9. Taramitha Alvina

1.4K 209 17
                                    

Kangen pasangan ini nggak??? 😊

Kalau banyak typo maafkan ya guys,.... Terima kasih buat yang sudah membaca cerita ini sampai bab ini apalagi yang sudah meninggalkan jejak 🙏

Selamat Membaca
🍂🍂🍂

Setelah Ardhan keluar dari ruang rawat ku, rasanya kupingku panas mendengar godaan dari kedua sahabatku terutama Rara.

“Mi gimana rasanya didampingi suami waktu pemeriksaan?” Nah kan mulai lagi ini anak menggodaku. Tapi aku hanya diam sambil mencoba menyibukkan diri dengan gadget ku.

“Cie...Mitha, pipinya merona gitu deh kalau ditanya tentang mas suami” sepertinya si Rara ini habis diberi doping makanya jadi gacor banget kalau meledek orang.

“Kamu bisa diam nggak sih Ra, suara kamu itu ganggu banget” ucapku sebal.

“Ganggu apa? Ganggu lamunan kamu soal mas Ardhan ya?”ucapnya dengan wajah yang sangat menyebalkan. Untung sahabat, kalau nggak mungkin sudah aku lempar dari jendela kamar rawat ku ini. Lumayan kan jatuh dari lantai tiga gedung ini, bisa bikin dia langsung diam.

“Sudah Ra jangan digodain terus lah si Mitha, itu wajahnya sudah merah kayak tomat kamu godain dari tadi” ucap Diandra sambil menahan tawa karena godaan Rara yang terus diarahkan padaku.

Sepertinya Rara belum akan berhenti menggodaku kalau saja ponselnya tidak berbunyi nyaring.

“Siapa Ra?”tanya Diandra.

“Kak Heppy, lagian ngapain pakai telfon segala orang ruang rawat istrinya cuma disamping?”gerutu Rara.

“Angkat aja, siapa tahu mas Calief lagi diluar dan itu penting”ucap Diandra bijak. Akhirnya Rara mengangkat telfon dari kakaknya itu.

“Aku ketempat Rena dulu lah, mas Calief lagi diluar soalnya” Ucap Rara setelah mematikan HP nya. Aku hanya menganggukkan kepala saja menjawab kata-kata Rara.

Sepeninggalan Rara aku hanya mengobrol santai dengan Diandra membahas hasil pemeriksaan ku tadi oleh dokter Siska. Tidak berapa lama HP Diandra berdenting menandakan ada pesan masuk. Diandra mengerutkan kening sambil membaca pesan itu, membuat ku bertanya dalam hati.

“Ada apa?” tanyaku akhirnya.

“nggak apa-apa, aku keluar dulu mau telfonan sama mas pacar sebentar ya. Kamu istirahat saja biar cepat sembuh” meskipun masih ada tanda tanya besar di hatiku toh aku hanya mengangguk kan kepalaku menyetujui permintaan Diandra. Apa mungkin dia sedang ada masalah dengan kekasihnya?

Aku menghentikan segala asumsi yang ada di otakku ketika benda persegi panjang yang aku pegang juga berdenting menandakan ada pesan masuk.

Asisten Calief

Jangan sampai telat makan dan istirahat yang cukup

Aku mengucek mataku dan membaca berulang kali pesan yang mampir di ponselku. Takut kalau mataku agak buram karena terlalu lama berbaring dan salah baca. Tapi berapa kalipun aku berusaha mengucek mata dan membacanya ulang tulisan itu tidak berubah. Fix....Ini asisten Calief sepertinya benar-benar kesambet, sejak kapan dia bisa berkirim pesan yang bikin baper begini? Tanpa bisa dicegah sudut bibirku terangkat membaca pesan darinya, kenapa aku seperti abg begini? Tapi aku hanya membiarkan pesan itu, karena bingung mau membalas bagaimana.

🍂🍂🍂

Entah apa yang dilakukan Mitha dan Rara, tapi mereka kembali keruangan ku selang tiga puluh menit kemudian. Dan yang membuatku terkejut adalah Calief juga ikut bersama mereka. Ini ada apa? Tanyaku dalam hati. Calief memang tahu aku dirawat, tapi dari kemarin sejak aku masuk sampai sekarang dia belum bisa menjenguk ku karena harus menunggui istrinya juga yang dirawat dikamar sebelah.

“Gimana kabar kamu Tha?”sapanya dengan nada datar dan cenderung tenang. Calief itu tipikal manusia kaku macam kanebo kering, hanya dengan istrinya dia bisa tertawa lepas dan bersikap manis.

“Sudah membaik ini, kalau kamu disini Rena sama siapa?” tanyaku akhirnya. Dia tidak bisa meninggalkan istrinya yang sedang sakit itu tanpa pengawasan.

“Rena sedang tidur. Aku kesini karena ada yang mau aku omongin sama kamu Tha. Mengenai masalah kamu itu aku punya solusi dan tadi juga aku sudah bicara dengan Diandra sama Rara” ucapnya tanpa basa basi, khas seorang Calief. Saat ini Calief berdiri di samping ranjang dekat kaki ku. Sementara Rara duduk dikursi samping bed ku dan Diandra memilih duduk di atas bed ku sambil merangkul bahuku pelan, seperti memberi kekuatan untuk apapun yang akan Calief katakan.

“Jadi apa solusinya?”tanyaku akhirnya.

“Kamu akan kerja sama aku setelah lulus Tha. Kapan kamu wisuda?” tanya Calief akhirnya.

“2 minggu lagi” ucapku pasti.

Good. Setelah itu kamu akan mengurus salah satu proyekku yang di Malang”ucap Calief dengan yakin, sementara aku mengerutkan kening.

“Kenapa di Malang? Cal dengan kondisi aku yang seperti saat ini sepertinya aku harus jauh-jauh dari Jawa Timur deh. Kenapa kamu malah nyuruh aku menetap di Malang lagi?”tanyaku akhirnya. Calief hanya menatapku datar.

“Kamu tidak perlu menjauh kemana-mana Tha. Walaupun kamu ketemu sama dia aku jamin dia dan keluarganya tidak akan bisa menyentuh kamu”ucap Calief yakin.

“Maksud kamu?”

“Kamu tidak akan sendiri menjalankan proyek itu, Ardhan akan menemani kamu dan menjaga kamu” ucapnya santai.

“Ardhan? Asisten kamu?” tanyaku setengah teriak. Calief sama sekali tidak terganggu dengan teriakanku dia cuma bergumam santai.

“Dari awal proyek itu Ardhan yang pegang, tapi apa salahnya kalau kamu juga aku tempatkan disana sekalian bantuin Ardhan.” Aku menggigit bibir bawahku karena gelisah. Kerja bareng Ardhan sepertinya bukan pilihan yang bagus, mengingat kalau berada didekatnya aku seperti perempuan jompo yang menderita penyakit jantung.

“Tapi Cal, kenapa harus Ardhan?”tanyaku dengan pelan.

“Pertama Ardhan tangan kananku dia sudah biasa menghandle segala masalah yang ada di lapangan walaupun aku tidak ada, dan proyek di Malang termasuk proyek besar Tha aku nggak mungkin ngasih proyek itu sama orang lain. Kedua Ardhan mahir bela diri, kita nggak tahu apa yang akan terjadi nanti tapi dia bisa jadi bodyguard kamu juga selain partner kerja. Ketiga Ardhan masih single”aku mengerutkan kening ketika Calief selesai bicara. Untuk alasan pertama dan kedua aku bisa memahami. Tapi untuk alasan ketiga aku tidak tahu hubungannya apa.

“Apa hubungannya status nya single sama pekerjaan kami?” tanyaku akhirnya. Sedangkan Rara dan Diandra sudah tersenyum penuh arti.

“Itu berarti tidak akan ada drama istri atau pacar cemburu pada kamu saat berdua saja dengan Ardhan nantinya, jadi kalian berdua bisa fokus buat kerja”

“Oke aku setuju” jawabku akhirnya. Calief berdehem pelan, aku melihatnya dengan alis terangkat satu. Sepertinya masih ada yang ingin dikatakannya.

“Dan ada satu hal lagi yang harus kamu lakukan untuk benar-benar terlepas dari masa lalu kamu Tha”ucapnya serius. Entah kenapa kali ini perasaan ku menjadi tidak enak.

“Apa?” tanyaku was-was. Calief masih diam sambil menatapku lama, sementara Rara dan Diandra mengalihkan pandangan mereka kearah lain ketika aku melihat mereka. Seperti benar-benar tidak mau melihatku. Hal itu semakin membuatku curiga kalau apa yang diucapkan Calief adalah sebuah bencana baru untukku. “Cal....”aku menegurnya karena dia hanya diam saja dari tadi. Calief menghela nafas panjang sebelum melempar 3 kata yang bagai bom waktu untukku.

“Menikah sama Ardhan” jangan tanyakan reaksi seperti apa yang aku tunjukkan kepada mereka setelah mendengar kata-kata Calief. Bersyukurlah saat ini aku tidak sedang minum atau makan, sehingga tidak perlu melalui drama tersedak hebat karena terkejut.

Aku tidak tahu apa yang direncanakan Calief dibalik solusi gila yang diberikan padaku. Tapi menikah sekarang? Dengan seorang Ardhan? Dengan kondisiku yang sedang hamil seperti sekarang, bagai keinginan untuk berhaji di musim pandemi. Mustahil terjadi.


TBC

Kira-kira Mitha akhirnya mau apa nggak ya? Terus Ardhan nya gimana?!

Yuk ramaikan, biar bab selanjutnya cepat meluncur 😁😁

9 Juni 2020

GF Series 2 : PELABUHAN TERAKHIR (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang