30. Rafardhan Faresta

1.6K 245 39
                                    

Selamat Malam semua.... Ada yang nungguin cerita ini??? 🤔🤔

Part kemarin sepi jejak kalian, jadi part ini ramaikan ya.... Biar besuk aku bisa update lagi 🤭🤭

Kalau ada typo silahkan coment ya...

Bacanya sambil dengerin lagu Calum Scott- You Are the Reason

There goes my heart beating
'Cause you are the reason
I'm losing my sleep
Please come back now

There goes my mind racing
And you are the reason
That I'm still breathing
I'm hopeless now

Selamat Membaca
🍂🍂🍂

Aku hanya bisa duduk sambil memandangi warna merah pada lampu ruang operasi yang masih terus menyala, menandakan bahwa aktifitas didalam sana masih berjalan dan belum menunjukkan tanda-tanda akan selesai. Aku meremas kedua tanganku untuk menyalurkan kegelisahan ku. Sudah hampir 2 jam semenjak dokter masuk ruang operasi untuk melakukan tindakan medis terhadap istriku, dan sampai sekarang masih belum selesai.

“Minum dulu” aku menoleh ketika melihat ada sebuah cup kopi yang masih mengepulkan uap ada di hadapanku. Aku mengangkat pandanganku, dan menemukan pak Calief yang berdiri sambil menyodorkan segelas kopi panas. Aku menerimanya dan mulai menyesapnya pelan setelah meniupnya.

“Mitha wanita yang kuat Ar, saya yakin dia bisa melewati semua ini”ucap Pak Calief sambil menepuk bahuku pelan setelah keheningan diantara kami tercipta karena kami hanya diam. Aku tersenyum getir, menyadari entah sudah berapa kali bos ku ini memberi ku semangat dari tadi namun entah kenapa tetap tidak bisa membuat hatiku merasa tenang.

“Saya harap juga begitu pak”balas ku lirih. Jujur saat ini aku benar-benar dalam keadaan bingung dengan otak yang tidak bisa berfikir tenang. Setelah itu hanya ada keheningan lagi diantara kami berdua, karena tidak ada yang membuka suara.

Saat ini hanya pak Calief yang selalu ada di sampingku dan menemaniku. Aku sudah mengabari keluarga dan para sahabat Mitha setelah Mitha masuk ruang operasi. Papa Mitha sedang dalam perjalanan menuju kemari. Sementara para sahabatnya mungkin besok baru bisa kemari. Itupun hanya Rara dan Diandra, mengingat istri pak Calief sedang hamil dan harus istirahat total.

Aku dan pak Calief spontan menoleh ketika mendengar ada suara langkah kaki yang mendekat. Mataku langsung menatap tajam pada dua orang laki-laki yang berjalan mendekat kearah ku.

“Untuk apa lagi anda kemari?” tanyaku dengan nada datar.

“Kakek mau bicara dengan kamu Rafa” ucap pria tua yang kebetulan memiliki darah yang sama dengan ku itu. Saat ini kakek tua itu datang dengan didampingi Om Panji.

“Tidak ada yang.....”Kata-kata ku terhenti ketika bahuku ditepuk oleh pak Calief.

“Selesaikan masalah kalian. Bicara baik-baik Ar, meskipun sebenarnya ini bukan waktu yang tepat juga untuk bicara. Tapi membiarkan masalah berlarut-larut juga bukan hal baik. Saya tinggal dulu. Ingat jangan pakai emosi, ini di rumah sakit” ucapnya sambil berdiri dari duduknya. Dan setelah mengatakan itu pak Calief langsung pergi bersama Om Panji dan memberikan ruang untuk ku berbicara langsung dengan kakek tua ini.

Setelah pak Calief pergi, aku hanya duduk diam di tempatku sambil menikmati kopi yang ada di tangan ku. Sedangkan kakek mendudukkan diri di sampingku. Keheningan menyelimuti kami berdua untuk waktu yang cukup lama.

GF Series 2 : PELABUHAN TERAKHIR (END) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant