03 - Batu di Rooftop

16.6K 1.7K 54
                                    

Setelah kejadian di kantin 3 hari yang lalu, gosip tentang Revan dan Varel semakin menjadi-jadi. Tapi, bukan Varel namanya kalau menanggapi gosip itu. Ia menganggap itu hanya berita tidak jelas dan tidka fakta. Memang benar itu berita tidak fakta. Secara, isi fanbase nya hanya rekayasa yang menjadi ilusi dari siswa SMA Bangsa.

Hari ini adalah hari pertama karantina untuk olimpiade sains nasional. Varel jalan dengan santai menuju ruangan yang menjadi karantina selama sebulan kedepan. Karena, bulan depan akan diadakan olimpiadenya.

Dengan niat yang pasti dan jantung yang sebenarnya masih belum sanggup untuk ikut olimpiade, Varel akhirnya sampai di depan pintu ruangan. Ia juga sudah mempelajari soal-soal olimpiade yang diberikan Revan 3 hari yang lalu. Dan soal itu cukup membuat ia pusing.

Varel membuka pintu ruangan. Ia melihat ke dalam ruangan, sudah ada Pak Ardito di sana bersama dengan Bara dan siswa perempuan namanya Lia. Lia perwakilan di bidang matematika. Semua mata tertuju pada Varel yang masih berdiri di pintu kelas.

"Varel, sini duduk," suruh Pak Ardito.

Varel langsung jalan lalu duduk di samping Bara.

"Oke! Karena sekarang sudah lengkap, kita sekarang membahas soal yang easy dulu ya!" jelas Pak Ardito.

Pak Ardito mengeluarkan beberapa kertas lalu memberikannya ke Lia, Bara dan Varel.

"Oke, bapak ngasih kesempatan mengerjakan 10 menit," Pak Ardito melihat ke jam tangannya. "Dimulai dari sekarang."

Varel, Bara dan Lia mengerjakan soal dengan serius. Setiap soal mereka kerjakan dengan pasti. Gak ada satu soal pun soal yang membuat mereka pusing. Karena soal ini masih tergolong dalam soal mudah. Gak nyampe 10 menit, Varel sudah selesai 10 soal. Karena soalnya memang cuma 10.

Setelah Varel selesai, ia meletakkan pulpennya lalu melakukan peregangan.

"Kenapa Rel?" tanya Pak Ardito.

"Oh, ini pak, udah selesai."

Pak Ardito melihat jam tanganya masih 8 menit. Bara dan Lia terkagum dengan Varel.

"Sini bapak periksa dulu."

Varel menyerahkan jawabannya pada pak Ardito. Setelah melihat jawabannya, Pak Ardito hanya mengangguk-ngangguk.

"Iya, benar semua."

Varel tersenyum. Bara dan Lia hanya bisa bertepuk tangan.

***

Bara dan Varel sedang berjalan di koridor sekolah. Mereka sudah selesai kelas karantina. Lia juga sudah pulang duluan karena dijemput papanya. Kini, tinggal Bara dan Varel.

"Lo hebat, Rel!" puji Bara.

Varel tak menjawab. Ia hanya tersenyum sambil menatap Bara, lalu menatap ke depan.

"Pulang bareng siapa?" tanya Bara.

"Dijemput."

Tin tin!!

"Duluan ya!" Varel langsung meninggalkan Bara.

Bara yang ditinggalkan hanya tersenyum kikuk lalu melihat kepergian Varel yang sekarang sudah masuk mobil.

Sampai di parkiran, Bara melihat hanya ada motornya di sana. Dan... Ada satu motor lagi. Tiba-tiba Bara dikejutkan dengan lewatnya Revan dari sampingnya. Pria itu langsung menuju motornya. Mengabaikan Bara yang masih terkaget karenanya.

Love Addictive ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang