22 - Lost

8.2K 859 13
                                    

Seluruh siswa mulai berkumpul mengelilingi kayu yang sudah disusun rapi. Samuel masih mengecek seluruh siswa apakah mereka ada di tempat atau tidak. Beberapa dari mereka juga ada yang sibuk mencari kayu bakar dan menyusunnya di tengah. Udara malam ini cukup dingin. Tapi, dingin itu akan hilang setelah api unggun nantu telah menyala.

"Tahun ini agak beda ya, biasanya kan Holy School kita 2 hari atau 3 hari," ucap Yulia ke Reza yang sedang menggosok-gosok telapak tangannya karena dinginnya malam.

"Gak tau dah, tanya sama Samuel, jangan sama gue."

"Ini mah namanya satu malam doang. Sama aja kayak perkemahan sabtu minggu."

Reza melipat tangannya lalu menghembusnya memberi kehangatan. Udara sangat dingin sampai kalau mereka bicara pun, ada asap yang keluar dari mulut.

"Rel, minya telon gue ketinggalan di Villa, bagi punya lo," Yulia gak tahan lagi dengan dingin dan nyamuk yang terus mengganggu kehidupannya.

Varel merogoh saku jaketnya lalu memberikan minyak telon miliknya ke Yulia. Di sampingnya ada Revan yang terus menggosok-gosok tangannya biar dia gak kedinginan. Sesekali pria itu juga menghembuskan nafasnya ke tangan Varel.

"Masih dingin?" tanya Revan.

Tak ada jawaban dari mulut Varel. Ia hanya mengangguk pelan.

"Cuacanya memang dingin, tapi nanti bakal hangat, apinya udah mau dinyalain."

Revan semakin mengeratkan genggamannya. Memerhatikan teman-temannya yang mulai menyalakan api unggu. Kayu yang berdiri di tengah sudah disiram bensin. Kini tinggal melemparkan korek dan api unggun menyala.

Api unggun menyala. Semuanya tersenyum senang. Samuel berdiri di di tengah-tengah mereka. Memberikan sebuah announcemet yang akan mereka lakukan nanti.

"Oke, acara api unggun ini, saya punya permainan. Permainannya adalah, kalian harus nyari pasangan masing-masing. Kemudian, saya akan memberikan sebuah kertas. Nah, dalam kertas itu kalian tulis perasaan kalian berdua, nanti kertasnta dilipat lalu masukkan ke dalam toples ini," Samuel menunjukkan toples yang ada di tangannya.

"Kalau waktunya cukup, kita mengambil kertasnya acak, lalu si pemilik kertas harus menjelaskan isi dari kertas itu. Jangan lupa tulis nama kalian berdua."

"Oke!" jawab semua siswa.

Revan mengangkat tangannya. Melihat itu Samuel langsung memberikan waktu untuk pria itu berbicara.

"Ada peraturan gender?" tanya Revan.

Samuel berusaha menahan senyumnya. Matanya seketika melirik Varel yang duduk di samping pria itu.

"Enggak, pasangannya bebas, mau cewek-cowok, cewek-cewek, atau cowok-cowok, yang penting ada pasangannya."

Setelah menjawab pertanyaan Revan, Samuel memanggil salah satu anggotanya lalu membagikan sebuah kertas ke mereka yang sudah punya pasangan.

"Oh iya, yang belum punya pasangan, boleh pasangan sama saya," timpal Samuel.

Semua kertas suda terbagi. "Tunggu jangan buat dulu!" hambat Samuel. "Permaiman akan saya mulai setelah ada instruksi dari saya."

Samuel memerhatikan semua siswa yang sudah berpasang-pasangan. Ia juga berpasangan dengan orang yang tadinya tidak mendapat pasangan.

"Oke, game kita mulai dari-" Samuel memberikan jeda. "Sekarang!"

Seluruh siswa langsung berdiskusi dan mulai menulis seuatu di kertas itu sesuai dengan perasaan mereka masing-masing. Kedua perasaan mereka dijadikan satu.

Love Addictive ✔️Where stories live. Discover now