44 - This is Love

7.4K 801 53
                                    

Bukan karena Varel ingin menjadi anak yang pembangkang. Tapi ini masalah perasaan. Tak bisa langsung sirna hanya dengan sehari atau dua hari. Butuh berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk bisa mengabaikannya.

Sejak pagi sampai mereka pulang sekolah, wajah Varel terlihat sangat lesu. Dia seperti tidak bersemangat. Bahkan saat melihat wajah Revan pun dia tak ada semangatnya. Terlihat datar dan biasa saja.

Melihat ekspresi wajah Varel membuat pikiran Revan penuh dengan tanya. Dia seperti melihat Varel yang berbeda.

"Kamu kenapasih?" tanya Revan. Sekarang mereka sedang berjalan di koridor menuju parkiran. Bukan hanya mereka berdua, ada Reza dan Yulia juga.

Varel melirik Revan sekilas lalu menundukkan kepalanya.

"Gakpapa," jawab Varel seadanya.

"Serius?"

"Iya."

"Bohong!" sambar Yulia.

Varel langsung menatap Yulia yang jalan di sampingnya. Begitu juga Revan yang juga langsung melirik Yulia. Gadis itu juga tak suka melihat wajah Varel yang cemberut dan tak bersemangat.

Yulia mempercepat langkahnya kemudian berhenti tepat di depan Varel, Revan dan Reza.

"Lo harus ke rumah Varel sekarang!" suruh Yulia.

Respon Yulia membuat Revan tidak mengerti. Dia menoleh ke arah Varel meminta penjelasan. Karena, ini pasti ada hubungannya dengan Varel juga dengannya.

"Ngapain?" tanya Revan.

Yulia menatap Varel. Memberi kode padanya agar memberitahu Revan apa yang terjadi. Tapi, Varel seperti tidak berani mengatakannya. Dia takut nanti akan menjadi sangat besar.

"Varel, ini kenapa?" tanya Revan yang semakin penasaran dengan apa yang terjadi.

Varel sedikit memutar badannya menghadap Revan. Dia sedikit mendongakkan kepalanya melihat wajah kekasihnya itu. Setelah itu dia menghela napas dan menundukkan kepalanya.

"Papa tau hubungan kita," jawab Varel.

"Trus?"

Varel kembali menatap Revan. Dia memberanikan diri untuk mengajak Revan untuk meyakinkan papanya. Bagaimanapun juga, dia sudah terlanjur cinta pada pria ini. Dia sudah tak bisa lagi membohongi perasaannya. Apapun yang terjadi nanti, dia sudah tidak peduli. Intinya, dia mau bersama Revan.

"Kamu mau gak yakinin papa?" tanya Varel.

Revan menghela napas. Untuk hal yang seperti ini, dia bisa paham. Dia tau apa yang akan dia perbuat. Dia tau kalau Fano tidak menyetujui hubungan mereka tanpa Varel jelaskan.

"Kita ke rumah kamu sekarang!" ucap Revan yang langsung menggenggam tangan Varel.

Sementara Yulia dan Reza saling pandang-pandangan. Mereka melempar senyum dan melompat kegirangan. Hubungan kedua sahabat mereka sudah sangat maju. Mereka sama sekali tak takut dengan cibiran orang-orang.

Tak berapa lama, Yulia sadar. Dia berhenti kegirangan. Matanya fokus pada kedua tangannya yang saling menggenggam satu sama lain dengan tangan Reza. Saat itu juga dia langsung melepaskannya dan mengusap tangannya di rok selututnya. Dia berdehem lalu berjalan berlagak tak terjadi apa-apa. Begitu juga dengan Reza.

Sampai di parkiran, Revan langsung memakaikan Varel helm nya kemudian meninggalkan area sekolah. Hari ini Revan akan memberi keyakinan pada calon papa mertuanya. Walaupun hubungan mereka berbeda, tapi perasaan tak bisa bercanda.

"Za!" panggil Yulia. Dia melihat kepergian Revan dan Varel yang sudah keluar dari pagar sekolah.

"Apa?"

Love Addictive ✔️Where stories live. Discover now