31 - Stranger

6.9K 793 22
                                    

Semua ini terasa begitu nyata. Layaknya sebuah hantaman yang begitu kuat. Tubuh Varel terhempas sangat jauh dan ia tak bisa mengontrol rasa sakit yang kini ia rasakan. Semua hal yang pernah terjadi dalam hidupnya masih melekat sangat erat dipikirannya. Bahkan, tak sedikitpun ia ingin melupakan semua itu. Tapi, kenapa Revan bisa lupa dengan semua hal yang pernah mereka jalani itu. Semua kenangan indah yang selama ini Revan berikan ke Varel seakan terasa percuma. Pria itu kini sudah tak mengingatnya lagi.

Langit yang cerah pun tak lagi indah. Warna biru yang terpancar di cakrawala tak bisa lagi Varel nikmati. Hanya ia dan perasaannya yang mengerti dia saat ini. Dimulai saat Revan tidak menganggapnya sama sekali sampai Revan benar-benar melupakan semuanya. Sampai sekarang, Varel masih tak mengerti mengapa semua ini terjadi padanya. Ia bahlan merasa tak pernah melakukan hal yang salah. Kenapa orang yang kini ia cintai itu perlahan ingin melupakannya? Apa Varel tak pantas dicintai? Entahlah, semua itu masih saja terpintas dalam pikiran Varel.

Air mata yang begitu berharga menurut Revan itu kini sudah menetes membasahi pipi Varel. Revan pernah mengatakan kalau ia akan menjaga Varel sebisanya. Ia gak mau ada air mata setetespun keluar daru mata kekasihnya itu. Karena air mata itu sangat berharga dan tak pantas untuk membasahi pipi Varel yang lembut.

Kini, semua ucapan Revan dalam setiap kenangan yang mereka ukir terlintas dalam pikiran Varel. Mungkin, orang-orang yang ada di taman rumah sakit ini bingung melihat pria itu menangis di kursi putih yang menjadi tempat bagi pengunjung atau pasien jika ingin memanjakan matanya. Tapi, Varel sama sekali tak memanjakan matanya. Yang ada dia malah menangis meratapi semua yang terjadi saat ini. Varel berharap ini hanya sebuah mimpi yang nantinya ia akan terbangun di pagi yang indah dan mendapati Revan menjemputnya seperti biasanya. Iya. Varel ingin bangun.

Varel tak ingin dibilang pria yang lemah. Ia ingin sekali dibilang pria yang kuat. Tapi, tidak untuk saat ini. Siapapun orangnya, bagaimanapun bentuknya, sekuat apapun dia, pasti akan menangis pada masanya. Dan, inilah masanya Varel. Sekarang ia menangis karena mendapati kekasihnya yang kini sudah sangat ia sayangi, sudah melupakannya. Ia tau, semua ini karena kecelakaan yang Revan alami, tapi, sebelum kejadian itu juga, Revan sudah menganggap Varel tidak ada. Pria itu seakan menutup mata dan tidak melihat keberadaan Varel.

Sebuah tangan dengan lembut menyentuh punggung Varel. Mengelusnya seakan memberikan rasa iba yang sangat dalam. Mata yang sudah basah itu perlahan menoleh melihat seorang pria yang kini duduk di sampingnya. Kalau dilihat dari pakaiannya, pria itu adalah pasien dari rumah sakit tempat Revan dirawat. Senyum yang terlukis di wajahnya seakan membuat hati yang melihatnya luluh karena begitu menawan. Ditambah lagi wajahnya juga terlihat sempurna. Dengan cacat yang membentuk lubang kecil di kedua pipinya saat tersenyum. Pria ini cukup dikatakan sempurna. Berbeda dengan Varel yang kini terlihat menyedihkan dengan air mata yang masih membasahi pipinya.

"Cowok gak boleh nangis," ucap pria itu sembari mengusap pipi Varel yang basah. Senyuman itu masih saja menempel di wajahnya membuat Varel terasa seperti kedatangan sebuah malaikat yang entah dari mana datangnya. Jujur dari dalam hatinya, Varel mulai merasa lega. Walaupun masih ada rasa sakit yang masih terasa dalam hatinya.

"Siapa bilang?" jawab Varel sambil terisak dan memajukan bibirnya seperti seorang balita yang sedang berusaha menghentikan tangisannya.

"Aku."

"Sok tau."

"Kamu kenapa di sini?"

"Harusnya aku yang nanya, kamu ngapain di rumah sakit?"

"Aku lagi jenguk tem... teman."

"Oh, kok nangis? Dia meninggal?"

Terdengar sangat blak-blakan, Varel langsung menatap pria asing itu tajam. Pria itu pun langsung menyesal dan minta maaf. Dari cara bicaranya, sepertinya pria itu memang tipikal orang yang tak suka basa-basi. Ia akan mengatakan apa yang ada di pikirannya dan menyimpannya kalau memang itu pantas untuk disimpan.

Love Addictive ✔️Where stories live. Discover now