19 - Kepikiran

9.3K 1K 25
                                    

Varel dan Revan keluar dari kamar. Mereka menjumpai Yulia dan Reza yang sedang asik dengan dunianya sendiri di ruang tamu. Kedua orang itu menyadari kedatangn Varel dan Revan. Mata Reza yang tadinya fokus pada hpnya langsung menatap Revan dan Varel yang kini sedang duduk di sofa panjang. Begitu juga Yulia melakukan hal yang sama.

"Udah mesra-mesraan nya?" tanya Yulia.

Kalau saja Yulia bukan sahabatnya, mungkin Varel sudah memotong Yulia di sini hidup-hidup. Gadis itu gak punya kerjaan lain selain menjahilinya.

"Udah," jawab Revan tiba-tiba.

Varel yang tadinya menatap Yulia kini mengalihkan pandangannya ke pria yang sedang guguk di sampingnya itu. Pria itu tersenyum berlagak seperti tak terjadi apa-apa. Dia gak tau kalau Varel sekarang sedang tak tahu mau ngapain. Alias, bingung dengan semua perubahan dunia ini.

"Btw, lo kok bisa sakit sih, Van?" tanya Reza.

"Kecapekan."

"Kan apa gue bilang, lo itu kecapekan," sambar Yulia.

Revan cuma menggangguk mengiyakan ucapan Yulia. I menyandarkan tubuhnya ke sofa, kemudian tangannya menyentuh punggung Varel lalu mengelus-elusnya. Varel yang mendapatkan perlakuan itu merasa nyaman dan membiarkannya. Walaupun jantungnya kini tak bisa diajak kompromi. Tapi, ini sangat nyaman. 

"Trus, besok lo udah bisa masuk?" tanya Reza lagi.

Revan tak menjawab. Ia malah menatap Varel yang juga ikut menatapnya. Seperti melihat sang idola. Varel baru menyadari kalau pacarnya itu ternyata ganteng, walaupun dalam keadaan pucat seperti ini. Aura ketampanannya tak hilang. Ditambah lagi tatapannya yang selalu membuat Varel tak ingin beralih dari tatapan itu. Sepertinya, Varel sudah mulai sangat mencintai Revan. Ini sungguhan.

"Besok aku boleh sekolah gak?" tanya Revan. Ia bertanya ke Varel yang kini mulai kebingungan dengan pertanyaannya itu.

"Dih! pake nanya sama istri lagi!" ketus Yulia.

Yang membuat Varel bertanya-tanya adalah, kenapa Revan bertanya ke dia? Kalau mau sekolah, ya sekolah saja. Apap izin Varel sangat dibutuhkan untuk menuntut ilmu? Semenjak berpacaran dengan Varel, Revan apa-apa selalu minta izin ke Varel. Ia ingin jalan dengan temannya, izin ke Varel. Ia mendapat pesan dari cewek, ia memberikannya ke Varel untuk membalasnya. Ia mau ke kantin, izin ke varel. Pokoknya, dia gak bakal lakuin kalau belum ada persetujuan dari Varel.

"Emang, udah baikan?" tanya Varel.

Revan yang tadinya menatap Varel mengalihkan pandangnnya ke sembarang arah. Ia memegang keningnya dan lehernya. Kemudian kembali menatap Varel. Tangannya meraih tangan Varel lalu meletakkannya ke keningnya.

"Gimana?" tanya Revan.

Bukannya mendapat jawaban dari Varel, Revan mendapat jawaban dari Yulia.

"Bisa gak sih lo berdua itu lihat tempat? Gemes gue pengen gue mutilasi lo berdua."

"Gila! sadis banget lu!" balas Reza.

"Bodo amat! kesel gue!" Yulia melipat kedua tangannya ke dada lalu menyandarkan punggungnya ke sofa.

Revan dan Varel cuma bisa tertawa. Melihat tingkah Yulia yang ngomel gak jelas membuat mereka merasa lucu sendiri. Secara gadis itu sangat tak tahan kalau melihat orang pacaran. Soalnya dia pengen juga kayak gitu.

Sedang asik ngobrol, mereka dikejutkan dengan suara mobil yang kini sudah terparkir di depan rumah. Yulia dan Varel saling berpandangan-pandangan. Sementara Revan dan Reza kelihatan biasa-biasa saja.

Tak berapa lama, masuk seorang pria dengan kemeja putih dan dasi cokelat. Celana tissue berwarna cokelat serta sepatu pantopel cokelat mengkilat. Tak lupa juga dengan jas nya yang dipegan di tangan sebelah kanannya. Matanya langsung beralih ke ruang tamu. Ada beberapa anak-anak di sana.

Love Addictive ✔️Where stories live. Discover now