43 - Love is Love

7.5K 720 21
                                    

Sesempurna apapun cinta itu, kalau dunia tidak merestui, maka cinta itu akan hilang. Cinta bukan sekadar mengatakan cinta. Cinta itu butuh perjuangan dan restu dari segala pihak. Jika memang tak ditakdirkan untuk bersama, maka tak akan bersama.

Fano sejak semalam tidak bisa memejamkan matanya. Dia bahkan tak bisa menenangkan pikirannya. Bahkan sampai saat ini, dia tidak terlalu fokus mengikutk rapat penting di kantornya. Pikirannya hanya pada anak tunggalnya yang sudah terjebak di cinta yang salah.

"Fano!" panggil Enggar.

Fano terperanjat dan menatap rekan kerjanya itu. Sejak tadi Enggar melihat gerak-gerik Fano memang terlihat tidak fokus.

"Kenapa?"

"Gakpapa," Fano menggeleng dan kembali fokus ke pertemuan mereka.

***

Sekitar setengah jam rapat diadakan pun selesai. Fano langsung menuju ruangannya. Pikirannya masih saja mengkhawatirkan Varel. Dia tak mau anak itu akan merasakan sakit.

Fano mengambil hpnya di saku celananya kemudian mencari nama yang ingin dia ajak bicara. Setelah mendapatkannya, dia langsung memanggilnya.

"Halo, Daf, aku mau ngomong, ketemu di cafe biasa," ucap Fano saat panggilannya dijawab oleh Daffa.

Fano langsung bergegas. Dia mengambil kunci mobilnya yang terletak di atas meja, kemudian langsung keluar perusahaan.

Cafe yang dimaksud Fano tak jauh dari perusahaannya. Tak sampai 10 menit, dia sudah sampai di tujuan. Dia langsung memarkirkan mobil hitam miliknya kemudian masuk ke cafe. Dia pun mencari letak meja yang strategis untuk bicara.

Lima menit Fano menunggu, Daffa datang masih dengan pakaian kantornya. Dia mencari keberadaan Fano dan langsung ketemu.

"Apa?" tanya Daffa.

"Revan dan Varel," jawab Fano to the point.

Daffa menghela nafasnya. "Kenapa?"

"Aku gak bisa restuin."

"Kenapa?"

"Ya... Gak bisa!"

"Aku cuma mau lihat senyum di wajah Revan apa itu gak bisa?"

"Tapi..."

"Kamu mau nyakitin hati Varel?"

"Aku cuma..."

"Dia bahagia sama Revan."

"Tapi aku gak mau mereka kayak kita!" jawab Fano spontan.

Daffa tak berani lagi mengeluarkan suaranya. Dia hanya terdiam menatap Fano lekat. Wajah yang dulunya sangat dia sukai masih bisa dia lihat lagi.

"Aku gak mau mereka seperti kita Daf!" ulang Fano.

"Aku gak mau Revan merasakan apa yang aku rasakan," Fano mengingat kejadian saat dulu mereka masih bersama.

"Aku gak mau Varel harus bersikap jahat ninggalin Revan begitu saja karena cita-citanya. Seperti kamu ninggalin aku."

"Aku gak ninggalin kamu!"

Love Addictive ✔️Where stories live. Discover now