42 - My Special One

7.3K 769 40
                                    

Ruangan yang diisi 4 orang saat ini penuh dengan canda. Salah satu dari mereka selalu memberikan candaan yang membuat suasana menjadi ramai. Daffa juga tak pernah memandang aneh pada Varel yang kini duduk di samping Revan. Mereka terlihat sangat bahagia. Begitu juga Daffa saat melihat senyum di wajah anaknya itu.

Sejauh ini, Daffa tak pernah menyangka bahwa Revan akan bertemu dengan Varel. Bahkan, sebelum mereka kembali ke kota ini pun, Daffa berpikir dua kali. Hanya satu yang khawatirkan ketika kembali ke kota ini. Dia takut Revan akan kembali mengingat ibunya. Padahal, kejadian itu sudah mereka kubur dalam-dalam.

Kecelakaan Sandra membuat Revan seperti kehilangan seluruh hartanya. Revan lebih dekat ke Sandra dibanding Daffa. Dan Renata lebih dengan dengan Daffa. Begitulah keluarga pada umumnya.

Varel juga tak pernah menyangka akan bertemu dengan Revan. Kalau saja mereka tidak berpapasan saat itu, mungkin saat ini Varel tak akan merasakan masuk ke rumah Revan. Mungkin dia tak tau begitu baiknya Daffa. Kecuali Fano mengenalkannya.

Setelah selesai acara makan malam dan canda gurau, Revan memilih mengantar Varel ke rumahnya. Kebetulan, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Topik pembicaraan yang mereka obrolkan sangat random. Untungnya Daffa sadar dan melihat jam. Kalau tidak, mungkin Varel masih menetap di sana sampai jam 10 malam.

Varel berpamitan dengan Daffa dan Renata. Setelah itu dia naik ke atas motor milik Revan.

"Pake helm dulu," ucap Revan.

"Yaudah sini," Varel meminta helm nya.

"Enggak, turun, aku yang makein."

"Udah naik loh!"

"Turun."

Dengan terpaksa Varel turun dari motor. Dia langsung mendekat ke hadapan Revan. Setelah berdiri di depan kekasihnya itu, Revan langsung memakaikan helm nya ke kepala Varel.

"Udah dibilang, aku yang pakein helm kalau kita kemana-mana," ucap Revan.

"Kan aku punya tangan."

"Aku juga punya, nih," Revan menunjukkan kedua tangannya.

Varel hanya terdiam dan menatap Revan dengan ekspresi serius. Melihat itu Revan langsung mencubit hidungnya gemas. "Udah, naik, kamu mau tinggal di sini?"

Tanpa banyak bicara, Varel langsung naik ke motor Revan. "Pegangan!" perintah Varel.

"Banyak maunya."

"Yaudah gak jalan."

"Revan, kamu jangan jahili Varel!" bentak Daffa.

"Lagian nanti dia jatoh pa, kalo dia jatoh? Luka? Hayo!"

"Kok kamu jadi cerewet gini?"

"Namanya juga udah ketemu jodoh pa, ya mau gimana?" sambar Renata.

Varel yang mendengar perdebatan itu pun langsung memeluk Revan. Yang dipeluk pun langsung tersenyum dan mulai menjalankan motornya. Tak luap mereka pamitan dan Revan izin mengantar Varel.

Diperjalanan menuju rumah Varel, mereka tak banyak bicara. Varel masih setia dengan tangan yang melingkar di perut Revan. Gimana tidak? Saat Varel ingin melepasnya, Revan langsung menarik dan mengembalikan posisinya. Dia tak mau tangan itu tidak melingkar di tubuhnya.

"Nanti dilihatin orang," ucap Varel.

"Gakpapa."

"Malu!"

"Aku enggak."

"Aku yang malu."

"Aku enggak."

Love Addictive ✔️Where stories live. Discover now