28 - Kecelakaan

7.1K 780 22
                                    

Sampai di rumah, Revan langsung menuju kamar. Di kamar ia melemparkan tas nya ke sembarang tempat. Ia mengingat kejadian di sekolah tadi. Dengan emosi yang membara Revan menendang lemarinya. Kemudiam teriak sekeras mungkin. Sampai akhirnya ia terduduk di lantai dan bersandar ke kasurnya. Ia sadar, kalau ia sedang menangis.

Mr.Daff datang dan melihat Revan yang terduduk di lantai sambil menangis. Ia mendekati putra nya itu. Mulai khawatir karena baru kali ini ia melihat Revan seemosi ini.

"Kamu kenapa?" tanya Mr.Daff.

Revan yang masih terkurung dalam kesedihan dan amarahnya menatap Mr.Daff.

"Revan melakukan kesalaham pa," jawab Revan.

"Kesalahan apa?"

Revan menangis lalu memelul Mr.Daff. Beliau masih tak paham dengan semua ini. Ia melihat putranya menangis karena melakukan kesalahan. Kesalahannya apa Mr.Daff pun tak tau.

"Kamu melakukan kesalahan apa?"

Revan melepas pelukannya. Ia menatap Mr.Daff dengan mata yang merah. Pipi yang basah karena air mata. 

"Varel pah," jawab Revan.

Saat itu juga Mr.Daff terdiam dan terpaku. Ini yang Mr.Daff khawatirkan kalau kembali. Ia takut Revan akan mengingat kejadian itu lagi.

Setelah kejadian yang menimpa mereka dulu, Revan sempat mengalami gangguan. Hal itu membuat ia harus menemui psikiater untuk mengembalikan mentalnya yang rusak. Itu terjadi karena tubuhnya masih belum bisa menerima kepergian ibunya.

Setahun Revan mengalami itu dan akhirnya ia sembuh. Psikiater bilang, jangan sampai Revan mengingat kejadian itu lagi. Karena itu bisa membuat mentalnya kembali terganggu dan bisa mengalami gangguan lagi.

Mr.Daff mulai khawatir. Ia bingung bagaimana bisa ia mengetahui itu semua.

"Pa, apa sebenarnya yang terjadi?"

Mr.Daff masih kebingungan. Tapi, ia berpikir bahwa sudah saatnya Revan harus tau. Revan sudah dewasa. Bukan anak-anak lagi yang masih harus belajar lebih banyak. Ia pun memantapkan untuk memberitahunya.

"Tentang kejadian itu, papa masih belun tau pelakunya siapa."

Revan mengerutkan jidatnya. Ia bingung antara ayahnya pura-pura gak tau atau memang gak tau.

"Awalnya papa sudah diingatkan sama Fano, sahabat papa sejak SMA. Tapi papa mengabaikannya. Papa menganggap itu cuma leluconnya Fano aja karena dia sejak SMA suka bercanda."

"Bentar, Fano ini siapa?"

"Papa Varel."

Revan makin gak paham.

"Trus, besoknya, ada yang ngirim paket ke kita isinya merpati mati. Dan ada suratnya yang isinya ancaman. Kemudian papa langsung jumpai Fano, minta bantuan. Saat itu papa udah mulai takut. Fano juga sangat khawatir."

"Tapi, waktu kita kecelakaan, dia ada di sana pa, cuma liatin kita."

"Iya, dia kebetulan lewat pas menjemput Varel dari tempat lesnya."

6 tahun lalu....

Fano menjemput Varel dari tempat lesnya. Setelah melihat anak semata wayangnya itu, ia mengembangkan senyumnya lalu menyuruhnya masuk ke dalam mobil.

"Seru les nya?" tanya Fano.

"Seru pa, banyak temen juga."

Fano mengelus puncak kepala putranya itu.

"Kamu lapar gak? Kita makan yuk!" ajak Fano.

"Ayo pa, Varel juga lapar."

"Oke kita makan di tempat biasa ya."

Love Addictive ✔️जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें