18 - Obatku

9.5K 1K 9
                                    

Revan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia menempelkan hp di telinganya. Mengobrol dengan seseorang dari balik telpon.

"Belum ngantuk?" tanya Revan sambil mengurut-ngurut keningnya yang sedikit pusing.

"Belum."

"Udah jam 11, tidur gih!"

"Yaudah aku tidur ya."

"Iya," tangan Revan masih mengurur-urut keningnya. "Varel!" panggil Revan saat Varel hendak mengakhiri panggilannya.

Sejak tadi Revan telponan dengan Varel. Mulai telponannya ya kira-kira jam 8 malam.

"Hm?"

"Good night!"

Terdengar gelak tawa dari seberang. Revan langsung mengembangkan senyumnya.

"Good night too!" jawab Varel.

Revan cuma tertawa. "Ya udah, tidurlah," suruhnya.

"Yaudah,"Varel langsung mengakhiri panggilannya.

Setelah panggilan berakhir, Revan langsung melemparkan hpnya ke atas hasur. Kemudian kembali mengurut-urut keningnya. Sepertinya, kepalanya sedang gak bisa diajak kompromi. Revan bangkit dari kasur lalu menuju kamar kakaknya.

Tanpa permisi dan mengetok, Revan langsung membuka kamar kakanya itu. Dilihatnya gadis itu sedang berkutat pada laptopnya.

"Re!" panggil Revan.

"Apaan?" jawab Renata. Matanya masih fokus pada laptopnya yang menampilkan miscrosoft word.

"Punya obat pusing ga? Bagi."

"Liat di laci," Renata memainka jarinya di atas keyboard laptopnya. "Eh!" ia berbalik menatap Revan yang hendak membuka lacinya. "Biar gue aja yang ngambil!"

Renata langsung bangkit dari posisinya lalu mendekat ke Revan.

"Takut banget gue curi barang lo!"

"Bukan gitu! Ada softex!" ketus Renata. "Lo mau softex?!"

"Anjir! Buat apa? Yang ada jadi hotdog ntar!"

"Anjing lo! Sialan! Nih!" Renata memerikan sepapan obat.

Ketika melihat obat itu, Revan langsung melemparkannya ke atas meja.

"Gue masih SMA tapi gue juga tau nama-nama obat kali!"

"Apaansih?"

"Baca tuh?!"

"Astaga! Hahahaha... Salah ambil!" Renata membaca obat yang dia kasih bertuliskan Promaag. "Yang ini nih!"

Renata kembali memberikan obatnya. Revan menerimanya lalu langsun keluar kamar.

"Gimaa basket lo? Menang?" tanya Renata sebelum Revan benar-benar keluar.

"Menang," Varel berdiri di depan pintu sambil memegang gagangnya. "Menanggung nasib!" lanjutnya.

Renata langsung tertawa. Revan yang kepalanya kembali berdenyut-denyut langsung menutup pintu kamar kakaknya itu, kemudian menuju dapur. Mengambil segelas air hangat lalu meminum obatnya. Ia sudah makan tadi. Entah kenapa, kepalanya menjadi sedikit pening.

Setelah meminum obat, Revan kembali ke kamarnya. Sampai kamar ia langsung merebahkan badannya ke atas kasur. Sambil sedikit mengurut-urut keningnya. Sampai akhirnya dia tertidur.

***

Tubuh Revan penuh dengan keringat. Kepalanya terus bergerak ke kiri ke kanan. Berusaha mengalihkan sesuatu dari pikirannya. Ia meremas bantalnya sangat kuat. Jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Revan terus memberontak di atas kasur.u sprei nya yang lembut sudsh dibasahi oleh keringatnya yang terus keluar. Pikirannya selalu mengarah ke kejadian naas yang menimpa keluarganya.

Love Addictive ✔️Where stories live. Discover now