungi tadi. Jujur keduanya memiliki wajah yang rupawan, tapi ada satu yang berhasil membuatku terus menatap nya dalam waktu cukup lama, aku berharap wanita itu yang aku hubungi tadi.

Setelah membantu memasukkan barang bawaan mereka ke mobil aku langsung duduk di kursi kemudi dan mulai menjalankan mobilku setelah memasang seatbelt. Aku sempat kaget juga bahwa salah satu dari mereka memilih duduk di kursi penumpang sampingku. Aku tersenyum tipis karena mengetahui yang duduk disampingku adalah wanita yang menarik perhatianku tadi.

Tapi wanita ini tidak banyak bicara dan cenderung diam disepanjang perjalanan, aku memperhatikan wajahnya yang cantik tapi sangat berantakan dengan mata bengkak dan kantung mata yang terlihat jelas. Seperti habis menangis terus menerus dan tidak tidur berhari-hari. Hei apa dia baru mendapat musibah atau habis kehilangan orang yang penting?
Dan apa hakmu ingin tahu Ardhan, kalian hanya dua orang asing yang bahkan tidak saling tahu nama, rutuk pikiranku yang logis.

“Mas Ardhan, makasih sudah jemput kami. Maaf ya tadi HP aku mati” ucapan mbak Rara berhasil mengalihkan mata dan fikiranku dari wanita yang duduk manis disampingku ini.

“Nggak apa-apa mbak, saya mengerti” ucapku sambil tersenyum sopan.

“Oh iya mas Ardhan, mas belum kenalan sama temenku kan? Di sampingku ini namanya Diandra, dan dia udah nggak single alias sudah punya pawang di Surabaya jadi kalau dia flirting sama mas abaikan saja.” ucap Rara terus terang yang langsung mendapat pelototan dari teman yang duduk disampingnya. “Nah yang di samping mas Ardhan itu namanya Taramitha, biasanya kami panggil Mitha. Kalau dia boleh dideketin karena masih belum punya pawang” aku hanya terkekeh pelan mendengar adek Pak Calief yang kalau bicara memang terkenal ceplas ceplos. Aku melirik kembali kesamping kiriku, entah kenapa aku merasa senang karena dia yang duduk didepan.

“Heh kamu pikir aku sama Mitha Ular punya pawang segala? ” Protes sahabat mbak Rara yang bernama Diandra.

Aku tidak terlalu menanggapi perdebatan kedua sahabat itu, karena fokus ku sekarang ada pada jalanan dan wanita disampingku.

Dia di sepanjang jalan hanya diam, seperti asyik dengan dunianya sendiri. Entah ketika melihat wajahnya aku bisa merasakan sebuah kesedihan sangat besar yang harus dirasakan olehnya. Mungkin dia sadar aku memperhatikanya karena tiba-tiba dia langsung berkaca, dan meringis sendiri melihat penampilannya. Aku tersenyum melihat tingkah lucunya itu.

Taramitha hal apa yang membuatmu bisa terlihat mengenaskan seperti ini? Tanyaku dalam hati.

TBC

Yuhuuu... Si Ardhan sudah meluncur guys

Mau lanjut nggak, ramaikan  ya 🤭🤭

24 April 2020

GF Series 2 : PELABUHAN TERAKHIR (END) Where stories live. Discover now