12 - Aku Punya Perasaan Itu

11.6K 1.3K 94
                                    

"Jadilah pacarku."

Kalimat itu terus terngiang di kepala Varel. Sejak kepulangan mereka dari danau kemarin, Varel tak bisa melupakan kalimat yang ia gak tau harus apa. Kenapa Revan meminta itu? Bukannya mereka sama-sama pria? Apa Revan gay? Gak mungkin! Revan tak terlihat seperti pria gay pada umumnya.

Varel hanya melamun dan terdiam di kursinya. Guru belum datang. Yulia sedang mengumpulkan tugas pagi ini di ruang guru. Tatapan Varel kosong. Pikirannya tetap pada kejadian di danau kemarin. Ia belum menjawab permintaan Revan. Ia merasa itu cuma candaan. Tapi, hati Varel mendadak merasa bahwa itu tak bercanda. Sekarang hati dan logikanya berperang secara sengit. Entah apa yang terjadi nanti, tapi, sampai saat ini, Varel masih berpegang teguh pada logikanya.

Yulia datang dengan suara khasnya mengisi seluruh sudut kelas. Teriakannya yang mengucapkan "HALO!" membuat seluruh kelas terkejut dan membentaknya.

"YUL! GILA APA YA LO?!" Bentak Tasya. Teman sekelas mereka. Bisa dibilang, gilanya hampir sama dengan Yulia.

"IYA! KENAPA?!" Balas Yulia.

"OTAK LO GESER!"

"BIARIN OTAK GUE GESER, KETIMBANG OTAK LO, SECUIL!"

"ENAK AJA LO KALO NGOMONG!"

"WOI!" bentak Rara yang sedang asik merapikan rambutnya. "UDAH KAYAK DI HUTAN AJA YA LO PADA TEREAK-TEREAK!"

"YA LO JUGA TEREAK YA BANGSAT!" balas Yulia.

"GARA-GARA LO ORANG! BRISIK BANGET KEK BABI HUTAN!"

"BRISIIIIIIK!" bentak Atikah sangat keras. Semuanya mendadak diam. Yulia yang tadinya berdiri langsung duduk. Kalau Atikah sudah teriak, jangan ada yang membalas. Bangunan sekolah pun bisa roboh kalau dengar suaranya.

Yulia menatap Varel yang terdiam dan melamun. Semenjak kedekatannya dengan Revan, Varel menjadi sering melamun dan diam-diam gak jelas. Bukan kayak Varel seperti biasanya.

"Woi, lo ngape?" tanya Yulia menyenggol bahu Varel.

"Enggak," Varel hanya geleng-geleng.

"Bohong!"

"Iya."

"Tuh kan bohong! Udah deh jujur aja, kenapa?"

"Gue... Gue ragu Yul."

"Ragu ngape? Lo ragu kalo lo cowok?"

"Babi!"

Yulia terkaget. Ia mengelus dadanya sambil geleng-geleng. "Astagfirullah Varel, uda pinter ya sekarang cakap kotor! Siapa yang ngajarin? Hah?"

"Bodo ah Yun!"

"Becanda sayang, kenapa? Cerita dong," Yulia memperbaiki cara duduknya lalu mencoba untuk mendengar curahan hati sahabat dekatnya itu.

"Revan minta gue jadi pacarnya kemarin," jawab Varel sambil berbisik.

Mendengar kalimat itu, Yulia hampir saja teriak tapi langsung ditahan oleh Varel. Ia dengan sigap menutup mulut gadis itu yang bunyinya hampir sama kayak toa masjid.

"Demi apa?" tanya Yulia yang akhirnya berbisik.

Varel hanya mengangguk.

"Trus, trus, trus? Lo jawab apa?"

"Gak gue jawab."

"Ih! Jahat banget sih!"

"Kok jahat?"

"Cinta gak boleh digantung Rel! Kasihan Revan lo gantung gini."

"Kita kan sama-sama cowok Yul! Yakali!"

Love Addictive ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang