27 - Sedang Sayang-Sayangnya

7K 781 42
                                    

Tatapan Revan tak lepas dari Fano, ayah kandungnya Varel. Rasa dendam dalam dirinya masih ada dan tak akan hilang sampai kapanpun. Bahkan, Revan pernah bersumpah akan membenci seluruh kehidupan Fano sampai tujuh turunan.

"Santai aja, anggap kayak rumah sendiri, ehm... Siapa namanya?" tanya Fano.

"Revan pa," jawab Varel. Ia beranjak ke kamarnya ingin menyimpan tasnya.

Fano yang hendak melepas jasnya langsung terdiam dan kembali menatap Revan. Anak yang selama ini ia khawatirkan. Bahkan Daffa gak pernah lagi memberikan kabar tentang keluarga mereka.

Setelah kejadian yang menimpa keluarga Revan dulu, Fano dan Daffa benar-benar hilang kontak. Kabarnya, Daffa pernah pindah ke luar kota untuk membuat Revan melupakan semuanya. Sampai akhirnya, Fano menemukan mereka lagi.

"Re-Revan?" tanya Fano.

Wajah Revan tak bersahabat. Kebenciannya masih mendalam. Ia menarik tasnya lalu pergi meninggalkan Fano yang masih berdiri di sana. Fano sama sekali tak mengejarnya. Itu akan membuat suasana semakin kacau. Ia memilih untuk menatap Revan sampai akhirnya keluar dari rumahnya.

Tak berapa lama, Varel kembali dengan pakaian santai.

"Pah, Revannya mana?" tanya Varel.

"..."

"Pah!"

"Ha? Ya?" Fano tersadar dari lamunannya.

"Revan mana?"

"Pu-pulang."

"Kok pulang?" Varel langsung bergegas menuju teras rumah. Ia tak melihat keberadaan motor Revan. Sebenarnya ia juga mendengar suara motor saat di kamar. Tapi ia mengira itu motor tetangga.

Varel mengambil hpnya lalu mencari nama Revan. Setelah menemukannya, ia menelpon pria itu.

Lama menunggu, gak ada jawaban. Varel mulai kebingungan. Biasanya pria itu akan pamit kalau mau berpisah. Tapi, sekarang enggak.

Varel kembali ke ruang tengah, ia melihat papanya sudah duduk di sofa.

"Pa, papa bilang apa ke Revan?"

Fano yang sedikit frustasi melihat Varel yang berdiri di sampingnya.

"Papa gak bilang apa-apa."

"Trus kenapa Revan pergi?"

"Papa gak tau," Fano berlalu meninggalkan Varel yang masih tak mengerti keadaannya.

20:30

Varel masih menatap layar hpnya. Sejak tadi pesannya tak ada balasan dari orang yang ia khawatirkan itu. Siapa lagi kalau bukan Revan. Padahal ia sudah memberikan pesan yang banyak. Dibaca saja tidak.

"Dia kenapa sih?" gumam Varel.

Untuk kesekian kalinya, Varel kembali menelpon orang itu. Berharap kali ini diangkat. Baru aja nada sambung kedua, panggilannya dijawab.

"Hi, kamu kenapa?" tanya Varel to the point.

"Gakpapa," jawab Revan dengan nada datar dan suara khasnya. Suara ini tak biasanya ia dengar saat mereka telponan.

"Serius?"

"Iya."

"Trus, tadi kenapa pergi?"

"Banyak nanya!"

Tuuuuuttt....

Varel sedikit terkejut dengan respon Revan kali ini. Tak biasanya pria itu seperti itu. Apa ada yang salah? Ia sempat curiga ke ayahnya. Jangan-jangan mengancam Revan yang tidak-tidak. Tapi, Varel tau, ayahnya gak akan melakukan itu.

Love Addictive ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang